### chapter 2 navia
Navia
Rael menatap foto Juan Estren yang kini tampil di layar ponselnya. Wajah Vale yang tenang kembali menarik perhatiannya.
"Misi utamamu, Rael, adalah menemukan jalur distribusi tersembunyi milik Estren.
Dia menggunakan jaringan impor, ekspor yang sangat rahasia untuk menyelundupkan barang-barang yang kujamin nilainya melebihi hidupmu," jelas Vale, kini berjalan menuju minibar kamarnya.
Vale mengambil sebotol Macallan M Decanter sebuah single malt yang hanya dinikmati oleh segelintir orang kaya dunia dan menuangkannya di gelas Rael, tanpa bertanya.
"Targetmu ada dua. Pertama, temukan data, lokasinya, di mana barangku tersimpan. Kedua, kau harus mendekatinya," Vale meletakkan gelas itu di meja di depan Rael, suaranya mengandung nada yang kini terdengar lebih personal. "Kau harus menjadi... muse-nya, gadis spesial yang bisa masuk ke The Mirello Loft miliknya, tempat rahasia yang tidak pernah dijamah pihak luar."
Rael menimbang gelas berisi Macallan di tangannya, merasakan dinginnya kristal.
"Dan untuk imbalan yang sepadan dengan risiko?" tanya Rael, tanpa menyentuh minuman itu. Sikap tenangnya di hadapan botol Macallan M yang bernilai ribuan dolar menunjukkan bahwa ia lebih tertarik pada kekuasaan daripada kemewahan.
Vale tersenyum tipis. "Kebebasan. Uang bukanlah masalah. Aku akan melunasi seluruh kontrakmu dengan agensi. Aku akan memberimu apartemen atas namamu sendiri di Armitage Court Residence bukan di bagian utama, tapi di wing khusus untuk karyawanku. Dan... kau tidak akan pernah lagi memegang Golden Card itu."
Itu adalah tawaran yang mustahil ditolak: Kebebasan dari dunia gelap dan status sosial baru.
Rael menarik napas, lalu meletakkan gelas Macallan M itu tanpa diminum. "Kau ingin aku menjadi mata-mata, Vale. Tapi Estren tidak bodoh."
"Tepat," sahut Vale, kembali ke jendela. "Kau akan memulai kontak pertamamu dengannya besok malam di The Aureum Club jam sembilan malam. Kau akan datang dengan dress yang akan kukirimkan padamu. Mobil Mercedes-Benz Maybach S-Class-ku akan menjemputmu tepat waktu."
Kontrak lisan mereka telah disepakati. Rael Veine, sang Gadis Kartu Emas, kini secara resmi menjadi mata-mata pribadi CEO dingin, dengan target seorang mafia yang menyamar sebagai seniman.
Rael mengangkat dagunya sedikit, tatapannya yang tajam menembus ketenangan Vale Amirtage. Tawaran kebebasan dan identitas baru memang menggiurkan, tapi naluri profesionalnya membisikkan risiko.
"Aku tidak butuh identitas baru, Tuan Vale," Rael memotong tawaran itu dengan dingin, nadanya mutlak.
Vale, yang terbiasa didengar dan dipatuhi, sedikit tertegun.
Rael melanjutkan, menjelaskan strategi yang bahkan belum terpikirkan oleh CEO sekelas Vale.
"Aku akan masuk dengan identitasku yang sekarang. Sebagai Rael Veine, pemegang Golden Card VVIP Grade A dari Agency V-Lux. Itu akan jauh lebih mudah mendekatinya," jelas Rael.
Dalam dunia elit Virelle City, status VVIP Rael adalah sebuah keistimewaan yang setara dengan kekayaan. Rael bukan sosok yang perlu dicari, dia adalah hadiah yang dicari. Jika Vale menyembunyikannya di balik identitas baru, Rael akan kehilangan daya tarik dan aksesnya.
"Seorang bos pasar gelap seperti Juan Estren seorang pria yang bersembunyi di balik lukisan Claude Monet dan anggur Chateau Lafite tidak akan tertarik pada wanita yang 'bersih' dan tiba-tiba muncul. Dia tertarik pada eksklusivitas dan risiko," Rael berbicara seperti seorang analis strategi.
Rael memang jauh lebih pintar daripada yang Vale duga. Ia adalah ahli dalam memainkan peran di panggung dunia gelap, sementara Vale hanya mahir di panggung bursa saham.
Vale Amirtage menyandarkan punggung ke jendela, ekspresinya tenang, namun matanya memancarkan rasa terkejut dan penghargaan. Ia menyadari ia telah merekrut senjata yang jauh lebih tajam dari yang ia bayangkan.
"Beri saja alamat di mana dia suka berada di klub malam itu," Rael menutup argumennya. "Aku akan mengatur sendiri caraku. Tanpa campur tangan siapapun darimu, Tuan Amirtage. Itu akan lebih mudah."
Sikap Rael adalah langkah yang tepat. Vale mengangguk perlahan, mengakui keunggulan strategisnya.
"Baik. Jika kau mau bermain dengan identitasmu, mainkanlah. Tapi kau menanggung sendiri risikonya, Rael," kata Vale. "Kau bisa menemuinya di area private lounge di lantai atas The Aureum Club malam ini. Estren selalu memesan Dom Pérignon Oenothèque di sana."
Keputusan telah dibuat. Rael akan menggunakan Golden Card dan nama VVIP-nya untuk memasuki sarang mafia, bukan sebagai gadis lugu yang diselamatkan, melainkan sebagai umpan mematikan
Rael menyelesaikan argumennya dan berdiri dari sofa. Ia tidak langsung beranjak ke pintu. Sebaliknya, ia melangkah maju, mendekat ke arah Vale Amirtage yang masih berdiri mematung di dekat jendela, membiarkan aura dominasi Rael memenuhinya.
Tangan Rael Veine yang ramping dan dingin terangkat. Ia tidak ragu memeluk pinggang Vale yang kokoh, menarik tubuh pria itu hingga mereka berhadapan dalam jarak yang sangat intim. Vale yang tinggi menjulang, harus sedikit menunduk.
Dalam jarak sedekat ini, Rael bisa mencium aroma cologne mahal Vale yang berpadu dengan aroma Macallan M di udara. Itu adalah aroma kekuasaan.
Rael mengangkat kepalanya, berbisik dekat di telinga Vale. Suaranya sangat rendah, hanya ditujukan untuk pria itu.
"Semua ini tidak mudah, Tuan Vale. Jika aku berhasil menjadi mata-matamu di sarang Estren, kau harus menepati janjimu." Rael tidak meminta uang, ia menuntut kebebasan.
Keheningan memenuhi ruangan, dipecah hanya oleh detak jam tangan Patek Philippe di pergelangan Vale. CEO itu tidak berusaha menghindar atau membalas pelukannya. Vale terperangkap dalam permainan yang baru saja ia setujui.
Rael menarik wajahnya sedikit, tatapannya menyatu dengan mata dingin Vale. Kemudian, Rael mencium lembut bibir Vale.
Ciuman itu singkat, dingin, namun penuh otoritas. Itu adalah segel kontrak yang dingin dan profesional, peringatan bahwa Rael bukanlah mainan, melainkan mitra yang menuntut imbalan.
Selesai dengan aksinya, Rael melepaskan pelukan dari pinggang Vale. Tanpa melihat ke belakang atau menunggu tanggapan, Rael berbalik. Ia berjalan tegak ke pintu, meninggalkannya terbuka sedikit saat ia menghilang ke lorong, meninggalkan Vale Amirtage seorang diri dalam kemewahan kamar 1127, dengan sensasi ciuman dingin yang masih tertinggal.
Rael keluar dari Kamar 1127. Pintu itu tertutup secara otomatis, kembali pada kesunyiannya yang dingin.
Rael berjalan di lorong. Langkahnya nyaris tak terdengar di atas karpet beludru tebal. Gaun merah strappy yang memeluk punggungnya kontras dengan lampu kristal minimalis yang berderet di langit-langit. Vale Amirtage telah ditinggalkan, dan Rael kini kembali pada dunianya sendiri dunia yang ia kendalikan.
Saat mencapai lift, Rael merogoh tas kecilnya dan mengambil ponsel. Tanpa membuang waktu sedetik pun, ia menghubungi nomor yang tersimpan di bawah kode enkripsi khusus.
Setelah dering kedua, suara di seberang sana menyambut.
Rael berbicara, suaranya kembali dingin dan tajam, kini dialihkan dari nada profesional ke klien menjadi nada seorang atasan militer.
"Halo... ada tugas baru," ucap Rael.
Ia tidak menunggu respons atau pertanyaan. Sebagai Navia, ia selalu bekerja dengan tim kecil yang sangat loyal dan efisien.
"Kumpulkan semua. Kita rapat hari ini. Satu jam dari sekarang. Aku menuju Markas sekarang kalin harus bergegas ," perintahnya tegas.
Sambungan diputus. Rael memasukkan ponselnya kembali, memandang lurus ke arah cermin lift yang baru saja terbuka. Tatapannya di cermin bukan lagi
Rael Veine si VVIP, melainkan Navia, si ahli strategi.
Ia perlu memastikan dia memiliki dukungan maksimal untuk misi terbesarnya: menyelidiki Juan Estren. Rael tahu, dengan kecerdasannya yang melebihi rata-rata, tugas ini memerlukan lebih dari sekadar penampilan.