Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Sederhana Lebih berharga

‘Sederhana lebih berharga’

***

Di dalam kereta kuda, Juan dan Butai terus menatap Dania dengan tatapan mata curiga dan was-was. Dania merasa dua kakak Waning menyimpan banyak pertanyaan yang ditujukan pada Dania.

“Kalian kenapa bersikap canggung begini? Tanyakan saja apa yang ingin kalian tanyakan padaku.”

“Kamu sungguh tidak tahu di mana Waning yang asli?” tanya Butai lantaran tidak sabar menunggu.

“Aku sungguh tidak tahu di mana dia, apa dia sungguh mati? Kalau kalian bertemu dengannya aku pasti sangat bersyukur, kalian tidak ingin mencarinya?” tanya Dania pada dua kakak Waning.

Juan langsung menelan ludahnya sendiri. Juan dan Butai tetap bungkam, mereka masih tidak bisa mengerti dengan semua peristiwa yang terjadi baru-baru ini.

“Aku terjaga di dalam penginapan bersama Jenderal bengis itu, apa mungkin dia yang sudah membunuhnya? Apakah ini masuk akal? Sebelumnya dia sangat membenci Waning lalu tiba-tiba datang untuk melamar pagi-pagi buta!” Dania dengan sengaja mengalihkan topik percakapan dan melemparkan kesalahan pada Sutangji. Menurut Dania dua kakak Waning tidak akan berani bertindak gegabah karena lawan mereka adalah jenderal agung kerajaan.

Juan langsung membuka kata. “Kita rahasiakan masalah ini, Ayah tidak boleh tahu. Kamu harus tutup mulut, aku tidak akan melarangmu melakukan apa pun kecuali mengatakan masalah ini pada Ayah kami kalau kamu bukan Waning kami. Kami sudah kehilangan satu keluarga! Kami tidak ingin kehilangan Ayah kami! Waning memang bodoh dan ceroboh, tapi dia tetap saudara perempuan kami!” Ujar Juan pada Dania.

“Ya, tenang saja aku tidak akan mengatakan apa pun pada Ayah.”

Saat tiba di kediaman Jiwenhu, hari sudah hampir terang.

Jiwenhu menunggu mereka, saat mereka turun dari kereta kuda Dania langsung mendahului memeluk Jiwenhu.

“Ayah aku ngantuk sekali, aku akan tidur di kamarku!”

“Ya-ya, lekaslah tidur, jangan sampai kamu sakit! Putriku yang berharga!”

Dania sangat kelelahan dan langsung tidur di dalam kamarnya.

Juan dan Butai tampak serius melihat ekspresi wajah ayah mereka.

“Bagaimana hasilnya? Apa kalian berhasil bertemu dengan tabib terkenal di gunung?” Jiwenhu membawa kedua putranya untuk duduk di ruangan utama, dia ingin mendengar tentang hasil perjalanan mereka ke gunung. Pikirnya mereka tidak akan bisa menemui tabib hebat tersebut karena beberapa orang kaya bahkan dengan status tinggi ditolak oleh tabib itu.

“Ayah, Waning berhasil membuatnya, ramuan itu memang ramuan emas jantung yang terkenal, tabib sudah mengatakannya pada kami. Hanya saja ....” Juan berhenti berkata, dia merasa harus memberitahu ayahnya tentang yang sebenarnya.

“Apa? Lanjutkan!” Jiwenhu mendesaknya untuk melanjutkan.

“Waning bukan Waning, dia sama sekali bukan Waning kita, Ayah! Waning kita tidak mungkin secerdas dia!” seru Butai dengan tidak sabar.

“Ah, itu,” Jiwenhu menggaruk pipinya dan memutar bola matanya seakan-akan dia sudah tahu lebih awal dibandingkan dengan kedua putranya.

“Ayah! Ayah sudah tahu?” Juan berteriak pada Jiwenhu.

“Ya, aku sudah tahu, aku ayah Waning, mana mungkin aku tidak bisa mengenali putri kandungku sendiri?”

Juan dan Butai cemberut. “Lalu kenapa Ayah tidak menceritakannya pada kami?” Protes Butai.

“Aku tidak ingin meributkannya, aku sudah menyelidikinya, saat itu di penginapan sangat ramai. Bahkan putra mahkota bersama pengawal elit juga ada di sana. Adikmu bisa kembali dengan keadaan utuh tanpa luka aku sudah sangat bersyukur. Dewa mendengar doaku, sekarang lihatlah dia, Waning tidak hanya berubah tapi dia kembali dengan kecerdasan yang luar biasa!”

“Lalu ke mana Waning kita?” Juan ikut bertanya.

“Di kamarnya tidur, bukannya kalian tadi pergi ke gunung bersama? Hahahaha! Dewa sungguh ada di dunia ini! Hahahaha! Aku sangat senang, akhirnya ada keturunanku yang akan mewarisi ilmu pengobatanku!” Jiwenhu langsung pergi ke kamarnya.

Juan dan Butai hanya bisa menghela napas panjang. Pikir mereka ayahnya akan syok saat mendengar kalau Waning yang bodoh sudah tidak ada lagi di dunia ini, tidak disangka ayahnya malah senang sekali bahkan bersyukur karena Waning berubah menjadi gadis cerdas dan pintar.

***

Pada keesokan paginya, lima orang pelayan sudah berdiri berjajar di dalam kamar Waning. Mereka membawa aneka setelan gaun warna cerah untuk dipilihnya beserta aksesoris rambut.

Dania membuka matanya dan terkejut melihat pelayan yang akan melayaninya.

“Kenapa kalian di sini? Siapa yang memerintahkan kalian berdiri di sini?”

“Nona, Tuan Besar meminta kami untuk menyiapkan semua ini karena beliau ingin membawa Nona untuk mendaftar ujian.”

“Secepat ini?!” Dania membelalakkan matanya dan langsung melompat turun dari atas ranjang.

“Ya, Nona sudah setuju kemarin, Tuan Besar cemas kalau Nona berubah pikiran,” jelas pelayan tersebut pada Dania.

Dania berkacak pinggang lalu memiikirkan masalah tersebut sambil berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Dania mencoba mencari tahu di dalam ingatannya. Setahu dia Waning tidak lulus dalam ujian tingkat dasar. Kali ini Dania harus mengikuti tujuh tingkat sekaligus untuk meraih prestasi dasar tertinggi dan tidak boleh gagal satu tingkat pun!

“Aku bahkan belum pergi ke perpustakaan untuk belajar, rupanya Jiwenhu sungguh yakin aku pasti akan lulus kali ini! Dia langsung mendaftarkanku begitu saja.” Gumam Dania pada dirinya sendiri.

Dania kembali menatap pelayan yang masih tinggal di dalam ruangan. “Kalian taruh saja bajunya aku akan pergi mandi.”

“Kami akan membantu Nona bersiap-siap,” ujar mereka.

Dania menganggukkan kepala lalu mengikuti salah satu dari mereka untuk pergi mandi. Dania diantarkan ke kolam air hangat dengan taburan kelopak bunga. Aromanya begitu harum, saat menciumnya Dania memiliki ide untuk menyuling beberapa jenis parfum lalu menambahkan ke daftar ramuan yang akan dia jual di toko ramuan obat setelah lulus ujian nanti. Begitu banyak hal yang ingin Dania lakukan. Dia merasa memiliki kehidupan baru yang lumayan mewah. Jika di kediaman zaman modern, Dania juga memiliki pelayan di kediaman kedua orang tuanya tapi Dania bukan gadis manja yang suka memerintah jadi semuanya bisa dia lakukan sendiri untuk bersiap-siap. Di zaman kuno dia dilayani seperti seorang putri yang berharga. Ketika mandi juga ada pelayan yang menggosok kulitnya sampai putih bersinar dan halus.

Setelah selesai bersiap-siap Dania diantarkan pelayan untuk menemui Jiwenhu. Semua orang di meja makan tercengang melihat sosok Waning dengan penampilan barunya. Meski tidak memakai banyak aksesoris di rambutnya seperti biasa, sosok Waning yang sekarang terlihat lebih cantik dan lebih percaya diri. Dania merasa aneh melihat semua orang menatapnya dengan mata tidak berkedip.

“Kalian melihatku seperti tidak pernah melihatku sebelumnya? Apa yang terjadi?” tanya Dania sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya.

“Penampilanmu sangat berbeda,” Butai menjawab dengan tatapan mata tidak berkedip.

“Ya, sangat jauh berbeda, Waning sebelumnya suka memakai banyak aksesoris di kepalanya.” Timpal Juan.

“Begini juga bagus! Tidak ada yang salah!” Jiwenhu segera menyela.

“Lagi pula aku bukan ratu, kenapa repot-repot mengatur rambut setinggi itu? Menambahkan tusuk konde begitu banyak hanya akan membuatku pusing. Penampilan bodoh seperti itu jangan harap kalian akan melihatnya lagi di masa depan!” jawab Dania dengan santai.

“Jangan bicara begitu! Jangan membahas ratu atau anggota kerajaan manapun di rumah ini. Kamu ingin kami semua dipenggal?” Juan berkata dengan emosi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel