Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 4. Harta Tak Menjamin Bahagia

Pernikahan Maharani dan Jeremy Hansen berlangsung dengan kemewahan yang tak tertandingi. Di sebuah hotel bintang lima di Bali, tempat yang penuh dengan pemandangan menakjubkan, keluarga Hansen menyambut acara tersebut dengan berlimpahnya kemewahan dan prestise. Gaun pengantin Maharani yang dirancang oleh desainer terkenal, serta pesta yang dihiasi dengan bunga-bunga langka dan makanan eksklusif, membuat semua tamu merasa terhormat bisa hadir. Namun, di balik semua kemegahan itu, ada sesuatu yang jauh lebih penting yang tidak bisa diberikan oleh pernikahan ini: kehangatan seorang suami.

Jeremy, meskipun berasal dari keluarga kaya raya dengan segala fasilitas yang dimilikinya, adalah sosok yang lebih cocok disebut sebagai mafia bisnis daripada seorang suami. Dia selalu memenuhi keinginan Maharani dengan kemewahan, memberi barang-barang mahal tanpa ragu, menyuplai segala kebutuhan materi yang bisa dibayangkan, namun tetap saja ada kekosongan yang tak terisi. Maharani merasa seperti seorang istri yang terperangkap dalam dunia yang penuh dengan harta, namun tanpa cinta yang tulus.

Dalam pernikahan itu, Jeremy lebih sering terlihat terbenam dalam pekerjaannya yang sibuk dan dunia bisnisnya yang penuh dengan intrik. Setiap kali mereka bertemu, Jeremy selalu memperlakukan Maharani dengan lembut, memberikan perhatian melalui hadiah-hadiah mahal dan kata-kata manis, tetapi tubuhnya, pikirannya, dan hatinya jauh dari Maharani. Apa yang diinginkan oleh seorang wanita seperti Maharani bukan hanya perhiasan dan tas mewah, tetapi sentuhan hangat dan perhatian seorang suami yang mengerti dan peduli padanya.

"Ini untukmu, sayang," kata Jeremy, memberikan sebuah kotak perhiasan yang mewah di malam pertama mereka sebagai suami istri. "Aku ingin kau selalu merasa cantik dan istimewa."

Maharani tersenyum, namun senyum itu terasa hampa. Ia melihat Jeremy dengan mata yang kosong, merasakan betapa besar jarak di antara mereka meskipun mereka baru saja menikah. Pesta yang megah dan hadiah yang berlimpah tidak mampu menutupi kenyataan pahit yang ada di dalam hatinya.

Di malam pertama mereka, yang seharusnya menjadi momen berharga bagi pasangan pengantin baru, Maharani justru merasa kesepian. Ia telah meneguk terlalu banyak champagne yang diberikan oleh pelayan sepanjang malam, mencoba melupakan rasa kekosongan yang ada dalam dirinya. Ketika Jeremy mendekat untuk bersentuhan, ia hanya bisa merasa berat. Tubuhnya tidak merespons dengan cara yang diharapkan. Suaminya, meskipun tampan dan tampak penuh perhatian, tidak mampu menyalakan gairah yang diinginkannya.

Malam itu, mereka berbaring di ranjang yang dihiasi dengan kelopak bunga mawar, namun tidak ada sentuhan hangat yang dapat dirasakan oleh Maharani. Jeremy, dengan segala kemewahan yang dimilikinya, ternyata bukanlah pria yang bisa memenuhi kebutuhan emosionalnya. Kelembutan dan perhatian yang dimiliki oleh suaminya hanyalah pelengkap yang tak cukup untuk menutupi kekosongan yang ada.

Saat Jeremy terlelap dalam tidurnya, Maharani terjaga. Dia menatap langit-langit kamar pengantin mereka, dan dalam diam, ia berpikir tentang masa depannya. Semua kemewahan yang kini dimilikinya, mulai dari rumah mewah di Ubud hingga barang-barang bermerk yang memenuhi lemari, seakan tidak memiliki arti apapun. Ia merasa seperti sebuah benda berharga yang tidak pernah diinginkan, hanya dipertontonkan untuk dilihat orang lain, tanpa memiliki tujuan atau arti dalam hidupnya.

