Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

*Happy Reading*

"Papa gak ada!"

"Masa sih, Bel? Itu mobilnya masih ada, kok?"

"Bella bilang gak ada, ya gak ada! Udah tante pergi sana!"

"Ih, Bella kok, gak sopan, sih? Gini-gini tante calon Mama kamu, loh. Belajar hormat sama Tante, sayang!"

"Ogah! Bella gak mau punya Mama kaya Tante."

"Eh, Bella kok ngomongnya gitu? Tante bisa loh, jadi Mama yang baik buat kamu. Plus ngasih kamu adik-adik yang lucu, terus-- aaaa ... Bella! Kok, Tante disiram, sih? Kan, jadinya basah baju Tante?"

"Biarin! Biar Tante bangun terus gak kebanyakan mimpi!"

"Tapi--"

"Pergi, gak Tante! Kalo gak Bella siram lagi, nih!"

"E-eh i-iya iya deh. Tante pergi sekarang. Tapi salamin sama Papa kamu ya, bilang kalo---aaaa ... Bella!"

"Pergiiii!!!"

Aku pun langsung ngakak so hard. Saat melihat Mbak Ida lari tunggang langgang karna takut di siram si Bella.

Anak itu benar-benar galak sekali jika melihat Mbak Ida mendekati rumahnya. Soalnya, sudah bisa di tebak maksud dan tujuannya, yaitu ingin menggoda Pak Dika yang katanya suami masa depannya.

Ah, ya. Mungkin Kalian belum kenal Mbak Ida yang aku maksud tadi. Baiklah, mari kita kenalan dulu dengannya sebentar.

Jadi, Mbak Ida itu adalah janda kembang di sini. Serius! Dia memang janda kembang panggilannya. Tapi, bukan karena dia janda cantik, bahenol dan seksi seperti yang kalian bayangkan. Melainkan memang Janda yang jualan kembang, dan suka sekali memakai kembang di salah satu kupingnya.

Kata dia sih, biar mirip Rosalinda ayamor. Tapi sampai sekarang. Aku masih belum menemukan kemiripannya sama sekali, dengan bintang telenovela yang berjaya pada masanya.

Malahan, Mamaku sering meledeknya, Jika sudah sok cantik kalo lewat rumah. Kata Mama, "Mana ada Rosalinda suaranya kaya kucing kejepit gitu? Itu sih, Bukan Rosalinda ayamor. Tapi Si Ida aya-aya wae!"

Maklum yee, emak-emak emang udah nalurinya julid kalo liat yang begituan. Dan sebenarnya, bukan cuma Mama ku yang seringi

Julidin Mbak Ida. Tapi juga ibu-ibu yang lainnya. Karna Mbak Ida ini suka sekali godain Bapak-Bapak yang lagi nongkrong di pos hansip.

Nanti kalo dilabrak salah satu emak-emak. Mbak Ida akan menjawab dengan Jumawa. "Namanya juga orang cantik. Pasti banyak yang sirik."

Kan, emang ngajakin ribut banget tuh Janda satu. Tapi ... itu dulu. Karena sejak ada Pak Dika tinggal di sini. Mbak Ida pun sudah menargetkan Pak Dika sebagai suami masa depannya.

Hanya saja, tau sendiri kan bagaimana si Bella. Nuakalanya naudzubillah. Plus galak juga kalo sudah berhadapan dengan Mbak Ida. Karena itulah, aku sih udah biasa dengan pertengkaran seperti itu setiap hari.

"Diem deh, Tante! Nanti Bella siram juga, nih!" Bella sewot. Saat melihat aku masih ngakak menikmati kekesalannya pada Mbak Ida.

Dia mengarahkan sebuah selang ke arahku. Yang biasa dipakai neneknya untuk menyiram tanaman, tapi hari ini di salah gunakan untuk menyiram Mbak Ida oleh bocah kutil itu.

Tapi aku sih gak takut. Lah wong aku di balkon atas, Bella di halaman sebelah. Mana sampai airnya padaku, yee, kan?

"Cie ... yang baru di tengokin calon Mama baru. Berbunga-bunga pasti itu hatinya," godaku kemudian. Sengaja membuat makin meradang.

Kapan lagi yee kan, bisa bikin nih gagang kunci satu kesel.

"Amit-amit! Sampai kapanpun Bella gak sudi!" balasnya menggebu-gebu. Dengan wajah yang di sangar-sangarin.

Padahal aslinya, malah jadi kelihatan gemes. Asli deh! Nih bocah sebenarnya cantik kek boneka. Tapi kelakuannya itu loh, bikin nilai minus buat dia.

Nakalnya udah kebangetan!

Plus galak juga sebenarnya. Bahkan saking galaknya, rumah Pak Dika gak butuh security ataupun hewan penjaga. Taruh saja si Bella di depan. Di jamin bakal aman sentosa.

Karna, Bella itu kalo nyalak, lebih dari hewan manapun.

Gak percaya? Coba aja deketin Bapaknya. Dia pasti bakal ngamuk kek beruang lepas kandang.

Mungkin cuma sama aku doang dia gak galak. Soalnya dia tau pasti, aku memang gak pernah godain Bapaknya.

"Jangan gitu kamu, Bell! Kalo ternyata Mbak Ida beneran jodoh Papa kamu. Bisa apa kamu?" Aku mencoba menasehatinya. Sekaligus membuatnya makin meradang.

"Bisa minta sama Tuhan. Biar jodohnya di ganti yang lain aja," jawabnya asal. Membuat aku tergelak renyah.

Dasar bocah! Dikata jodoh apaan bisa minta tuker? Loakan!

"Ngawur kamu! Yang namanya jodoh mana bisa ditawar? Emang kangkung Mang Mamat, bisa nenekmu tawar jadi seiket 500 perak!" Balasku menyebutkan tukang sayur yang biasa mangkal di depan rumah kami.

"Buat Tante emang gak bisa. Tapi kalo buat Bella pasti bisa. Bella kan anak baik. Jadi pasti doanya didengar Tuhan. Memang Tante suka solimi sama Bella. Dosa Tante banyak tuh! Buruan tobat, Tan!"

Emang ya, mulut si Bella nih mancing banget buat di ulek. Gak ngaca dia kelakuannya selama ini?

"Sembarangan kamu! Baik buruknya manusia itu hanya Tuhan yang tau. Emang kamu siapa? Sok-sokan nuduh Tante solimi?"

"Ratu Isabella, lah! Masa Tante gak kenal? Kemana aja, sih?"

Sebenarnya, kadang aku curiga loh. Jangan-jangan si Bella itu manusia kerdil yang lagi nyamar jadi anak SD. Soalnya mulutnya itu loh ... lemesnya udah bisa ngalahin lambe-lambean.

"Gak penting! Lagian, kalo kamu gak setuju Papa kamu nikah sama Mbak Ida. Kamu setujunya sama siapa? Emang, kamu gak pengen punya ibu baru?" tanyaku, mencoba berdamai dengan Bella.

"Tante, lah!"

Eh?

"Tante siapa?"

"Tante Intan! Siapa lagi coba? Tante, Mau kan jadi Mamaku?"

"Ish ... ngawur kamu! Tante gak suka sama Papa kamu. Cari yang laen aja!" tolakku mentah-mentah.

"Ih, kenapa? Papa kan ganteng, Tan?"

Ya emang! Tapi masalahnya Bapakmu punya anak kaya kamu, Bell. yang bisa bikin siapa aja makan hati! Dan aku gak mau mati muda.

"Bodo! Pokoknya Tante gak mau! Cari yang laen aja sana!" Aku tetap bersikukuh menolak tawaran si Bella. Sekalipun sebenarnya tawaran itu menggiurkan banget. Tapi ... gimana dong, aku masih mau panjang umur.

Bella pun terlihat kesal dengan jawabanku, dan menghentakan kakinya tanda marah.

"Papa ... cari dukun, yuk! Biar bisa pelet Tante Intan!"

Eh? Maksudnya apa itu? Emang aku ikan lele di kasih pelet!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel