Bab 7 Teman lama
***
Di sisi lain, Yulia – putri perdana menteri kiri menerima laporan dari pelayannya. Melihat pelayan yang biasa pergi ke istana untuk mendapatkan informasi dia merasa sangat senang sekali karena pikirnya dia akan memiliki kesempatan untuk pergi menemui Guwenki – putra mahkota.
“Anli, bagaimana? Apa kamu sudah tahu bagaimana kabar Yang-mulia? Kami sudah lama tidak bertemu, dia pasti sangat merindukanku!” ujarnya dengan penuh percaya diri.
“Ma-maaf, Nona muda, sebelumnya saya sudah menyampaikan surat dari Nona pada Yang-mulia Putra mahkota, tapi karena Yang-mulia Permaisuri sakit, beliau sibuk mencari tabib dengan ilmu tinggi untuk menyembuhkan Yang-mulia Permaisuri sekaligus mendapatkan penghargaan dari Yang-mulia Raja.”
“Lalu? Apa lagi yang kamu tahu tentang dia?”
“Kemarin malam Yang-mulia Putra mahkota membawa gadis desa dari gunung, dari yang saya dengar gadis itu adalah seorang tabib, tapi saya ragu karena ....” Anli menggigit bibir bawahnya dan dia teringat cara Guwenki memperlakukan Dania ketika hendak pulang semalam.
“Karena apa? Katakan dengan jelas!” Yulia membentak dengan wajah marah.
“Yang-mulia memperlakukannya dengan sangat lembut, saya hanya berpikir Yang-mulia Putra mahkota memiliki minat pada gadis desa itu. Pagi ini saya dengan Yang-mulia Raja juga mengirimkan hadiah pada keluarganya karena sudah berhasil menyembuhkan penyakit Yang-mulia Permaisuri.”
Yulia sangat marah sekali mendengarnya, dia merasa posisinya sebagai kekasih Guwenki akan digeser dan ditempati oleh wanita lain. Selama ini Yulia sudah berhasil membuat saingannya menjauh dan batal menjadi selir Guwenki. Mereka semua terdiri dari putri pejabat yang memiliki status di bawah ayahnya, bahkan pelayan di kediaman Guwenki yang membuat Guwenki tertarik juga dia singkirkan.
“Kalau begitu, aku harus menyingkirkannya! Dia tidak boleh menempati kursiku di sisi Yang-mulia Putra mahkota! Kamu selidiki dia! Aku ingin tahu siapa gadis itu dan berasal dari keluarga mana?”
Yulia memberikan perintah dan dia berkata dengan penuh keyakinan bahwa dia akan berhasil menyingkirkan Dania.
“Baik Nona muda, saya akan melakukannya!”
Anli tidak membuka kata lagi, setelah melaporkan semuanya dia menerima sekantong uang lalu segera meninggalkan kediaman Yulia.
***
Di sisi lain Dania sedang mencari tanaman obat, pagi-pagi sekali sebelum berangkat pergi ke gunung dia mencuri peta hutan terlarang dari ruang kerja Jiwenhu. Sebenarnya dia tidak tahu kenapa ayahnya memiliki ruangan kerja dengan banyak buku padahal selama ini Jiwenhu sama sekali tidak banyak menguasai ilmu pengobatan. Semua buku-buku di sana ternyata adalah catatan tentang jenis-jenis tanaman obat. Jiwenhu bilang semua buku-buku itu dititipkan oleh orang yang berkunjung ke kediamannya. Pagi ini Dania mengambil peta hutan terlarang itu, Jiwenhu berkata padanya bahwa lokasi itu adalah wilayah yang sangat berbahaya dan tidak boleh didatangi olehnya.
Dania sangat penasaran tentang silsilah kehidupannya, Jiwenhu mengatakan bahwa dia adalah anak ular jadi dia ingin pergi memastikannya. Jalan yang akan ditempuh sangat berbahaya. Dania sudah membulatkan tekat. Jika dia mati dalam perjalanan, dia juga tidak menyesal karena Raja Yu sudah memberikan hadiah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan Jiwenhu selama dia pergi.
***
Beberapa tahun yang lalu, sebelum dia membantu Jiwenhu mencarikan tanaman obat, saat usianya masih delapan tahun. Dania melihat Jiwenhu didatangi oleh pria misterius. Orang itu mengenakan baju putih dan penampilannya terlihat sangat luar biasa. Dania tidak tahu siapa pria itu, pria itu datang menyentuh keningnya lalu tersenyum dan dia berpesan pada Jiwenhu agar menjaganya dengan baik dan memintanya untuk pergi ke hutan setelah usianya di atas lima belas tahun. Pria itu berkata pada Jiwenhu pengetahuan putrinya tentang tanaman obat akan muncul di usia tersebut dan akan mulai berkembang pesat. Dania pikir itu hanya omong kosong belaka. Tapi kelihatannya Jiwenhu dan orang itu berbicara dengan serius.
Sebelum-sebelumnya, toko obat Jiwenhu hanya memiliki beberapa bahan obat saja, semenjak Dania menginjak usia dewasa jumlah jenis tanaman obat di toko Jiwenhu memang lebih bervariasi dengan jenis-jenis tanaman langka dan memiliki kualitas tinggi. Jiwenhu yang dulunya berpikir dengan membawa bayi ke rumah akan mendapatkan kesialan mulai berubah pikiran.
***
Di jalan hutan masuk kawasan terlarang, Dania membuka peta itu. Hari sudah hampir gelap dan mungkin saat dia tiba di sana nanti hari sudah malam.
Sejak dia berangkat tadi, Dania merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Dia berjalan masuk ke dalam kawasan itu dan salah satu dari orang itu rupanya pergi sementara satunya lagi tetap mengikutinya.
Siapa yang repot-repot mengikutiku? Sejak aku berangkat tadi tidak ada tanda-tanda mereka ingin mencelakaiku.
Dania berjalan dengan santai masuk ke kawasan terlarang, rupanya hutan itu dipenuhi kabut ketika menjelang malam jadi orang yang mengikutinya pun kehilangan jejaknya.
Dania terus berjalan dan dia mengikuti arah di peta. Semakin jauh dia melangkah suasana yang terlihat di sekitarnya semakin terlihat berbeda. Dia melihat tanaman dengan daun bercahaya.
“Tanaman spiritual? Biasanya anggota bela diri selalu mencari tanaman seperti ini, sayang sekali mereka hanya tumbuh di sini.” Gumamnya.
Sayangnya semua tanaman itu tidak bisa dia tanam di kebun belakang rumah Jiwenhu. Semua tanaman berharga itu juga hanya bisa tumbuh di kawasan khusus seperti tempat yang Dania datangi saat ini.
Saat melihat tanaman dengan aura merah darah, Dania tiba-tiba merasa akrab dengan tumbuhan tersebut. Dia datang dan duduk di depannya.
“Tanaman ini sangat berguna, jika dijadikan obat luar maka akan cepat menyembuhkan luka. Separah apa pun luka itu akan bisa menutup kembali. Jika dijadikan pil maka akan bisa menyembuhkan luka dalam!” Dania mengulurkan tangannya untuk memetiknya.
Pada saat yang sama dia mendengar suara berisik di belakangnya. “Seperti desisan ular?” Dania menoleh dan melihat ular berukuran setinggi rumah dan sebesar pohon sedang menatapnya. Kepala ular itu tepat berada di atas kepalanya. Melihat sisik di tubuhnya Dania teringat tentang ular yang pernah dibicarakan oleh Jiwenhu. Ular besar dengan sisik ukiran emas, berkilauan seperti harta yang sangat mahal. Dania pikir ular itu akan memakannya hidup-hidup. Dia duduk diam di sana dan menunggu. Ular itu menundukkan lehernya lalu mendekatkan kepalanya tepat di depan wajah Dania.
Dania memejamkan mata karena dia pikir dia akan mati hari ini, lalu bertanya padanya, “Tuan ular, ampuni aku! Maafkan aku sudah berniat mencuri tanaman yang kamu jaga! Aku-aku tidak tahu kalau kamu di sini!”
Ular itu mundur lalu menatapnya dengan jarak beberapa meter.
“Ternyata itu kamu.” Ucapnya pada Dania. Ular itu ternyata bisa bicara.
“Jangan-jangan kamu ular yang ingin memakanku waktu aku bayi?” tanyanya.
Ular itu menggelengkan kepalanya, dia mendekati tanaman merah yang tadi ingin dipetik Dania dengan mulutnya, dia memasukkannya ke dalam keranjang yang dibawa Dania.
“Hmh! Kamu tidak tahu aku menjagamu waktu itu? Laki-laki bodoh itu mencurimu! Jika tidak seharusnya kamu adalah dewi di hutan ini! Tetap tinggal di sini, aura di sini cocok dengan tubuhmu! Kemajuanmu sangat lambat ketika berada di dunia manusia!”
“Apa maksudmu?”
“Ini adalah takdir, kita bertemu lagi juga adalah takdir. Kegagalanku waktu itu membuat nyawaku hampir terancam, Dewa tinggi sangat marah karena aku gagal menjagamu, jika saat itu kondisiku tidak sedang lemah seharusnya aku tidak akan kehilanganmu. Dewa Tinggi mengampuniku dan memintaku untuk menjaga semua tanaman di wilayah ini, beliau bilang suatu hari nanti Anda akan kembali, Yang-mulia Dewi ....”
Dania mengerutkan keningnya, dia juga menyipitkan matanya.
“Apa ular ini juga sudah tidak waras? Dia memanggilku Dewi? Ternyata banyak sekali jenis makhluk gila di dunia ini?” tanya Dania pada dirinya sendiri.
