Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Lukisan Dewi Bulan, Kota alam Dewa

‘Lukisan Dewi Bulan, Kota alam Dewa’

Melihat Dania dan kedua kakaknya terus mencermati lukisan miliknya, Pak Tua segera mengambil lukisan itu kembali dari mereka bertiga.

“Jangan sampai kalian merusaknya!” omel Pak Tua.

Dania tiba-tiba memiliki ide. “Pak Tua, Anda yakin aku Dewi bulan? Bagaimana jika Anda keliru? Bisa saja aku hanya mirip dengannya.” Pancing Dania.

“Ada di sini!” Pak Tua menunjuk ke arah pungungnya sendiri lalu menunjuk ke arah Dania. “Minta kedua kakakmu untuk memeriksanya! Aku tidak mungkin salah!”

Butai dan Juan saling bertukar pandang mereka serentak menganggukkan kepala lalu bergegas memegangi Dania sementara Butai memeriksanya. Butai menyingkap baju di punggung Dania untuk memeriksanya.

Dania ingat dia memang memiliki tanda lahir tersebut tapi dia tidak tahu apakah Waning juga memiliki tanda yang sama seperti dirinya, tanda lahirnya mirip seperti bulan sabit merah gelap di sisi kanan punggung bawah bahu.

“Benar-benar ada,” gumam Butai.

Juan tidak percaya jadi ikut melihat. “Ya, ada! Tapi Waning sama sekali tidak memiliki tanda lahir seperti ini!” tukasnya dengan tatapan mata curiga ke arah Dania. “Kamu bukan Waning? Siapa kamu sebenarnya?” tanya Juan.

***

Di sisi lain, Sutangji menerima laporan dari bawahannya. Saat ini pria itu beserta beberapa orang prajurit serdang berpatroli.

“Jenderal Agung, saya menemukan ini! Ini adalah cangkir milik Nona dari kediaman Tuan Hu!”

Sutangji memeriksanya, ekspresi wajahnya terlihat marah. Dalam hati Sutangji berkata, Racun sembilan ular? Siapa pun yang meminumnya tidak mungkin bisa selamat! Aku ingat Waning meminum ini, apakah dia bisa sembuh tanpa kesakitan? Sebenarnya apa yang terjadi pada malam itu? Untuk apa mereka melukai Waning? Gadis bodoh dan tidak berguna itu apa nyawanya begitu mahal? Untuk apa meracuninya dengan racun langka yang sangat sulit didapatkan seperti ini jika mereka bisa mencekiknya mati di tengah jalan!

“Kamu sudah menyelidikinya? Cari tahu siapa yang menaruh obat di dalam cangkir Waning!”

“Sudah Jenderal, dan setelah memeriksanya tidak ada satu pun daftar nama pengunjung di penginapan malam itu memiliki racun obat sembilan ular, dua bulan yang lalu saya menerima kabar bahwa pejabat istana di kota Caisar mendapatkannya dari tabib misterius kerajaan yang biasa bekerja di ruang obat kerajaan kota Caisar, setelah kota Caisar kalah dalam perang dan berhasil ditaklukkan mereka kehilangan kekuatan. Keberadaan obat itu sudah lama menghilang!”

“Hanya tabib misterius di gunung mungkin bisa menawarkan racun sembilan ular, siapa pun tidak akan bisa bertahan lebih dari satu jam, reaksi awal hanya pusing tapi lama-lama tubuh akan membiru. Menurutmu siapa yang bisa leluasa mendapatkan obat begitu berharga?” Gumam Sutangji.

“Saya masih menyelidikinya, tapi kalau diingat-ingat lagi waktu pesta perayaan di penginapan, Anda juga ada di sana. Jenderal, saya ragu racun sembilan ular ditujukan untuk Nona dari keluarga Hu.”

“Jadi racun sembilan ular ditujukan padaku? Tidak mungkin, mencium aromanya saja aku sudah tahu jenis obat apa ini.” Sutangji mengernyitkan keningnya. Senyum iblis terukir pada salah satu sudut bibirnya.

“Jika bukan untuk Anda, apa mungkin untuk putra mahkota, beliau juga ada di sana.”

Sutangji menyipitkan matanya, waktu itu memang ada putra mahkota dan Sutangji bertugas untuk menjaganya. Dalam tugas waktu itu Sutangji menyamar menjadi sipir penjaga biasa dengan status rendah untuk mengelabuhi musuh. Tidak disangka musuh memang bertindak untuk mendapatkan mangsa. Begitulah yang Sutangji pikirkan.

“Lanjutkan penyelidikan! Kamu sudah mencari tahu bagaimana kabar Waning baru-baru ini?”

“Sudah Jenderal, sore tadi saya mendapatkan informasi bahwa Nona Waning bersama kedua kakaknya meninggalkan kota untuk pergi ke gunung. Dari pelayan dalam, mereka mengatakan Nona Waning berhasil membuat obat ramuan emas untuk menyembuhkan sakit jantung, mereka juga bilang ingin pergi ke gunung untuk memeriksa tentang ramuan itu apa sungguh ramuan emas jantung pada tabib misterius. Saya juga mendengar kalau Nona Waning akan mengikuti ujian kerajaan.”

Sutangji mengukir senyum lebar, dia tidak tahan lagi untuk tidak meledakkan tawanya.

“Hahahahaha! Wanita bodoh itu membuat apa? Ramuan emas jantung? Hahahahaha! Salah-salah dia akan meracuni seluruh anggota keluarganya! Mana mungkin dia bisa membuat ramuan yang bahkan tidak satu orang pun tabib di kota bisa membuatnya? Hahahaha! Dasar gadis bodoh! Dia bahkan tidak pernah lulus setelah lima kali mengulang ujian kerajaan setiap tahun, meskipun kepala Waning dibelah menjadi dua bagian, aku tetap tidak percaya gadis bodoh itu bisa membuat obat ramuan emas jantung! Hahahaha!”

“Iya Jenderal, ini sangat aneh sekali, saya permisi untuk melanjutkan penyelidikan!”

“Ya, cari tahu lagi lebih banyak tentangnya, setelah minum racun mahal dia tidak mati, ini sangat mencurigakan!”

“Siap, Jenderal!”

Sutangji melanjutkan patroli bersama bawahannya, setelah lama berjalan mereka mampir ke kedai minuman di pinggir jalan untuk membeli makan malam. Hari sudah lewat tengah malam, jarang ada warung makan yang masih buka.

***

Di kediaman Pak Tua, tabib gunung. Dania bersama kedua kakaknya masih di sana. Dania belum menjawab pertanyaan Juan yang meragukan tentang siapa Dania yang sebenarnya.

Tidak lama kemudian pelayan di kediaman membawa satu teko teh dan meletakkannya di meja. Ketika bertemu tatap dengan Dania pelayan tersebut langsung beringsut mundur menjauh dengan ekspresi wajah terkejut.

Apa pelayan mengira aku iblis gunung? Kenapa dia sangat ketakutan? Batin Dania.

“Kenapa kamu diam saja? Kamu bukan adikku!” Juan kembali mendesak Dania agar bicara jujur.

Pak Tua tetap duduk tenang sambil menatap lukisan dalam genggaman tangannya.

Dania melirik ke arah Pak Tua, “kenapa kamu tidak menjelaskan pada mereka?”

“Aku sudah bilang kalau kamu adalah Dewi bulan yang turun di gunung ini. Kamu tenang saja, kalau mereka mengusirmu keluar, kamu tinggal saja di sini!” jawab Pak Tua dengan entengnya pada Dania.

“Ya, semuanya sama sekali tidak masuk akal, hanya Pak Tua ini yang bisa menerima alasan tidak masuk akal. Aku rasa aku hanya bisa tinggal di sini. Tapi bagaimana kalau Pak Tua menipuku dan setelah kedua kakak Waning pulang dia akan memenggal kepalaku lalu merebusnya menjadi makanan?” Dania bergumam pada dirinya sendiri sambil mengusap tengkuknya yang meremang.

“Kalian benar aku bukan Waning, aku datang dari dunia lain, aku adalah Dania Ansel, aku tidak tahu di mana Waning adik kalian, aku bahkan tidak tahu bagaimana bisa tiba-tiba tinggal di dalam tubuhnya. Aku juga tidak tahu kenapa terlibat dengan Jenderal bengis itu!”

Juan dan Butai mendengarkan perkataan Dania dengan serius.

“Waning sudah mati!” sela Pak Tua dengan ekspresi serius.

Semua orang langsung menatap ke arah Pak Tua berharap pria tua itu bersedia untuk melanjutkan penjelasannya.

“Mati?” serentak Juan dan Butai berteriak.

“Ya, adik kalian sudah mati tapi bisa dikatakan dia hidup kembali, kalian bisa menerimanya tinggal di rumah, lagi pula wajah mereka berdua sama, hanya kebiasaannya yang berbeda.” Lanjut Pak Tua.

“Kalau kita menceritakan masalah ini pada Ayah, kesehatannya sedang tidak baik, kalau kita meninggalkan Waning di sini Ayah juga akan bertanya ke mana Waning?” Butai bertanya pada Juan.

“Kita bawa pulang saja, toh dia juga tidak berniat melukai Ayah, melihat cara dia bicara dengan Ayah sepertinya Ayah juga senang dengan kemajuan Waning.” Ujar Juan pada Butai.

Setelah tiga bersaudara itu pergi dari kediaman tabib gunung. Pelayan yang tadi ketakutkan segera menghadap pada Pak Tua.

“Dewa Chang An, wanita yang Anda tunggu selama ratusan tahun sudah bereinkarnasi kenapa Anda masih tidak mengatakan kebenarannya? Seharusnya Anda tidak perlu menyamar lagi, Dewi obat harus kembali ke Kota alam Dewa.”

Chang An menghela napas panjang lalu menghirup teh dari cangkir, sosok pria tua telah berubah menjadi sosok pria muda dan tampan.

“Bagaimana aku bisa jujur padanya? Dania bisa saja kabur lagi seperti di masa lalu. Aku tidak ingin perjalananku kali ini sia-sia seperti sebelumnya.”

“Racun obat sembilan ular sudah digunakan, apa masalah ini tidak akan menyebabkan kota Dewa curiga?” tanya pelayan tersebut. Wajah pelayan itu tampak khawatir.

“Aku tidak peduli, aku hanya ingin wanitaku kembali!” Chang An mengukir senyum penuh arti.

Dania di kota alam Dewa adalah seorang Dewi obat dengan status tinggi, ketika kabur dari alam Dewa Dania bereinkarnasi menjadi manusia biasa bernama Waning seorang wanita yang bodoh.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel