Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Acara Keluarga

Malam itu, kediaman Lynch terlihat begitu elegan dan mewah, dipenuhi cahaya lampu yang lembut, menciptakan suasana hangat namun juga tegang. Beatrice, dengan dress elegan yang sopan namun tetap memancarkan aura kemewahan, berjalan dengan langkah hati-hati mengikuti Tyson memasuki ruang makan. Ia tampak anggun, meski ada sedikit kegugupan di balik senyum tenangnya, mengingat ini adalah pertemuan pertama dengan keluarga Tyson.

Tyson, yang berjalan di depannya, tampak seperti sosok yang lebih dingin dan terjaga. Begitu memasuki ruangan, ibu tirinya segera mendekat dan dengan hangat berusaha menyambut Tyson, ingin memeluknya. Namun, Tyson hanya duduk dengan datar tanpa menyambut pelukan itu, membuat Mera sedikit canggung. Mera, yang merasa sedikit tersisih, hanya bisa tersenyum lemah sebelum menyapa Beatrice dengan tatapan singkat. Sebagai isyarat perkenalan, Tyson menerima hadiah yang diberikan oleh Beatrice, meskipun ekspresinya tetap datar.

Meja makan telah dipenuhi dengan hidangan lezat, di sekitar meja terdapat sepupu, paman, bibi, serta kedua adik tirinya, Lowis dan Lera. Semua tampak hadir untuk makan malam yang tampaknya penuh dengan harapan akan keharmonisan keluarga. Beatrice, yang masih berdiri di belakang kursinya, merasakan ketegangan semakin meningkat. Tak lama, Tyson menoleh ke belakang, menatapnya dengan tatapan tajam yang membuat Beatrice menelan ludah dengan cemas. Tyson menekan kata-kata dengan tegas, membuat Beatrice merasa semakin gugup. Dalam keheningan yang mencekam, Beatrice akhirnya duduk di samping Tyson, dan semua mata tertuju padanya.

Tatapan tajam dari Creya langsung mengarah ke Beatrice, sementara Lowis, yang sejak tadi tak bisa mengalihkan pandangannya, akhirnya menatapnya dengan rasa ingin tahu yang aneh. Mera, yang merasa lebih nyaman di meja makan, duduk dengan senyum manisnya dan langsung menatap Beatrice. "Nona Beatrice, tolong sajikan makanannya untuk kami," pintanya dengan nada yang terkesan sopan, namun senyum di wajahnya mengandung rasa licik dan meremehkan.

Beatrice mengangguk pelan, merasakan dadanya berdebar saat ia hendak bangkit untuk melayani. Namun, sebelum ia bisa bergerak, Tyson dengan cepat meraih pergelangan tangannya dan menariknya kembali duduk.

Keheningan yang mencekam kembali terasa saat Tyson menekan Beatrice dengan keras, menggenggam tangannya seolah memberi peringatan.

Beatrice menelan salivanya, mencoba menahan rasa cemas dan sakit yang perlahan menjalar di lengannya.

Dengan suara lembut namun penuh kehati-hatian, ia berkata, "Tidak apa-apa, Tuan," kekeh Beatrice mencoba tetap tenang meski cengkeraman Tyson terasa begitu kuat, meninggalkan bekas kekerasan di kulitnya yang tampak jelas terlihat oleh semua orang di meja.

Ketegangan semakin menebal di udara, saat semua orang tampak menyaksikan interaksi itu, beberapa dengan rasa penasaran, yang lain dengan senyum penuh arti.

Tyson, dengan tatapan tajam dan ekspresi datar yang menegangkan, langsung menggerakkan tangannya untuk menekan pinggang Beatrice. Gerakan itu begitu tegas dan cepat, membuat Beatrice terpaksa terduduk kembali ke kursi dengan kekuatan yang tak bisa ia lawan. Rasa takut dan kegugupan yang sudah sejak tadi menggerogoti Beatrice semakin dalam, seolah tak ada tempat untuk melarikan diri dari kehadiran Tyson yang begitu dominan. Tyson menatap Mera dengan dingin, seolah menembus hatinya dengan tatapan yang penuh peringatan.

"Jangan meminta orangku untuk melayanimu," kata Tyson dengan suara rendah dan tegas, menyiratkan ancaman yang tak terucapkan. Mera hanya bisa tersenyum tipis, senyum yang tampak penuh perhitungan, sementara Beatrice hanya bisa menelan salivanya, berusaha keras untuk melawan ketakutan yang semakin mengguncang dirinya.

Mera, dengan senyum yang tetap melekat, berbicara dengan nada yang lebih tajam namun tetap penuh kelembutan. "Tolong bedakan keluarga dan orang luar, Tyson," ujarnya, matanya tajam menatap Beatrice sejenak sebelum beralih ke Tyson. "Acara makan malam ini hanya untuk keluarga, nona Beatrice hanya sekretarismu. Jika aku tidak boleh memerintahnya, tolong suruh dia menunggu di luar. Ini pembicaraan penting tentang kamu dan Creya."

Kata-kata Mera menggema di ruangan itu, dan Beatrice bisa merasakan ketegangan yang semakin tebal. Tyson tetap menatap lurus ke depan, ekspresinya masih datar, namun ada sesuatu dalam cara dia memandang dunia seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar. Beatrice hanya bisa menahan napas, berusaha untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar hebat. Ia tahu, malam ini bukan hanya tentang makan malam—tapi juga tentang dinamika yang jauh lebih rumit, yang mungkin hanya bisa dipahami oleh Tyson dan Mera.

Hingga Tyson berkata, “Kalau kau merasa dia hanya orang luar, izinkan aku untuk mengingatkan, tidak ada yang lebih dekat dengan saya daripada dia. Apa yang saya miliki, termasuk dirinya, adalah milik saya untuk dilindungi dan dimiliki." Beatrice menatap Tyson dari samping, tak percaya dan terkejut.

Antara senang dan takut, apa maksud dari ucapan Tyson ini? ini sungguh mendebarkan namun menyeramkan.

Creya dan Lera langsung menatap tajam Beatrice yang mendapatkan pembelaan dari Tyson di depan semua orang termasuk Mera.

Mera langsung menatap serius Tyson dan berkata, “Tyson hentikan! Ada Creya di sini, dia calon istrimu, tolong hargai dia.” Tyson tersenyum dengan miring.

Tyson lalu menatap Gever, “Apa pembatalan kontraknya belum anda pahami dengan jelas? Siang tadi aku sudah memutus semua kontak dan kerja sama dengan perusahaan Gever termasuk tunangan politik ini. jadi, kita tidak ada hubungan apapun untuk saat ini sekalipun itu rekan kerja.” Tegas Tyson dengan penuh penekanan untuk menyakinkan Gever.

“Aku tahu dan paham jelas dengan semua tindakan kerasmu itu, namun aku tidak bisa berbuat apapun terkait perasaan putriku padamu, aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk putriku, salah satunya untuk mendapatkanmu,” kata Gever berterus terang.

Tyson hanya tersenyum getir seolah tak percaya hanya dengan ucapan basi Gever.

“Sudah, sebaiknya kita mulai dulu makan malamnya,” kata Mera menengahi yang mana mereka mulai untuk makan.

Lowis begitu memperhatikan di mana Beatrice dengan sigap dan tanggap dalam melayani Tyson, termasuk dalam hal mengupaskan udang untuk Tyson juga memisahkan bawang dari makanan Tyson.

Beatrice tidak sengaja menumpahkan kuah sup di dressnya membuatnya pamit ke belakang. Lowis yang mendapatkan kesempatan untuk mengobrol dengan Beatrice sontak langsung beranjak dari kursinya dan pergi ke belakang.

Hal itu tak lepas dari pandangan Tyson, melihat hal itu Mera langsung mencoba mengalihkan Tyson dengan membicarakan perihal Creya yang ingin meminta maaf dan kembali melanjutkan pernikahan mereka.

“Kita bicarakan tentang pernikahanmu dengan Creya, malam ini Creya ingin meminta maaf secara langsung denganmu, tolong pikirkan dengan baik-baik, jangan asal memutus……..,” Tyson langsung memotongnya.

“Minta maaflah pada Beatrice, dan jangan bicarakan hal yang membuatku muak, aku tidak mudah mengampuni seseorang, sekalipun seorang perempuan,” tekan Tyson membuat Mera diam, suasana meja makan menjadi tegang.

Tak lama Lowis dan Beatrice kembali dari belakang secara bersamaan. Tyson menatap dari samping, terlihat Beatrice menahan senyumannya membuat Tyson sangat penasaran apa yang sedang mereka lakukan di belakang tadi.

Mera membuang napas pelan kala melihat tatapan Gever yang seolah memohon padanya untuk membujuk Tyson.

“Kamu calon pemimpin keluarga Lynch Tyson, tolong pertimbangkan dengan baik, kelak kamu yang akan memimpin keluarga Lynch, menikah dengan Creya akan membuatmu segera mendapatkan kuasa terhadap keluarga Lynch, baik dalam mengurus perusahaan papamu ataupun keluarga Lynch sendiri,” perjelas Mera membuat Tyson menatapnya dengan datar namun otot rahangnya sudah keluar.

“Tanpa menikah dengan siapapun, keluarga Lynch akan tetap berada di bawah kuasaku, alih-alih mendesakku untuk menikah, jika kau sangat menginginkan seorang cucu, kenapa tidak meminta putramu untuk menikah,” kata Tyson dengan geram di mana ia sangat benci sekali dengan kekangan, paksaan dan perintah dari orang luar termasuk Mera, ibu tirinya.

Lowis yang mendengar hal itu hanya tersenyum dan langsung menyahut, “Baik, aku akan menikah lebih dulu untuk menggantikanmu, asal dengan satu syarat.” Lowis menjeda ucapannya yang mana ia langsung mendapatkan tatapan tajam dari Tyson.

Lowis langsung menatap Beatrice dengan senyuman dan berkata, “Beatrice sebagai calon istriku!”

Damn. Tatapan Tyson seketika berubah bak sebilah pisau yang langsung terlempar pada Lowis. Mera yang mendengar hal itu langsung menatap tajam Lowis.

Beatrice yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa diam dengan rasa penyesalan terbesar karena ikut masuk ke dalam kediaman Lynch.

Tyson bangkit dari kursi dengan gerakan tegas dan tanpa memberi kesempatan, ia menarik kasar tangan Beatrice, memaksanya untuk meninggalkan kediaman Lynch. Wajahnya dingin tanpa ekspresi, dan sorot matanya menyiratkan kemarahan yang membara. Beatrice tak berani melawan, hanya bisa mengikuti langkah Tyson yang panjang dan cepat.

Tanpa sepatah kata, Tyson membawa Beatrice ke mobil yang sudah menunggu di depan. Ia memberikan perintah singkat kepada pengawal untuk menggantikan Beatrice sebagai pengemudi. Beatrice, yang biasanya memegang kemudi, kini hanya bisa duduk diam di kursi belakang. Jantungnya berdetak kencang, tangan gemetar, dan pikirannya penuh dengan pertanyaan: Apa yang akan terjadi denganku setelah ini?

Sepanjang perjalanan, suasana dalam mobil terasa sangat mencekam. Tyson tak berkata apa-apa, namun keheningan itu lebih menusuk daripada teriakan. Rahangnya yang terkunci dan tatapannya yang kosong mencerminkan betapa besar kemarahan yang sedang ia tahan. Beatrice meliriknya sekilas, namun segera menunduk saat merasakan tekanan berat dari kehadirannya.

Begitu sampai di mansion, Tyson keluar lebih dulu, membuka pintu mobil dengan gerakan cepat, dan tanpa basa-basi, ia menarik tangan Beatrice sekali lagi. Cengkramannya erat, nyaris menyakitkan, saat ia menyeret Beatrice masuk ke dalam mansion yang megah namun terasa seperti kurungan bagi Beatrice saat ini.

Tyson langsung menghempaskan tubuh Beatrice ke ranjang, menindih tubuh ramping itu dengan tubuh kekarnya, Tyson mencengkeram rahang pipi Beatrice dan bertanya, "Apa yang kau lakukan dengan Lowis di belakang tadi?" Beatrice menelan salivanya dengan gugup.

“Kami hanya mengobrol sekilas, tidak ada apapun yang saya sembunyikan,” jawab Beatrice membuat cengkraman Tyson hanya semakin kuat.

“Lantas apa yang Lowis lakukan hingga membuatmu tersenyum sepanjang makan tadi?” Beatrice mengamati sorot mata Tyson yang menakutkan.

“Tidak ada tuan!” jawab Beatrice singkat.

Merasa geram Beatrice tidak memberikan jawaban yang membuatnya merasa tenang, Tyson langsung mengulum bibir Beatrice dengan sedikit kasar dan liar.

Beatrice berusaha berontak membuat Tyson semakin menjadi kasar. Dengan sekali tarikan dress Beatrice robek menjadi dua bagian.

Tyson mengunci kedua tangan Beatrice ke atas kepala selagi tangannya melepaskan semua dalaman yang ada.

“akhhh,” lenguh Beatrice begitu cumbuan Tyson mulai merambah di belahan dadanya.

Tyson langsung melepas semua pakaiannya, memberikan hentakan keras sebagai hukuman untuk sikap Beatrice tadi.

“Akhhh enghhh,” lenguh Beatrice mencakar punggung Tyson kala hentakan Tyson semakin cepat dan melesak semakin jauh ke dalam.

Hujaman dan hentakan itu semakin bertempo cepat tanpa irama yang teratur. Beatrice begitu kewalahan dengan permainan Tyson yang lebih kemeluapkan emosinya dibanding mendapatkan kenikmatan.

Disaat pelepasan terakhir, Tyson mencabut miliknya dengan napas terengah ia menatap Beatrice dan berkata, “Kau adalah milikku. Tak seorangpun bisa mengambilmu termasuk Lowis. Tidak ada jalan keluar, tidak ada tempat untuk lari. Jika kau mencoba, aku akan memastikan kau kehilangan segalanya—bahkan hakmu untuk merasa seperti manusia.” Tyson lalu bangun dari atas tubuh Beatrice dan pergi ke kamar mandi.

Beatrice menelan salivanya, mengatur napasnya. Permainan yang kasar sungguh menguras tenaganya hingga berkeringat. Beatrice langsung bangun dan memungut bajunya. Bersamaan dengan itu Tyson keluar hanya dengan mengenakan handuk sebatas perut.

“Bersihkan dirimu dan temani aku tidur!” perintahnya sebelum masuk ke dalam walk in closet.

Beatrice hanya patuh dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel