Bab 2 : Tukang Intip
Mobil Fortuner itu telah terparkir sempurna di halaman rumah dua lantai yang bersih dan resik. Tara turun masih dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya. Sekejap kekasihnya itu diam memandang.
Gila kok dia cakep banget ya, gagah pula. Bener gak ya apa kata si Susi?
Susi teman satu ekstrakurikulernya yang kuliah di jurusan Bahasa Indonesia mengatakan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar namun kental dengan logat Jawa. Tak lupa duduk tegak ala-ala ningrat darah biru di salah satu café.
"Dengar ya Kintari, dengan tidak mengurangi rasa hormat karena dianggap telah meragukan kecantikanmu. Kekasih pujaan hatimu itu kan tampan, bahkan sangat tampan. Dan perlu diingat dia adalah seorang pilot dengan pramugari cantik yang mengelilinginya. Apa kamu yakin dia setia?." Kalimatnya memang baik dan benar juga halus, tapi maknanya terasa menusuk ke dalam jiwa raga Kintari.
Bilang aja langsung, "loe yakin si Tara gak selingkuh?. Secara dia ganteng banget mana pilot lagi. Cinta loe ada diujung jurang, bakal jatuh langsung ke dasar kalau ada pramugari genit jorokin loe."
"Gak mungkin princess galaxy ini terkalahkan. Bukan loe banget. Kata Dylan juga orang cemburu itu buat yang gak percaya diri dan gue setuju," gumam Kintari dalam hati.
"Kin," Kintari tersadar dari lamunan bodohnya dan mengikuti langkah kekasihnya itu memasuki rumah.
Rumah minimalis dengan perpaduan biru langit dan putih. Tak lupa sangat bersih dan rapih. Sofa putih keramat yang membuat Tari enggan duduk diatasnya pun terlihat diujung matanya. Teringat kejadian saat dia baru pertama kali datang.
"Kin jangan makan es krim di sofa itu," titah Tara dengan tatapan laser membunuhnya ketika Kintari baru saja mendaratkan bokong seksinya dengan cantik. "Kenapa?," tanyanya dengan mulut penuh es krim.
"Aku tau kamu makan kaya apa, jadi lebih baik kita ditaman belakang aja." Kintari hanya bisa mengangguk, namun sayang ketika dia berdiri sendok nya jatuh tepat diatas sofa putih itu. Kintari menoleh dengan hati-hati ke arah kekasihnya.
"Demi spatula spongebob atau celana Patrick punya kakak gue, gue pengen ngilang," gumamnya ketika melihat mata kekasihnya tajam setajam silet. Namun setelah Kintari lihat-lihat lagi sepertinya silet terlalu tumpul, belati? Golok? Atau samurai? Ya samurai lebih cocok, panjang, tajam dan menusuk.
Semenjak tragedi itu, Kintari menyebutnya sebagai sofa kramat.
"Sini duduk ngapain berdiri disitu?," tanya Tara yang sudah duduk. Kintari langsung menggeleng keras.
"Thanks. Cukup satu kali waktu itu aku nyebut nama spongebob dan celana dalam Patrick milik Atala."
Tanpa bak bik buk Tara menarik pergelangan tangan Kintari dan membuatnya duduk di pangkuan kekasihnya yang tampan dengan dada bidang itu namun masih berbalut kemeja putih mencetak tubuh.
"Damn.. ! godaan," umpatnya. "Oke gue juga bakal buat iman dia goyang karena badai Kintari yang tiada duanya. Siapa suruh buat jantung gue dag dig dug gak karuan." Belum beraksi, mood Kintari rusak seketika karena Tara melotot dan mengeluarkan wejangan yang sama. "Kamu itu dosen gak boleh ngomong umpatan kasar kaya gitu!."
"Dosen juga manusia kali beib," sanggah Kintari dengan mengibaskan rambut panjang bergelombangnya membuat Tara tersenyum dan akhirnya menarik pinggang Kintari lalu menciumnya dengan lembut dan akhirnya ciuman itu berubah menjadi lumatan.
Dan tangan Kintari kini sudah menggelantung seperti anak monyet di leher Tara.
Tangan Tara?. Tangannya sedang bergerilya dan berjaya di bagian depan dan punggung Kintari berjalan-jalan menjelajah nusantara.
"Bibir kamu perlu disekolahin sama aku. Udah cantik banget kaya gini kok bibirnya masih nakal."
"Boleh, tapi tingkat SD aja dulu ya. Kalau langsung SMA atau kuliah aku gak kuat nerima pelajarannya. Takut iman kamu juga gak kuat. Nanti kebablasan." Goda Kintari dengan sedikit menggigit bibirnya sendiri, membuat Tara yang selalu berwajah bak malaikat berubah menjadi genderewo dan mencium Kintari kembali.
**
Beberapa hari setelahnya ketika Kintari sedang menunggu kekasihnya yang akan flight di Bandara, Kintari melihat sesosok mahluk terlarang baginya. Mahkluk itu dulu tak setampan dan tak seseksi sekarang ini.
Diapun barjalan bak raja yang dikelilingi selir berteriak-teriak meminta foto dan tanda tangan. "Oke maafin gue Atala gue harus bilang demi spatula spongebob dan celana dalam Patrick milik loe lagi. Gila si Makalah yang gak kelar-kelar kaya makalah si Asep mahasiswa gue, dia berubah banget sekarang."
"Eh, tapi itu beneran dia kan?. Kok gue gak yakin sih?." Merogoh tasnya dan mencari kaca mata hitam yang selalu dibawanya untuk dalam keadaan genting seperti sekarang. Mengikuti dengan langkah elegan kemana si Makalah itu pergi. Dan "GOTCHA!" teriak Kintari mendapatkan si Makalah itu.
Melangkah dengan sangat pelan dan membuka sedikit kacamatanya. Mengintip secara elegan. Gayanya sudah mirip detective saja. "Bener, gak salah lagi dia itu si Makala."
"Ganteng parah pasti ya?," tanya Dea, sahabatnya itu dengan heboh.
Tari mengangguk dengan antusias. "Parah, banget, gila. Amazing..."
"Ah gue gak kebayang. Dulu aja dia ganteng gitu. Kenapa sih loe lagi dulu pake ada acara putus segala?."
"Pengen tau banget bu kayanya," bisik Kintari seraya terus mengintip-ngintip cantik ke dalam.
"Iyalah loe itu aneh mutusin dia yang cakepnya tujuh tingkat langit gitu. Kalau gue jadi loe, gue pasti mikir-mikirnya juga bertapa di gua."
Kintari menghela napasnya. Selalu heboh memang jika menelepon Dea.
Hingga akhirnya percakapannya terhenti ketika Kintari merasakan tepukan dibahunya. "Lagi apa kamu disini?." Jeda... "Didepan toilet laki-laki?."
Oke fix, Kintari sangat malu. Sudah ketauan mengintip di depan toilet laki-laki dipergoki oleh pacarnya sendiri. Dan terlebih lagi dia mengintip mantannya sendiri yang terlihat lebih hot dari sebelumnya mereka putus dulu.
"Halo Tari.." suara heboh Dea masih terdengar.
"Udah dulu De gue ketauan."
"Ketauan apa?."
"Nanti gue jelasin." Langsung Kintari memutus panggilan itu.
Kintari hanya bisa menutup matanya rapat, dia benar-benar malu. Menolehpun dia tidak berani hingga akhirnya tubuh Kintaripun dibalikkan oleh Tara. "Aku ini udah mau persiapan buat terbang. Kamu mau pulang sekarang atau bagaimana?."
"Aku pulang sekarang aja ya." Kintari tersenyum dan mencium pacarnya itu sekilas. "Save flight sayang."
"Oke.. jangan lupa ya datang ke rumah ibu nanti malam."
"Iya sayang."
"Oke." Tara menarik pinggang Kintari dan menciumnya juga sedikit melumatnya.
"Udah ah nanti ada Mak Lambeh yang fotoin kamu," canda Tari kepada Tara. Mata Kintari langsung melotot ketika melihat Makala berjalan dari dalam toilet akan keluar. Secepat kilat Tari memeluk Tara agar wajahnya tidak terlihat oleh Makala.
"Kamu kenapa?."
"Aku sedih banget mau ditinggal kerja sama kamu."
Tara menaikkan satu alisnya. "Gak biasanya. Udah sana kamu ada kelas ngajar kan pagi ini?."
"Aku kanget banget sama kamu.." ucap Tari sambil mengintip apakah Makala masih dekat dengannya atau tidak. "Jangan drama Kintari."
Tepat Makala sudah hilang dari segi penglihatannya Tari langsung melepaskan pelukannya. "Bye sayang." Tari meninggalkan kekasih tampannya itu dengan santai. Membuat Tara bingung bukan main. Dan Makala yang sudah berjalan cukup jauh tersenyum. "Gue pasti bisa jadi pacar loe lagi".
**
Berjalan pulang dengan memikirkan mantan membuat Kintari berjalan tidak fokus lalu akhirnya menabrak seorang pramugari. "Sorry," ucapnya langsung dan berjalan kembali. Tapi si pramugari itu menahan lengan Kintari. Kintari memutar matanya jengah dibalik si pramugari.
"Ada apa ya mbak?." Tanya Kintari dengan senyuman mematikan miliknya. Senyuman yang membuat matanya ikut tersenyum seperti kucing kecil yang imut dan lucu, namun nyatanya Kintari jauh dari kata lucu dan imut, tapi lebih tepatnya seksi dan mematikan.
"Sekolah gak tamat ya dulu?," tanya sinis mba-mba pramugari itu.
Kintari yang tadi awalnya mencoba ramah kini mengularkan taringnya, tertawa sinis lalu menatap tajam pramugari itu. "Maaf ya mbak pramugari yang cantik dan seksinya dibawah saya ini." Mata Kintari berjalan menilai penampilan mbak pramugari itu dari atas sampai bawah. "Saya males debat. Gak akan dapet hadiah juga kan?. Saya gak punya waktu. Ada urusan yang lebih penting. Bye." Kata Kintari cuek dan diakhiri oleh senyuman kucing hitamnya.
Pramugari itu tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Loe itu ya baru jadi pacar nya pilot Tara aja belagu." Mbak pramugari itu emosi.
Kintari mulai mengerti sekarang. Jadi mbak pramugari itu memiliki dendam nyi pelet padanya.
Oke gue bakal layanin, batin Kintari.
Kintari sudah mencoba bersikap sopan, tapi jika lawannya itu terus menerus memancing emosinya maka dia akan melayaninya. Akhirnya berbalik dengan gerakan slow motion dan mengibaskan rambutnya ke belakang Kintari membalas emosi mbak pramugari itu dengan tenang, "kalau iya emang kenapa?. Masalah?. Ah.. wait wait lo kepo ya sama ig pacar gue?. Sampei hapal wajah gue segala. Loe naksir pasti sama pacar gue. Sorry pacar gue gak akan tertarik, gue lebih cantik daripada loe sapu lidi jajanan anak SD."
Pramugari itu mengepalkan tangannya menahan kesal mendengar apa yang diucapkan oleh gadis yang berat diakui kalau gadis itu berperawakan bohay, kulit putih dan dandanan yang oke pula.
Sementara itu Kintari menari-nari dengan riang di pikirannya sebab telah membuat perempuan nyolot itu kalah telak.
"Udah-udah. Ayo kita masuk keburu telat," tiba-tiba ada pahlawan yang melerai perkelahian mereka. Dia juga memakai pakain pramugari, namun wajahnya terlihat lebih manis. Menurut Kintari wajah pramugari sayu ini terlihat sedih dan lemah.
"Tuh mbak cepet nanti telat lho. Ya kalau telat dateng menstruasi bisa nyari yang buat tanggung jawab kalau telat dateng kerja kan......."
Teman pramugari yang berwajah bak malaikat itu segera menggeret dengan kasar temannya yang akan mengamuk mendengar ocehan Kintari.
"Wajahnya aja lemah, tapi tenaganya kaya Hercules." Gumamnya kemudiann mengambil nafas dan berteriak, "good mbak... Jagain tuh temennya. Yang merah jangan sampei lolos." Masih cerocos Kintari tidak mau kalah hingga dia berbalik dan BRUK...
"Aduh bokong yang gue cipokan sama lantai." Ujarnya sembari mengusap-ngusap bokongnya yang mencium lantai.
"Kamu masih bar-bar aja," tiba-tiba suara yang sudah lama tidak didengarnya masuk ke telinganya bagaikan angin surgawi yang menentramkan hati.
"Bangun." Kintari langsung menengadah ke atas. Dan tepat diatasnya sudah ada Makala yang berdiri mengulurkan tangan. Kintari menyesalkan dalam hati kenapa pertemuannya kembali dengan mantan harus seperti skenario FTV.
"Kiranti." Makala memanggil namanya lagi. Nama panggilan yang hanya Makala seorang yang punya.
"Eh."
Aduh tangannya kenapa jadi alus banget gini perasaan dulu tangannya gak sealus ini deh. Dulu malah kaya sabut buat cuci piring saking kasarnya
Flashback On
"Ih kamu kok kasar banget sih tangannya?. Pake body lotion dong. Malu-maluin jadi pacar aku aja tau. Masa pacarnya yang paling famous di sekolah itu item, dekil mana kasar lagi tangannya."
"Ngapain?, aku kan hobi naik gunung. Berbaur sama alam dan itu harus lepas dan bebas. Kaya aku yang lepas bebas mencintai kamu. Lepas celana dan bebas ngapa-ngapain." Lalu Makala menertawai sendiri candaannya yang garing dengan terbahak-bahak. Sementara si pacar memutar matanya sambil menghempas tangan pacarnya saat itu dengan kasar. "Garing sumpah."
"Eh.. kita makan yuk aku laper tau." Kintari mengusap perutnya.
"Makan aku aja." Makala itu emang hobi ngomong berbau hal mesum dengan Kintari, walaupun respon Kintari galak dan cuek.
"Ga enak, pait, item lagi. Daging kamu juga pasti alot."
"Pura-pura gak ngerti deh," goda Makala.
"Emang gak ngerti. Aku ini putih seputih ubannya Pak Gatot penjual bakso di kantin," Kintari berdiri dan meninggalkan pacar mesumnya yang masih betah duduk di bangkunya.
Flashback Off
"Kintari Gardapatri Sastra," panggil Makala sekali lagi membuat sisa-sisa kesadarannya akhirnya kembali. Setelah sadar, Kintari langsung melepas uluran tangan Makala yang sempat diterimanya tadi dan berlalu tanpa menyapa.
"Kiranti kok udah ketemu aku malah dicuekin?, tadi aja aku sampai diintipin segala di kamar mandi."
Bagaikan petir di siang bolong, langkah Kintari langsung berhenti sambil mengumpat. "Shit!!", dia sangat berharap kalau ini adalah tanggal satu april kemudian Makala berkata dengan riang "Selamat hari April mop Kiranti". Tapi seperti lirik lagu harapan tinggallah harapan.
Kintari menebalkan mukanya dan berjalan terus kedepan tanpa menengok sedikitpun ke belakang walaupun dia tergiur ingin melihat wajah tampan mantannya itu.
"Makin mateng aja cantiknya. Oke fix gue bisa dapetin loe lagi," ucap Makala sambil memakai kacamatanya lagi.
**
"Malam sis," Kintari menyomot perkedel yang ada di meja makan.
"Malem juga sis." Corina, mamah Kintari ikut menyomot perkedelnya.
"Em.. enak ya masakan aku sekarang." Puji Corina pada dirinya sendiri.
Sang ayah hanya geleng-geleng dari kejauhan. "Ya ampun Kintari baju kamu!!!," teriak Corina mendadak. Kintari kaget dan ayahnya juga yaitu Raffa tersenyum menyetujui baju Kintari yang tidak benar.
"Bagus banget baju kamu hari ini. Punya siapa dulu dong itu?." Raffa melongo tak percaya, dia kira istrinya itu akan memarahi anaknya yang memakai baju terlalu terbuka.
"Siapalagi kalau mamah Corina. Mamah paling gaol. Ya kan sis?."
"Yoi sis," jawab Corina lalu mencubit gemas lengan anaknya sampai anaknya mengaduh sakit. "Sakit ah mah".
"Kamu itu pake baju yang benar," ucap Raffa yang kini merasa harus bersuara diantara obrolan absurd putri dan istrinya.
Kintari melihat bajunya dari atas sampai bawah. "Bener ko pah, atasannya aku pake di atas. Celananya aku pakai dibawah." Raffa mengambil nafas banyak-banyak. Anak gadisnya ini memang sesuatu. Mirip istrinya, tapi lebih bar-bar seperti neneknya, nenek Rastari ketika muda katanya.....
"Iya papah tau, tapi itu baju kamu terlalu kebuka. Jangan ditiru baju mamah kamu dulu." Corina yang mendengar itu langsung maju dan bersuara. "Tapi dulu kamu suka aku dandan gitu."
"Ya aku suka, tapi kan anak kita jangan. Nanti kalau yang ada iman pacarnya tipis atau anak kita imannya tipis gimana?. Dulu kan iman aku kuat dan kamu yang tipis."
Corina menarik nafas, "darimana kamu ambil keputusan iman aku tipis?."
"Kamu kan yang cium aku duluan di taman depan rumah kamu." Skakmat Raffa.
Pipi Corina menjadi merah seperti tomat. Tidak menyangka suaminya masih ingat saja kejadian memalukan yang dia sesalkan sampei sekarang dan menjadi pelajaran berharga dari mamah Corina pada Kintari "Jangan agresif untuk melakukan yang pertama kalinya pada laki-laki. Walaupun dia punya sifat kaku, percayalah dia akan mengingat dan mengungkit itu hingga kapanpun karena dia akan merasa bangga. Dan Kamu yang akan malu."
"Stop ungkit-ungkit itu!. Kita kan lagi ngomongin baju Kintari."
"Aku makan," tanpa disadari oleh mereka Atala sang anak sulung yang mirip dengan ayahnya Raffa dan tercidyuk memiliki celana dalam Patrick oleh Kintari, sudah duduk di meja makan.
"Ka.. tau gak gue liat siapa tadi?," tanya Kintari dengan heboh.
"Siapa?," tanya Atala kakaknya dingin tak berekspresi.
Corina mengelus dadanya, ngidam apa dia yang satu anaknya minim sekali ekspresinya. Raffa saja suaminya tidak seminim itu ekspresinya. Yang satu lagi sangat terlalu beragam ekspresinya seperti bunglon. Kintari bisa berubah serius dan tegas juga kejam seperti Raffa ketika di kampus, tapi begitu keluar kampus dia akan ceria, cerewet, ngomong ceplas ceplos dan bar-bar seperti dia dan mamahnya Rastari.
"Itu si Makalah gak kelar-kelar."
Sambil memasukan suapan ke mulutnya, mengunyahnya dulu kemudian baru menjawab. "Dia memang bakal di Indonesia." Kintari lupa kalau abangnya ini adalah salah satu sahabat si Makalah. Atala pasti tau si Makala pulang ke Indonesia.
Konon menurut cerita si Makala menruskan kuliah di New York. Lalu setelah itu dia kembali dan melejit jadi artis dan terakhir dia pergi lagi ke New York agak lama hingga memunculkan statement kalau Makala diragukan apakah akan melanjutkan karier disana atau bagaimana. Dan survey membuktikan Makala akan berkarier kembali di Indonesia.
"Oh ya dia juga jadi nyumbang buat tampil di acara reuni entar. Selamat, kamu bakal ketemu terus sama dia," ucap Atala yang bisa membaca pikiran Kintari. Kehebatan yang diturunkan oleh ayahnya, Raffa.
GAME OVER buat loe Kintari........ loe bakal dicap tukang ngintip di WC sama si Makala kalau ketemu lagi.
**