Keesokan harinya, Jeremy bangun lebih awal untuk mempersiapkan perjalanan bisnis ke luar negeri. Ia mengecup kening Maharani dengan penuh kasih, berharap memberi kesan bahwa mereka adalah pasangan yang sempurna. Namun, Maharani hanya membalas dengan senyum tipis, sebuah senyum yang menutupi kekecewaan yang semakin membekas di hatinya.

Setelah Jeremy pergi, Maharani berada di istana sendirian. Taman luas di sekitar rumah mewah itu tampak indah, namun kesendirian yang terasa semakin menyesakkan. Di dalam kamar tidur yang dihiasi segala kemewahan, Maharani merasa terperangkap dalam dunia yang tidak ia inginkan. Semua yang ia miliki sekarang hanya sebuah simbol, tetapi bukan kebahagiaan sejati yang selalu ia dambakan.

Pagi itu, saat ia berjalan-jalan di sekitar istana, pengawal-pengawal keluarga Hansen yang selalu mengikuti di belakangnya tidak lagi tampak seperti orang yang melindunginya. Mereka hanya menjadi bagian dari rutinitas yang tidak pernah ia inginkan, seolah-olah Maharani adalah wanita yang selalu harus dilayani dan dipenuhi segala keinginannya. Namun di dalam hati, ia merasa kosong. Bagaimana mungkin ia bisa menjadi bagian dari dunia ini jika hati dan jiwanya tidak terhubung dengan siapapun?

Di luar istana, Bali yang indah dan penuh dengan kehidupan tampak kontras dengan suasana hatinya. Kehidupan yang luar biasa, yang semula ia anggap sebagai impian, kini justru terasa semakin jauh dari kenyataan. Sebuah dunia yang penuh dengan kecantikan, kemewahan, dan status sosial, namun tak bisa memberikan kebahagiaan yang sejati.

Jeremy, meskipun menyayanginya, tak pernah bisa mengisi kekosongan itu. Apa yang ia butuhkan adalah lebih dari sekedar materi. Maharani mulai merindukan sesuatu yang lebih daripada hanya sekedar perhiasan dan kata-kata manis. Dalam kesendirian istana mewah itu, ia mulai mempertanyakan apakah kemewahan dan status yang dimiliki benar-benar membuatnya bahagia, atau justru membuatnya semakin terjebak dalam perangkap dunia yang penuh ilusi.

@@

Maharani berjalan perlahan di sepanjang lorong-lorong istana yang megah, terasa semakin sepi setiap harinya. Keheningan yang mengelilinginya begitu tebal, hanya terpecah oleh suara langkah kaki pengawal yang selalu mengikuti jejaknya. Namun, meskipun dikelilingi oleh kemewahan dan fasilitas terbaik, ada kekosongan yang terus menghantuinya. Itu adalah kekosongan yang tidak bisa diisi oleh semua harta dan kemewahan yang dimiliki keluarganya, atau bahkan oleh perhatian dan hadiah dari Jeremy.

Hari-hari berlalu, dan perasaan terperangkap semakin menyiksa Maharani. Ia merasa seperti berada dalam sangkar emas, dikelilingi oleh segala yang bisa dimiliki oleh seorang wanita, namun tanpa kebahagiaan sejati. Jeremy, meskipun tampan dan penuh perhatian, tidak mampu memenuhi kebutuhan emosionalnya. Kelembutannya hanyalah sebuah ilusi yang menutupi rasa dingin yang datang dari ketidakhadirannya sebagai seorang suami.

Namun, segala sesuatu mulai berubah pada suatu malam yang sunyi. Ketika Jeremy pergi untuk urusan bisnis ke luar negeri, Maharani merasa sepi dan kesepian lebih dari biasanya. Tiba-tiba, sebuah suara berat memanggil namanya dari belakang.

"Maharani," suara itu terdengar familiar, penuh dengan godaan yang tak terucapkan. Maharani menoleh, dan di sana berdiri Robert Hansen, paman dari suaminya. Robert, dengan wajah tampan yang memancarkan kedewasaan dan pengalaman hidup, selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi Maharani. Selama ini, ia hanya melihat Robert sebagai seorang pria tua yang lebih bijaksana, seorang figur yang penuh kekuasaan dan pengaruh di keluarga Hansen. Namun, ada sesuatu dalam tatapan mata Robert malam itu yang membuat perasaan Maharani mulai bergejolak.

Robert mendekat, dan tanpa kata-kata lebih lanjut, ia menatap Maharani dengan intens. Tanpa sadar, tubuh Maharani menegang, namun hatinya juga mulai berdegup kencang. Selama ini, ia selalu tahu bahwa ada ketertarikan di antara mereka, meskipun selalu ia pendam jauh di dalam hati. Namun, malam itu, ketertarikan itu terasa lebih nyata, lebih mendalam, dan lebih menggoda.

"Jeremy tidak ada di sini, kan?" tanya Robert dengan nada lembut namun penuh arti. "Aku tahu, Maharani, kau merasa kesepian."

Maharani menundukkan kepala, mencoba menahan perasaan yang semakin tidak terkendali. Ia tahu bahwa apa yang sedang terjadi adalah sesuatu yang sangat salah, namun godaan itu begitu besar. Robert, dengan segala kekuatannya, memandangnya dengan cara yang membuat Maharani merasa diinginkan, sebuah perasaan yang sangat ia dambakan selama ini.

Malam itu, di kamar yang biasanya terasa begitu sepi, Maharani akhirnya terjebak dalam sebuah pengkhianatan yang tidak bisa ia hindari. Robert Hansen, paman suaminya sendiri, mengisi kekosongan yang telah lama menguasai hatinya. Meskipun perasaan bersalah menghantui, tubuh Maharani mengikuti dorongan yang tak bisa ia kendalikan. Dalam pelukan Robert, ia merasa seperti wanita yang akhirnya dihargai, dilihat, dan diinginkan dengan cara yang tidak pernah diberikan oleh Jeremy.

Sebagai seorang pria yang lebih berpengalaman, Robert tahu bagaimana membuat Maharani merasa istimewa, bagaimana membangkitkan hasrat yang selama ini terpendam. Suasana kamar yang mewah itu berubah menjadi ruang yang dipenuhi dengan bisikan-bisikan lembut, dan Maharani terhanyut dalam arus perasaan yang tidak bisa ia tahan lagi. Mereka berdua, terperangkap dalam perasaan yang saling menanggapi, berakhir dalam sebuah hubungan yang tidak seharusnya terjadi.

Keesokan harinya, Maharani merasa bingung dan kacau. Perasaan bersalah yang menyesakkan dadanya membuatnya tidak bisa tidur semalam suntuk. Ia merasa tubuhnya telah terkontaminasi oleh dosa yang tak bisa ia redakan. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang lebih kuat—sebuah perasaan yang bahkan lebih mendalam daripada rasa bersalah. Rasa dihargai, dicintai, dan diinginkan yang selama ini ia cari, namun tidak pernah ditemukan dalam pelukan suaminya, Jeremy.

Di balik kemewahan istana itu, di balik wajah cantiknya yang selalu tampak anggun dan sempurna, Maharani kini merasakan kehancuran yang tak terlihat. Ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi dirinya sendiri. Hari-hari berlalu dengan kekacauan batin yang semakin membebani hatinya. Setiap kali ia bertemu Jeremy, ia merasa semakin jauh darinya, semakin terisolasi dalam dunia yang penuh dengan kebohongan.

Robert kembali hadir di kehidupan Maharani beberapa hari setelah malam itu, namun kali ini, ada sebuah ketegangan yang lebih tebal di antara mereka. Robert tahu bahwa mereka telah melangkah melewati batas yang tidak bisa dikembalikan lagi. Maharani, meskipun merasa sangat bersalah, juga tidak bisa menahan perasaan yang telah muncul. Setiap tatapan dari Robert, setiap sentuhan lembut yang dia berikan, mengingatkan Maharani pada malam itu, malam yang telah mengubah segalanya.

Namun, meskipun begitu, Maharani tahu bahwa apa yang telah terjadi adalah sebuah dosa besar. Ia telah mengkhianati suaminya, dan meskipun hatinya tidak bisa menahan perasaan terhadap Robert, ia merasa terperangkap dalam dunia yang penuh dengan kebohongan dan pengkhianatan. Hari-hari ke depan akan semakin sulit untuk dijalani, dan Maharani tahu bahwa ia harus menghadapi akibat dari setiap perbuatannya.

Dunia yang penuh dengan kemewahan dan status sosial itu kini terasa semakin hampa. Dan Maharani tahu, ia tidak bisa lagi kembali ke kehidupan yang sama seperti sebelumnya.

Ini bukan cinta,, tapi ini pelampiasan dari kemarahan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel