Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 9

Light turun dan ikut sarapan, dia mengomentari ikan yang setengah gosong. Dan segera mendapatkan sendok melayang ke wajahnya. Kini dia tahu masakan Yui lebih parah dari masakan Rafael. Setidaknya meskipun rasanya kurang, masakan Rafael masih bisa dinikmati dan dimakan.

Yui dan light kembali berlatih, sementara Rafael dia tidak bisa menemani si kembar berlatih. Ada urusan katanya dan dia pergi setelah Sarapan.

“Hei Yui, kita berada di tengah hutan, kau tahu dua orang anak di tengah hutan tanpa pengawasan orang dewasa. Bagaimana kalau ada harimau menerkam kita?” tanya Light mulai merasa takut. Dia baru menyadari bahwa saat ini mereka berdua diawasi puluhan mata yang haus darah.

“Kau punya elemen petirkan, panggang saja mereka kita jadikan makan malam,” jawab Yui cuek dengan tatapan di balik pepohonan.

Perlahan mereka yang berada di balik pepohonan menampakkan diri. Sekumpulan serigala yang haus darah dan ingin memangsa kedua bocah yang sedang berada di padang rumput.

“Yui, itu serigala!” Light berdiri di belakang Yui.

“Light, harusnya Aku yang sembunyi, kau 'kan laki-laki,” gerutu Yui yang juga takut melihat serigala tersebut.

Ada sepuluh ekor serigala yang siap menerkam mereka berdua.

“Tapi aku takut, memangnya kita pernah bertarung sungguhan? Kita hanya berlatih, beda atmosfernya,” kata Light.

“Lalu bagaimana, kita lari saja?” tanya Yui. Serigala mulai mendekat saat mereka berdua sedang berdebat.

“Mungkin ide bagus, tapi bagaimana kalau kita berlatih saja hari ini dengan hewan buas rasanya juga menarik,” kata Light yang tiba-tiba rasa takutnya hilang dan ingin mencoba petirnya pada makhluk hidup sungguhan.

“Benar juga ya, sesekali kita coba kemampuan kita, ide bagus. kamu mau

yang mana?" kata Yui.

Seekor serigala melompat dan akan menerkam Yui yang langsung mendapat sebuah tendangan tepat di perut serigala tersebut.

“Tunggu dulu kita belum memutuskan mau diapakan kalian!” bentak Yui pada para serigala itu.

“Sepertinya mereka lemah, ayo hajar mereka Yui,” Light menyeringai dengan senyuman jahatnya.

Para serigala salah menemukan mangsa. Sepuluh serigala dihajar dengan tangan kosong oleh kedua bocah itu. Mereka Pun lari menyelamatkan diri sebelum rantai makanan berpindah.

“Wah daging kita kabur!" seru Yui.

“Bagaimana kalau berburu?" ajak Light yang dengan senang hati disambut oleh Yui.

Kedua bocah itu mencari binatang yang dagingnya enak dimakan. Tujuannya kelinci atau binatang merumput lainnya. Hari itu para binatang buas menemukan lawan yang lebih buas dari mereka. Harimau pun tak berani mendekat. Yui menangkap kelinci dengan kemampuan Seiryu menggunakan jebakan ranting dan ikatan rumput. Mereka pulang membawa tiga ekor

kelinci dan seekor rusa.

Sementara di Kerajaan Silverstone, Yuan dengan bosan duduk bersandar di tempat tidurnya. Harus istirahat tiga bulan karena kaki patah. Diam-diam dia berbisik kepada roh air miliknya. “Marina.”

Suara di dalam benaknya terdengar, “Ya Tuanku, ada yang bisa saya bantu?"

“Kau bisa menyembuhkan?" tanya Yuan dalam benaknya.

“Tentu, apa kau mau kesembuhan kakimu?” kata Marina dalam benak Yuan.

“Dengan senang hati,” jawab Yuan.

Cahaya biru keluar dari gelang Yuan. Lalu sosok Marina terlihat. Roh air tersebut segera menyembuhkan Yuan. Setelah sembuh Marina roh air Yuan terlihat memendam kata.

“Apa ada yang ingin Kami katakan?” tanya Yuan memandang makhluk kecil yang cantik di depannya.

“Temanku, dia bilang ada masalah di desa. Desa sebelah barat dari sini. Jika tidak keberatan maukah Pangeran memeriksanya?" kata Marina dengan telepati.

Yuan berpikir sejenak, desa yang dimaksud Marina mungkin desa Redstone yang berada di sebelah istana. Cukup berjalan 30 menit untuk sampai di sana melewati jalur hutan. Tapi Yuan belum pernah keluar dari istana sebelumnya. Dia setuju dan segera membuat alibi.

Dia menumpuk guling dan bantal hingga menyerupai dirinya. Lalu menarik selimut supaya terlihat jika sedang tidur. Perlahan-lahan Yuan membuka jendelanya. Kamar Yuan berada di lantai dua sehingga Marina membuatkan pijakan dengan air yang dipadatkan menjadi es.

Pelan-pelan Yuan turun dan segera setelah mencapai tanah dia menyelinap melewati penjaga di gerbang barat. Yuan mengenakan jaketnya, jaket itu benar-benar sempurna menyamarkan dirinya. Seperti bunglon yang bisa berubah warna di manapun dia berada.

Yuan segera masuk ke dalam hutan dan terus berjalan hingga tiba di Redstone. Desa ini gersang, sungguh hal yang janggal. Redstone biasanya adalah area pertanian yang luas. Hamparan ladang pertanian terlihat namun kering.

Yuan bertanya kepada penduduk desa, dan mereka mengatakan air sungai mengering begitu pula dengan sumur-sumur. Sehingga mereka gagal panen. Tapi pemerintahan telah bertindak dengan memberikan bantuan pangan supaya mereka tidak kelaparan.

Yuan memeriksa sungai dan sumur warga, ada sesuatu yang aneh. Energi alam seakan menghilang. Terasa hawa kegelapan menyelimuti. Yuan sendiri tidak mengerti kenapa dirinya bisa melihat aura kegelapan. Hari sudah mulai gelap, dia harus segera kembali ke istana. Yuan tiba tepat waktu ketika pelayan masuk membawakan nampan makan malamnya.

Pagi berikutnya, Yuan meminta pelayan untuk tidak membawakan makan siang karena dia akan makan siang bersama sang Ratu. Walau sebenarnya, Yuan berbohong. Dia pergi setelah sarapan. Semalam Yuan telah memeriksa peta wilayah Redstone dan ada danau di dalam hutan yang mengalirkan air ke desa tersebut.

Yuan mendatangi danau tersebut. Danau itu bahkan kering. Yuan turun ke dasar danau dan memanggil air. Perlahan-lahan air mulai naik hingga danau itu penuh. Setelah danau penuh Yuan berenang naik ke permukaan. Dia berjalan ke tepi danau dan akan mengambil jaketnya yang sengaja diletakkan karena takut basah. Ada seorang pemuda yang melihat Yuan naik ke permukaan. Dengan rambut peraknya yang basah terurai dan wajah cantiknya pemuda itu mengira Yuan adalah peri atau sejenisnya.

Sementara Yuan yang tidak mau identitasnya diketahui segara berlari menjauhi pemuda itu. Berlari tanpa melihat medan dengan panik, Yuan justru terperosok dan jatuh ke jurang. Untungnya dia tidak terluka.

“Tolong jangan takut Nona, Aku tidak akan menyakitimu,” ucap pemuda itu.

“Namaku Diaz, siapa namamu?" kata pemuda itu memperkenalkan diri dan berusaha menolong Yuan yang terjatuh.

"Yu-Yui," jawab Yuan berbohong.

"Maaf Yui, aku pinjam namamu," kata Yuan dalam hati.

Diaz mengulurkan tangannya dan disambut Yuan. Beberapa goresan dan luka kecil terlihat jelas di kulit putih Yuan.

“Kau terluka, bagaimana kalau ke rumahku sebentar, biar ku obati,” kata Diaz menawarkan diri.

“Tidak, maaf aku harus pergi sekarang," jawab Yuan.

“Apa kita bisa bertemu lagi?" tanya Diaz penuh harap.

Yuan hanya menoleh dan segera pergi. Dia tidak mau berlama-lama dengan orang tak dikenal. “Semoga dia cepat melupakan wajahku, akan menjadi masalah jika ketahuan.” kata Yuan dalam hati.

Yuan memanjat kamarnya dan segera membersihkan diri dan mengganti pakaian yang penuh tanah. Dengan baju yang menutupi seluruh tubuhnya, lukanya tidak terlihat.

Tok tok tok.

Suara pintu diketuk yang membuat Yuan kaget. “Tunggu sebentar," jawab Yuan.

Dia bingung merapikan tempat tidur dan segera berbaring di sana seolah-olah tidak pernah kemanapun. Satu yang dilupakan, perban kakinya.

“Pangeran bagaimana keadaanmu?" tanya Archilles. Dia membawa nampan yang berisi obat-obatan. “Gawat, dia akan memeriksaku,” batin Yuan.

“Paman, Aku baik-baik saja hanya perlu istirahat,” jawab Yuan bingung bagaimana kalau dia diperiksa.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel