2. Sunyinya Hati Noni
Hari ini aku besuk Noni di sebuah rumah sakit di Bandung, aku mencoba minta izin dari kantor untuk ke Bandung. Di rumah sakit aku minta izin untuk masuk, aku diizinkan untuk masuk ke ruang intensive care sesuai protokol kesehatan, aku melihat Noni begitu cantik meskipun dalam keadaan sakit. Aku coba genggam tangannya sambil berbisik di dekat telinganya
"Non.. ini om Danu datang, om janji akan sayang sama kamu kalau kamu sembuh, maafkan om sudah salah prasangka dengan kamu.." bisikku di telinganya. Noni tetap diam, tidak ada respon yang terlihat. Genggaman tanganku pun tidak direspon Noni.
Tiba-tiba terlihat mata Noni membasuh, genangan air matanya turun ke pipinya. Aku mulai sedikit senang melihat reaksi tersebut. Ada gerakan tangan yang mulai menggenggam tanganku, meskipun hanya sedikit gerakan. Noni begitu tak berdaya melawan penyakitnya.
Di rumah sakit, Noni hanya ditemani neneknya, Ayah dan Ibu Noni sudah berpisah sejak Noni masih bayi. Ibunya menikah lagi dengan orang asing dan tidak tahu di mana rimbanya. Begitu juga dengan ayahnya yang menjadi TKA tidak pernah kembali.
Semua cerita itu aku ketahui dari neneknya yang selalu setiap menemani Noni. Selama ini Noni hanya bekerja sebagai SPG produk kecantikan sambil kuliah, sementara neneknya hidup dari hasil pensiun kakeknya yang bekerja di sebuah kantor pemerintahan. Kakek Noni juga sudah almarhum, tinggalah hanya Noni dan neneknya.
Ketika aku tanyakan sama dokter apa penyakit yang diderita Noni, dokter belum bisa kasih jawaban, karena hasil diagnosa penyakitnya belum selesai. Untungnya biaya perawatan Noni sudah ditanggung BPJS, sehingga tidak memberatkan neneknya.
Aku masih terus menggenggam tangan Noni, sangat berharap Noni memberikan reaksi terhadap genggaman tersebut. Sebagai laki-laki aku sangat pantang menangis, tapi kali ini aku gak bisa menahan kesedihan ku. Airmataku mengembang tak tertahankan. Aku begitu terharu dengan cerita neneknya Noni.
Tiba-tiba ada gerakan tangan Noni digenggamanku, dan perlahan-lahan Noni membuka matanya yang basah.
"Oom.." Cuma itu kata-kata yang bisa diucapkan Noni, itupun sangat pelan sekali.
"Ya Non.. om Danu sayang sama noni ya, Noni cepat sembuh.." Noni hanya membalas ucapanku dengan anggukan pelan. Setelah itu mata Noni kembali terpejam.
Kemudian kondisi Noni drop, detak jantungnya melemah, semua terlihat dari monitor detak jantungnya. Aku segera memencet bel untuk memanggil suster. Tidak berapa lama dokter datang, dokter segera memeriksa Noni, aku diminta keluar dari ruangan.
Dari luar ruangan aku bisa melihat kesibukan dokter di dalam dari kaca ruangan intensive care, suster dan dokter begitu sibuk. Dokter mulai menggunakan alat kejut jantung, di luar aku dan nenek Noni terus berdoa untuk kesembuhan Noni.
Dokter keluar ruangan untuk memberitahukan kalau kondisi Noni sedang kritis, dan dokter sedang melakukan penanganan. Aku dan nenek diminta untuk terus berdoa agar Tuhan menyembuhkan Noni. Lalu dokter kembali masuk dan sibuk dengan dua orang suster yang membantunya.
Aku kembali teringat dengan percakapanku dengan Noni lewat telpon, dia begitu ingin pertemanannya denganku bisa aku terima dengan baik. Dia sangat mengagumi sosokku sebagai seorang ayah, dia begitu senang kalau aku panggil dengan kata sayang.
Dia pernah bercerita kalau hatinya sangat sunyi, karena merindukan kasih sayang seorang ayah yang tidak pernah dia kenal sejak kecil. Aku salah prasangka sama Noni, aku pikir dia seperti gadis-gadis kebanyakan di dunia maya, yang hanya memanfaatkan pertemanan untuk kepentingan sesaat.
Aku menjadi sangat mencemaskan keadaan Noni, aku membayangkan hal yang terburuk terjadi pada Noni. Aku kembali meneteskan airmataku. Ini hal yang sebetulnya tidak aku sukai, karena aku terbiasa kuat menghadapi situasi yang sangat sulit sekalipun.
Belum ada tanda-tanda Noni melewati masa kritisnya, aku dan nenek terus berdoa untuk kesembuhan Noni. Hari menjelang malam dokter dan suster masih terus keluar masuk ruang rawat Noni. Aku mengajak nenek ke mushalla rumah sakit untuk melakukan sholat maghrib.
Sekitar jam 12 malam, aku dibangunkan dokter yang jaga, dokter mengatakan kalau Noni sudah melewati masa kritis. Aku diminta untuk terus mengawasi Noni karena ditakutkan kondisinya kembali drop. Aku mencoba mengeggengam tangan Noni, aku usap rambutnya, perlahan-lahan Noni membuka matanya.
"Oom.. kok gak pu..lang..?" Ucap noni terbata-bata
"Om akan jaga kamu sayang.. sampai kamu sembuh.." Aku berusaha untuk menghiburnya.
Noni menatapku dengan sendu, airmatanya berlinang. Aku begitu senang melihat perubahan Noni, aku cuma ingin Noni segera sembuh, aku berjanji akan menyanyanginya seperti anakku sendiri. Noni kembali memejamkan matanya. Tangannya terus kugenggam, Noni menggerakkan tangannya membalas genggaman tanganku.
Ini hari kedua aku di Bandung, kepada anak dan isteriku aku bilang ada pekerjaan di Bandung. Aku merasa berdosa sudah berbohong pada mereka. Namun aku serahkan kepada Tuhan, dan aku memohon ampunnya. Niatku semata ingin memberikan semangat pada Noni agar dia segera sembuh.
Monitor EKG kembali berbunyi, kondisi Noni kembali drop. Aku memencet bel untuk memanggil suster, suster datang bersama dokter yang jaga, aku diminta kembali keluar dan diminta tidak kemana-mana. Nenek masih tertidur pulas dibangku ruang tunggu. Dokter dan suster begitu sibuk menangani Noni.
Setelah mengalami masa kritis yang terus berulang, harapan hidup Noni sangat menipis. Namun, akhirnya atas Kekuasaan Tuhan dan kekuatan doa yang terus dipanjatkan neneknya dan doaku, Noni melewati masa kritis, dan dipindahkan keruang rawat biasa. Noni sudah bisa diajak berinteraksi juga sudah bisa menkonsumsi makanan secara normal.
Aku berjanji pada Noni, kalau dia sembuh aku akan ajak untuk rekreasi, agar bisa menghirup udara segar. Noni begitu senang dengan tawaran aku itu.
"Om janji ya..biar aku cepat sembuh nih.."
"Iya non...om janji..asal kamu sudah benar-benar sembuh ya.."
Noni begitu senang dengan rencana itu, dia menjadi semangat untuk sehat. Makannya pun sudah mulai banyak. Aku memperpanjang waktu di Bandung, keluargaku tahunya aku ada kerjaan di Bandung. Perusahaan tahu aku sedang mengurus keluarga yang sakit. Ya Tuhan, ampuni aku yang sudah berbohong entah demi apa ini.
Dua hari setelah masa perawatan, Noni diperbolehkan pulang. Noni terlihat sangat segar seperti sediakala. Aku menepati janjiku pada Noni untuk mengajaknya rekreasi. Aku ijin sama neneknya Noni, untuk meminta ridhonya. Nenek mengijinkan dengan senang hati, demi kesembuhan Noni.
Kami pergi ke daerah lembang untuk mencari udara segar, melihat alam pengunungan dengan kesejukan udara yang alami. Noni begitu bahagia, hatinya begitu senang. Memang saat itu cuaca kurang bagus, karena musim hujan. Sehingga kami berusaha mencari tempat yang ada cottage-nya, untuk antisipasi kalau Noni tiba-tiba drop.
Noni begitu manja sama aku, dia merasa impiannya selama ini untuk selalu dekat denganku sudah terpenuhi. Aku berusaha untuk menyayanginya dengan tulus, tanpa ada pikiran apa-apa. Aku sudah booking satu villa yang ada tempat perapiannya, untuk jaga-jaga kalau tiba-tiba hujan gede.
Bersambung
