Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

"Eve, lihat cewek itu. Dia yang tadi udah meluk Dewa tau gak!" tunjuk Eria selaku teman dekat yang selalu bersama dengan Evelyn.

Sosok wanita yang katanya adalah Queen Ganesha mengepalkan tangannya, ia merasa wibawanya hancur kala dikalahkan oleh gadis miskin seperti Bella. Gadis yang dengan kurang ajarnya memeluk Dewa yang notabennya pria tampan pentolan Ganesha.

Entah apa yang dimiliki Bella, hingga tak mendapatkan amukan dari Dewa karena dengan lancang memeluknya.

"Cantikan siapa dia sama gue!" tanya Evelyn pada dua temanya yang selalu mengikutinya.

Tak ada yang menjawab, keduanya nampak diam bahkan nampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.

"Kenapa gak jawab? Kalian bisu!" sentak Evelyn ketika dua temannya tak ada yang menjawabnya.

"Iy-a, Lo cantik melebihi dia, Eve." Eria berucap dengan suara gugup.

"Tentu, gue gadis cantik di Ganesha. Dan gak ada yang bisa ngalahin kecantikan gue. Bukan begitu guys!" Serunya dengan membenahi bando yang bertengger manis di kepalanya.

Keduanya hanya manggut- manggut dengan kegugupannya. Mereka ingin mengatakan yang sejujurnya. Namun, rasa takutnya lebih besar dari pada keberaniannya.

"Kuy, kita labrak dia. Kita bikin malu di depan Dewa. Gue gak rela kalau dia udah nyentuh Dewa sepucuk kuku pun," jelas Evelyn yang sudah berdiri, Gadis itu hendak pergi ketempat Bella berada namun kedua temannya masih tak beranjak dari duduknya sekalipun.

"Kenapa lo pada diam hah? Lo mau gue hajar disini," sentak Evelyn dengan penuh ambisinya. Tangannya tergenggam seperti hendak meninju kedua temannya itu.

"Ba-iklah, Eve." Pasrah keduanya, mereka berdiri dan berjalan di belakang Evelyn.

Brakk...

Suara gebrakan meja yang di tempat Bella begitu menggema, bahkan seluruh atensi se isi kantin menoleh ke arah sumber suara tak terkecuali Dewa.

"Heh upik abu. Lo yang tadi meluk cowok gue, 'kan?" Tanya Evelyn setelah menggebrak meja yang ditempati Bella. Bahkan kuah bakso yang sedari tadi di nikmati Bella dan Liana terombang-ambing hingga tumpah di meja itu.

Brakk...

"Apaan lo hah?" Sentak Bella yang juga ikut menggebrak mejanya. Ia bodo amat tentang nasib kuah baksonya yang sudah berceceran disana.

Mata Bella memerah menahan amarah karena ulah Evelyn dan antek-anteknya. Sungguh, moodnya seketika hancur ketika di hampiri ketiga cecunguk itu.

"Lo nantang gue," bentak Evelyn yang tak terima ketika Bella tak takut padanya. Padahal jika ada yang di labrak, siapapun pastinya diam dan ketakutan, berbeda dengan apa yang dilakukan Bella saat ini. Wanita itu tak takut bahkan terkesan menantang.

"Gue gak nantang lo. Cuma lo datang kesini dan ganggu kesenangan gue. Mau apa lo hah?" Tukas Caca dengan tangan berkacak pinggang.

Ia tak peduli dengan tatapan teman- temannya yang sekarang berada di kantin. Biarkan mereka menyaksikan, kala dirinya melawan sosok Evelyn yang katanya si Queen Ganesha yang di takuti.

"Gue mau kasih pelajaran buat lo karena lo udah sentuh cowok gue," sahut Evelyn dengan nada meninggi.

Tak taukah sekarang kedua gadis itu menjadi tontonan warga kantin. Bahkan semuanya menyimak biang masalahnya tak terkecuali Dewa yang terlihat takjub melihatnya.

"Cowok. Cowok yang mana!" tanya Bella dengan dahi yang mengkerut. Pasalnya sedari tadi dia bersama Liana saja sejak masuk kedalam Ganesha.

"Bel, udah ih. Gak usah di tanggapin," bisik Liana berusaha melerai dengan menarik pergelangan Bella.

Namun, gadis itu menghempaskannya begitu saja . Ia mengabaikan ajakan yang di lontarkan Liana padanya. Bukan Bella namanya jika harus mengalah dengan wanita seperti Evelyn, ia ingin memberikan pelajaran yang setimpal atas tindakan wanita yang sekarang masih setia di depannya.

"Dewa, dia cowok gue," jelas Evelyn dengan pedenya.

"Wow luar biasa sekali, ya! Seorang Dewa ceweknya amburadul kayak gini," tegas Caca membuat semuanya tertawa tak terkecuali dua gadis yang berada di belakang Evelyn. Namun, Eria dan Tania hanya bisa tertawa sembari membekap mulutnya sendiri. Bagaimanapun, ia takut jika Evelyn nantinya akan marah ada keduanya.

"Diam kalian," sentak Evelyn melihat kearah se isi kantin. " Dan buat lo, Upik abu. Lo gak perlu sok___."

"Wait, gue lagi capek dengerin lo ngebacot. Gue mau nyamperin ayang gue dulu ya! Bye," Potong Bella berlalu dari hadapan Evelyn.

Mungkin, menurut pemikiran Bella, dari pada harus mendengarkan ocehan Evelyn. Lebih baik ia pergi lebih dulu dari sana. Akan tetapi, langkah gadis itu bukannya pergi dari kantin, melainkan mengarah pada meja yang kini di tempati Dewa dan kawan- kawannya.

"Hallo, Sayang. " Sapa Bella yang kini wajahnya sudah berada dekat dengan wajah Dewa.

Cuppp...

Cuppp...

"Semangat pagi ya!" Ujar Bella dengan senyuman menawannya.

Dewa terdiam sejenak sembari merasakan sapuan hangat dan lembut bibir Bella di pipinya. Tatapannya terus menatap gadis itu hingga wajah itu mulai menjauh.

Hingga di detik kemudian, gadis itu melenggang pergi setelah berhasil mencium kedua pipi Dewa tanpa permisi. Seolah tak memiliki perasaan takut dan cenderung berani mengambil setiap langkahnya.

Melihat aksi Bella tadi, semua yang berada di kantin kicep di buatnya. Apalagi melihat reaksi Dewa yang diam tanpa membentak ataupun memukul seorang Bella yang sudah menciumnya. Tak terkecuali Liana dan ketiga teman Dewa, keempatnya sontak membuka bibirnya tanpa sadar ketika melihat aksi gila yang di tujukan Bella tadi.

"Mata gue rabun apa gimana, Steve. Kenapa gue jadi buta gini sih?" pekik Damian mengucek matanya berkali- kali. Ia masih tak menyangka jika Dewa nya itu akan diam lagi ketika gadis tadi menciumnya.

Tadi dilapangan gadis itu memeluk Dewa dan baru saja dengan sengaja mencium Dewa ditambah kata sayang pula.

"Wa, Lo gak sawan kan! Lo di cium ,Sob. Lo gak marah hah!" Celetuk Steve yang tak menggubris ucapan Damian. Pria itu lebih mengarah pada Dewa yang tengah mematung disana.

"Berisik," sarkas Dewa, setelah berucap demikian. Ia melangkahkan kakinya pergi dari kantin meninggalkan anak Ganesha yang tengah melongo tak percaya.

"Ini kah yang namanya cinta yang sesungguhnya," celetuk Damian menatap punggung Dewa yang sudah menjauh darinya.

"Gue rasa gitu, Dewa lagi kesemsem sama si geulis," ungkap Steve yang sekarang melihat ke arah Damian dan Arsen secara bergantian. "Kalian juga sependapat 'kan sama gue?"

"Iya, gue sependapat tapi kita harus lihat dulu siapa cewek itu. Gue gak mau Dewa lagi-lagi depresi kayak dulu," jelas Arsen sangat tau bagaimana Dewa dulu setelah dikhianati oleh masalalunya. Bahkan pria itu hampir gila hanya karena gadis tak memiliki perasaan.

Damian dan Steve sontak saja melihat ke arah Arsen, tatapan Arsen lurus kedepan dengan tatapan kosongnya.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel