Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Aisyah sedang memeriksa tugas para muridnya tadi siang. Seketika gerakan tangannya terhenti saat ia mengingat kejadian tadi siang.

Hari ini ia merasakan sesuatu yang berbeda. Sosok Raihan datang begitu saja dan dalam sehari sudah berhasil membuat emosi Ais berubah-ubah.

Sebenarnya apa maksud Raihan dengan mengantar jemputnya? Bukankah saat acara perjodohan kemarin, dia sama sekali tidak berkomentar. Dalam pikiran Ais malah menyimpulkan kalau Raihan tidaklah menerima perjodohan ini. Tapi kenapa? Untuk apa dia berusaha mendekati Ais?

Berbagai pertanyaan kini memenuhi kepala Aisyah hingga ia mengabaikan pekerjaan di depannya dan menatap lampu belajarnya yang berbentuk hello kitty dnan berputar di depannya.

'Pria itu sungguh misterius," batin Aisyah.

***

Keesokan paginya seperti biasanya Raihan sudah nangkring di depan rumah. Aisyah sudah tak banyak berkomentar dan langsung naik ke atas mobil.

Selama perjalanan keduanya sama-sama terdiam dan fokus dengan pikiran masing-masing.

"Aku mau tanya sesuatu," seru Aisyah setelah lama terdiam.

"Silahkan," jawab Raihan dengan santai.

"Apa tujuanmu dengan mengantar jemputku?" tanya Aisyah.

"Memang nya kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Raihan.

"Sangat bermasalah, Mr. Raihan!" Seru Aisyah membuat Raihan menoleh ke arahnya.

"Dengar yah Mr. Raihan yang terhormat, aku-"

"Chef Raihan. Panggil aku chef Raihan," ucap Raihan dengan bangga membuat Aisyah mencibirnya.

"Terserah kau! Aku hanya ingin tau, kamu menolak perjodohan ini, bukan?" tanya Aisyah meneliti wajah santai Raihan.

"Memangnya kenapa kalau aku menerimanya atau tidak?" tanya Raihan kembali.

"Kenapa kau terus menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan kembali?" seru Aisyah merasa kesal dan di permainkan.

"Sabar bu Guru, kenapa kau cepat sekali naik vital. Banyak-banyak istigfar," gurau Raihan. "Aku meragukan kemampuanmu sebagai guru SD kalau kau memiliki emosional seperti ini."

"Bukan urusanmu!" jawab Aisyah dengan ketus.

"Dengar yah Chef Raihan yang terhormat, apapun keputusanmu. Yang jelas aku tidak menerima perjodohan ini. Aku sudah memiliki calon!" jawab Aisyah dengan tegas.

"Benarkah itu? Lalu kemana calonmu, kenapa orangtua mu malah menjodohkanmu denganku?" tanya Raihan masih bersikap santai. "Tunggu sebentar, apa ini kasus cinta tak di restui? Begitukah?"

"Bukan urusanmu! Yang jelas aku sudah menyampaikan semuanya. Jadi berhentilah mengantar jemputku lagi." Aisyah berseru dengan masih kesal.

"Baiklah aku akan berhenti mengantar jemputmu, tetapi setelah kamu mengenalkan calonmu itu padaku," seru Raihan dengan jahilnya mengedipkan sebelah matanya.

"Kau!" Aisyah semakin meradang di buatnya.

Pria di sampingnya ini memang bukanlah tandingannya. Ia mendadak memiliki penyakit darah tinggi karena Raihan.

***

"Kenapa mas Agung tidak pernah aktif dan sulit sekali di hubungi?" gumam Aisyah mondar mandir di dalam kamarnya.

Ini sudah hampir dua minggu Agung tidak bisa di hubungi dan hilang tanpa ada kabar.

"Apa dia begitu sibuk, sampai tidak bisa mengaktifkan handphone nya?"

Aisyah semakin kesal sekaligus khawatir memikirkannya.

Drrt drttt drrttt...

"Hallo Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam. Wah bu Guru, apa sebegitu merindukanku? Sampai dalam dering pertama kau sudah mengangkat telponnya," seru seseorang di sebrang sana dengan nada menggoda.

Kernyitan di dahi Aisyah semakin dalam. Ia menatap layar handphone nya dan ternyata benar itu adalah nomor Raihan yang ia tulis dengan nama "Bocah Songong"

"Ada apa menelponku?" tanya Aisyah akhirnya kembali mendekatkan handphone nya ke daun telinga.

"Wah ternyata benar yah kau sedang memikirkanku."

"Jangan Geer kamu! Ada apa menghubungiku malam-malam begini?" tanya Aisyah.

"Tidak ada, iseng saja apa kamu akan mengangkat telponku atau tidak. Dan ternyata di luar dugaanku, ternyata kamu sedang memikirkanku. Maka dari itu kamu langsung mengangkat telponku."

Terdengar tawa renyah dari sebrang sana.

"Tutup mulutmu, Bocah! Kau terlalu percaya diri. Kalau hanya ingin berbasa basi dan menggangguku saja, aku akan tutup telpon ini."

"Tunggu! Begitu saja sudah marah." Kekeh Raihan. "Besok weekend, apa kamu sibuk?"

"Untukmu aku sibuk," jawab Aisyah.

"Besok ada acara di restaurant, aku ingin mengajakmu untuk datang. Apa kamu bisa?"

"Tidak bisa!"

"Baiklah besok aku akan menjemputmu jam 10 pagi yah, Assalamu'alaikum bu Guru."

"Hei...!"

Aisyah menatap layar handphone nya yang telah terputus. "Apa-apaan bocah ini, seenak jidatnya!"

"Astagfirulloh..."

Aisyah merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya. Ia menatap langit langit kamar dan melalang buana memikirkan hidupnya.

Kenapa harus datang seorang Raihan ke dalam hidupnya...?

***

"Assalamu'alaikum," seru Raihan.

"Wa'alaikumsalam," jawab Amierra saat membuka pintu. "Nak Raihan? Mau bertemu Ais?" tanyanya yang di angguki Raihan.

"Duduklah sebentar, akan Tante panggilkan," seru Amierra beranjak masuk ke dalam rumah.

Raihan memilih duduk di kursi yang ada di teras rumah.

Tak butuh waktu lama Aisyah keluar dari dalam rumah. Membuat Raihan yang tengah memainkan handphone nya segera menengadahkan kepalanya.

Raihan tersenyum melihat Aisyah yang ternyata sudah rapi, padahal semalam terang-terangan menolaknya di telpon.

"Walau weekend kamu tetap berdandan rapi di pagi hari yah," goda Raihan.

"Cepat pergi!"

"Aku pamitan dulu ke Tante Amierra," seru Raihan beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam rumah meminta ijin pada Djavier dan Amierra.

*** 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel