Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

                "Selamat datang di restorantku," seru Raihan saat memasuki sebuah restaurant mewah diikuti Aisyah.

Aisyah menatap sekeliling restaurant yang mengambil tema ke Barat baratan. Tampak nyaman dan elegant.

Di sana juga sudah ada beberapa orang yang tampak sibuk merapihkan meja dan kursi dan juga menyiapkan beberapa perlengkapan lainnya. Jelas sekali di sana akan ada sebuah acara.

"Bagaimana menurutmu, Bu Guru?" tanya Raihan.

"Maksudnya?" tanya Aisyah mengernyit bingung.

"Iya bagaimana menurutmu restaurant ini?" tanya Raihan mempersilahkan Aisyah untuk masuk ke dalam ruangannya yang pintunya sudah ia bukakan.

Aisyah berjalan masuk ke dalam ruangan itu, diikuti Raihan. "Besar, elegant, mewah, apalagi," seru Aisyah dengan santai dan mengambil duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Mau minum apa?" tawar Raihan.

"Apa saja," jawab Aisyah yang di angguki Raihan dan beranjak pergi keluar untuk mengambil air.

Aisyah menatap sekeliling ruangan yang cukup luas itu. Terlihat ada kamar mandi di dalam, meja besar dengan kursi kebesaran milik Raihan. Papan tulis di dekatnya dengan berbagai tulisan menu makanan.

Selain itu, ada sofa yang kini di duduki Aisyah. Ada televisi yang berada tepat di hadapannya menempel di dinding. Ada rak buku dimana penuh dengan berbagai buku. Dan satu tempat yang membuat Aisyah kagum.

Di sana terdapat sebuah mushola kecil yang hanya bisa di gunakan untuk dua orang. Mushola kecil itu tampak bersih dan indah. Ada juga beberapa tasbih dan Al-Quran yang tersimpan di bagian depan mushola. Aisyah tidak menyangka sosok Raihan, bisa memikirkan sebuah mushola khusus di ruangan kerjanya. Jarang sekali ada yang menyediakan mushola khusus di ruangan kerjanya.

"Ini minumannya," seru Raihan menyimpan gelas minuman di atas meja membuat Aisyah mengalihkan pandangannya dari mushola itu ke arah Raihan.

"Terima kasih," seru Aisyah.

Raihan duduk di sofa single yang berada di sebelah kanan sofa yang di duduki Aisyah.

"Kapan acaranya di mulai?" tanya Aisyah.

"Satu jam lagi, tamunya belum datang," seru Raihan.

"Ini restaurant khusus makanan western?" tanya Aisyah.

"Tidak juga sih, sebenarnya ada beberapa menu masakan Indonesia dan juga Japanese. " Aisyah hanya ber-oh saja.

"Jadi makanan apa yang kamu sukai, Bu Guru?" tanya Raihan.

"Berhenti memanggilku bu Guru, namaku Aisyah."

"Aku tau, tetapi rasanya tidak sopan memanggil nama kepada yang lebih tua," kekeh Raihan membuat Aisyah cemberut kesal.

"Terserah kau saja!"

"Baiklah Ay."

"Apa?"

"Apa?" tanya Raihan dengan tatapan polosnya.

"Kau memanggilku apa?" tanya Aisyah.

"Ay. Apa ada yang salah?" tanya Raihan.

"Kenapa Ay?" tanya Aisyah tampak tidak terima.

"Ck, kamu ini banyak sekali tuntutan. Tadi tidak ingin di panggil Bu guru, sekarang aku panggil nama juga komplen."

Aisyah hanya mencibir saja.

Obrolan mereka terhenti saat pelayan mengetuk pintu dan memberitahu kalau acara akan segera di mulai.

Raihan mengajak Aisyah untuk keluar dari ruangannya menuju ke tempat acara.

Sesampainya di sana tampak sekali orang-orang sudah banyak sekali. Raihan meminta Aisyah untuk duduk di salah satu meja yang di sediakan untuknya tepat di dekat perlatan masak yang akan di gunakan Raihan di sana. Raihan berpamitan untuk briefing sebentar dengan karyawan-karyawannya.

Aisyah menatap sekeliling yang sudah penuh dengan para tamu. Menurut Raihan, ia sering melakukan kegiatan seperti ini. Dalam kegiatan ini, Raihan akan menunjukkan kebolehannya dalam memasak dan meluncurkan menu terbaru di restaurant itu. Aisyah juga bisa melihat dari kalangan mana yang merupakan client dan custamer Raihan ini. Hampir semuanya dari kalangan atas, pengusaha, menteri pun bahkan artis tanah air. Ternyata Raihan cukup di kenal di kalangan mereka.

Entah kenapa ada rasa kagum di dalam hati Aisyah untuk Raihan. Pria muda itu sungguh sosok yang penuh pertanggung jawaban dan pekerja keras.

Tak lama Raihan keluar dengan sudah memakai apron putih dan topi chef miliknya. Aisyah sampai terpana melihat penampilan Raihan di depannya. Saat ini ketampanan Raihan bertambah berkali-kali lipat dan Aisyah tidak menyangka bahwa seorang pria begitu terlihat tampan saat memakai apron.

Raihan tampak melakukan sambutan pembuka dan memperkenalkan maksud dari kegiatan ini. Para wanita muda bahkan tampak segerombolan wanita memakai seragam sekolah bersorak penuh histeris meneriakan nama Raihan. Sudah mengalahkan selebritis papan atas. Pikir Aisyah.

Aisyah kembali minder dengan diriya juga penampilanya. Bagaimana mungkin dirinya berpikir Raihan menyukainya? Yang ada dia tampak seperti Kakaknya Raihan.

Raihan tampak melakukan aksi memasaknya yang cepat, rapi dan terlihat begitu memukau. Bahkan banyak yang mengambil videonya saat itu. Aisyah sungguh terpana dengan apa yang dia lihat.

Deg

Aisyah merasa jantungnya berdebar-debar saat Raihan melihat ke arahnya dan memberikan sebuah senyuman yang begitu manis dan tampan. Seketika juga Aisyah memalingkan wajahnya. Ia berasa suhu tubuhnya menjadi naik dan wajahnya terasa panas.

Aisyah beranjak dari duduknya dan berlalu pergi menuju kamar mandi. Ia membasuh wajahnya berkali-kali bahkan berwudhu untuk menstabilkan dirinya.

"Ya Allah ada apa dengan jantung ini," gumam Aisyah menyentuh dadanya.

Setelah merasa lebih baik, ia berjalan keluar dari kamar mandi.

Gerakannya terhenti saat melihat sosok yang ia kenal. Ia berjalan mengikuti seseorang itu hingga orang itu tampak menyapa seorang wanita.

"Dia di sini?" gumam Aisyah menatap seseorang itu yang kini berjalan menuju keluar restaurant bersama wanita yang tadi ia sapa.

Aisyah masih mengikutinya hingga pintu utama dimana mereka telah meninggalkan restaurant.

"Mas Agung..."

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel