Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

"Apaan sih, Lepas," sentak Bella ketika ada seseorang yang tiba-tiba menarik tangannya dari belakang. Ia berusaha lepas dari genggaman itu, namun terlalu sulit untuknya.

Brakk...

"Apa mau lo?" Pertanyaan to the point itu langsung di tujukan Dewa ketika tubuh mungil itu sudah menabrak dinding di gudang.

Ya, Dewa membawa Bella ke gudang terbengkalai. Tak ada yang berlalu lalang disana, sekarang hanya ada Dewa dan Bella yang menempatinya.

"Maksut__ Dewa. Ad-a apa?" Tanya Bella yang terkejut ketika matanya menangkap wajah Dewa yang sangat dekat dengan wajahnya.

Dahi Dewa mengernyit melihat ketergagapan yang di tujukan Bella. Bukannya gadis itu tadi terlihat santai mendekatinya bahkan menciumnya.

"Wa, gue boleh gak minta sesuatu sama lo!" pinta Bella teringat perihal taruhan yang di ucapkan Liana tadi. Tangannya kini sudah mengalung sempurna dileher Dewa tanpa tahu malunya. Meskipun nyatanya detak jantungnya heboh. Namun, ia berusaha mengabaikannya.

Mata Dewa memicing menatap Bella dari dekat, apa ada yang salah dengan makanan yang baru saja ditelan gadis itu hingga membuatnya berbeda. Perasaan tadi tatapannya untuknya seolah mengibarkan api permusuhan disana. Lalu, sekarang gadis itu nampak manis dan menggemaskan dimata Dewa.

"Boleh minta fotonya gak. Mmm maksudnya foto berdua lo sama gue," ujar Bella mengeluarkan handphone yang tak semewah seperti teman-temannya.

"Mau lo apa sebenarnya!" Terang Dewa yang tak menggubris ucapan Bella. Mata pria itu terus saja menatap wajah Bella yang terlihat kebingungan untuk menjawabnya.

"Gua pengen deket sama lo," ungkap Bella dengan mantap. Meskipun ia sekarang dilanda rasa ketar-ketir akibat tatapan Dewa yang jauh lebih tajam dari tadi di kantin.

"Deket! Lo pikir gue bodoh," sarkas Dewa dengan nada sinisnya.

Tubuh Bella semakin terjepit ketika Dewa terus saja memajukan wajahnya. Tubuh yang awalnya memang menempel di dinding sekarang semakin rapat disana. Bahkan tubuh keduanya juga saling menempel saking gencarnya Dewa memojokkan tubuh mungil Bella.

"Lo apaan sih!" sarkas Bella berusaha memberi jarak antara keduanya. Namun, tak bisa, Dewa seakan enggan memberi jarak disana.

"Lo tadi meluk gue bahkan cium gue. Dan sekarang apa untungnya buat gue, gue mau minta ganti rugi," jelas Dewa membuat mata Bella membola. Tentu saja dirinya kaget dengan apa yang diucapkan Dewa.

"Ganti rugi apaan! Gue kan cum___ mpttt." Tanpa permisi, Dewa malah mencium bibir Bella tanpa permisi.

Tangan Bella kembali mengalung di leher Dewa tanpa sadar. Apalagi ketika Dewa menekan tengkuknya, seolah Bella juga ikut terbuai dengan permainan bibir Dewa.

"Siapa nama lo?" Tanya Dewa setelah menghentikan aktivitasnya. Pria itu mengusap saliva yang berceceran di dekat bibir mungil itu dengan ibu jarinya.

"Wait, tadi dia nyium bibir gue tapi gak tau nama gue siapa. Monyet amat si dewa dewi nih," batin Bella kesal. "Dan sialnya gue menikmatinya," tambahnya lagi dengan suara lirihnya.

Namun, meskipun wajah itu tak menampakkan kekesalannya di depan Dewa. Akan tetapi wajah manis nan imut yang di tujukan untuk pria pentolan Ganesha tersebut.

"Arabella, Sayang." Jelas Bella dengan mengusap pipi tegas Dewa.

"Ara, gue tau maksut lo deketin gue. Tapi gue ingetin jika pada akhirnya lo yang bakal nyesel," ucapan Dewa membuat Bella melongo di tempat.

Bagian mananya yang Dewa tau, bukankah semuanya tertutup rapat. Hanya dirinya dan Liana saja yang tau pikir Bella.

"Gue tandai lo." tambahnya lagi sebelum berlalu pergi meninggalkan Bella.

Bella menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia bingung dengan apa yang di maksud Dewa. Pasalnya pria itu hanya berbicara setengahnya saja tanpa mengucapkan secara gamblang di depannya tadi. Dan bodohnya, Bella tak memaksanya untuk menjelaskannya.

"Udah nyomot bibir gue malah kabur lagi," tukas Bella yang juga ikut berlalu pergi dari gudang itu. Gelap, tentu saja Bella takut akan kegelapan. Apalagi dirinya sendirian di tempat itu.

________

"Wa, lo dari mana saja hah! Gue nyariin lu dari tadi," panggil Damian yang sedari tadi melangkahkan kakinya mencari keberadaan Dewa.

"Belakang," ucap Dewa tanpa melihat kearah Damian dan yang lainnya. Pria itu langsung saja melenggang pergi meninggalkan ketiganya tanpa sepatah katapun.

"Tuh, temen lo. Udah di khawatirin malah di abaikan," tukas Damian yang melihat punggung itu semakin jauh dari pandangannya.

"Temen lo juga pea," jawab Steve menonyor dahi Damian .

"Kapan dia banyak bacot kayok Lo, Steve. Gue kangen Dewa di waktu SMP," tukas Damian menatap nanar punggung itu.

"Bedebah, leader Black Sun nantang Dewa balapan. Gak kapok juga dia," sentak Arsen ketika mendapatkan notif dari anak buahnya jika leader Black Sun tengah menunggu jawaban dari Dewa.

"Orang iri gak bakalan sembuh kalau belum di ruqyah, Sen," celetuk Damian.

"Kita samperin Dewa sekarang. Gue gak mau Black Sun besar kepala kalau belum dapat jawaban dari Dewa," jelas Arsen berlarian mengejar langkah Dewa.

"Dewa," panggil Arsen hingga membuat sang pemilik nama menghentikan langkahnya. Pria itu membalikkan tubuhnya ketika Arsen memanggil namanya lagi.

"Black Sun nantang lo lagi," ungkap Arseen ketika dirinya sudah berada di depan Dewa.

"Ck, membosankan. Apa gak ada yang lain hah? Gue malas tanding sama pecundang," sarkas Dewa kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Arsen.

"Wa, mereka gak bakalan diem kalau Lo gak mau tanding sama dia. Gue yakin mereka bakalan terus berusaha biar lo mau tanding," jelas Arsen yang sekarang sudah mengimbangi langkah Dewa yang sangat lebar.

"Jam delapan malam nanti gue datang," jelas Dewa tanpa pikir panjang. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, sepertinya ada hal penting yang akan diurus setelah ini . Apalagi ketika melihat raut wajahnya yang terkesan banyak pikiran, Arsen yakin ada hal yang tengah mengganggunya.

___________

Langkah kaki Bella sekarang begitu lesu setelah dari gudang tadi. Ia terus saja berpikir tentang kejadian di dalam sana, bukankah dirinya termasuk pengkhianat karena sudah mengkhianati kekasihnya.

Apalagi tadi ia mencium pria lain di tambah kejadian di gudang itu. Meskipun ia melakukannya tanpa perasaan. Sejujurnya, ia berat menerima tantangan Liana. Entahlah, bibirnya terlalu gamblang menerima kegilaan Liana padanya tadi.

"Sayang, kok jalan kaki!" Sapa seseorang yang membuat langkah kaki Bella terhenti.

Gadis itu berjalan di trotoar dengan sedikit melamun sehingga ia tak begitu fokus akan keadaan sekitar.

"Iya, lo baru balik juga," timpal Bella dengan senyumannya. Ia berjalan semakin mendekat ke arah Nando yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya.

"Iya, yuk pulang bareng." Ajak Nando membuat kepala Bella manggut -manggut tanpa menjawabnya.

Gadis itu menaiki montor milik Nando dengan penuh senyuman kebahagiaan, ia sangat suka jika harus di bonceng oleh pria itu meskipun harus kepanasan dan bau matahari nantinya.

"Pegangan," titahnya.

"Oke," sahut Bella dengan cepat memegang erat pinggang Nando.

Nando seorang pelajar pula namun berbeda sekolah dengan Bella. Ia juga anak dari pemilik bar yang menjadi tempat kerja Bella, awalnya Bella menolak cinta Nando berkali- kali, namun ia terenyuh ketika pria itu tak memiliki rasa putus asa menggapai hatinya.

Hingga sampai detik ini, hubungannya masih langgeng meskipun terlalu banyak ujian yang menghampiri.

"Nanti kerja!" teriak Nando, ia takut jika suaranya tak terdengar oleh sang kekasih, hingga membuatnya harus berteriak di balik helm full facenya.

"Iya, kenapa? Mau dianterin," sahut Bella dengan kekehan gelinya.

"Maaf, Sayang. Gak bisa kalau nanti malam, soalnya ada acara keluarga," jawabnya dengan suara penyesalannya. "Tapi gue janji, besok gua anterin ke bar ya!" Imbuhnya.

"Ih gak apa kali. Jangan di paksain nanti jatuhnya gue yang gak enak sama keluarga lo," jelas Bella membuat Nando mencium telapak tangan Bella yang ada di pinggangnya. Ia merasa beruntung memiliki pasangan yang pengertian seperti Bella tanpa menuntut apapun tentunya.

Berbeda dengan Bella yang merasakan dilema atas apa yang dilakukan Nando padanya. Bukankah dirinya salah satu gadis jahat yang sudah melukai pasangannya, terlebih lagi perihal di gudang tadi. "Sejahat itu gue," batin Bella.

Dengan segala kegundahan dan kebingungannya. Bella tak sekalipun fokus pada indahnya jalanan yang di lewatinya. "Gue batalin aja kali ya! Tapi bibir gue udah di comot sama si Dewa. Ya kali rencana gue putus di tengah jalan," gumamnya dalam hati.

"Lu ngomong apa? Gue gak denger," ujar Nando yang mendengar sayup- sayup Bella tengah berbicara. Namun ,ia tak sekalipun mendengarkannya.

"Oh, enggak kok. Bukan apa- apa," dalih Bella. Mana mungkin dirinya memberi tahu kepada kekasih yang begitu di cintainya pikir Bella.

________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel