Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Baju Lingerie Seksi

Zayver menurunkan Arsana di atas ranjang.

“Zayver, biarkan aku membersihkan diri terlebih dahulu.”

Arsana mengira Zayver akan menerkamnya di atas ranjang seperti biasanya, tetapi dugaannya salah.

Zayver kembali mengangkat Arsana membawanya ke dalam kamar mandi.

Arsana menatap punggung Zayver dengan tatapan tak percaya.

Zayver menyuruh Arsana membersihkan diri lalu tidur setelah makan malam. Lelaki itu tidak melakukan apa pun padanya, hanya mengobati luka lecet di kaki Arsana dan pergi begitu saja.

****

Pada keesokan harinya, Arsana telah kembali bekerja.

Berangkat pada pagi hari, seperti biasanya menjadi guru relawan, lalu pergi ke studio foto setelah pulang mengajar pada siang hari.

Setelah tiba di studio Arsana masuk ke dalamnya, tetapi untuk saat ini Arsana masih menutup rolling door di tokonya.

Ada sesuatu yang harus Arsana kerjakan.

Arsana mulai masuk ke sebuah ruangan yang seharusnya dijadikan kamar tidur, tetapi karena tidak tinggal di sana–sehingga Arsana merubahnya menjadi tempat penyimpanan barang-barang yang cukup penting untuknya. Barang-barang yang tidak mungkin bisa dibawa pulang ke rumah Zayver.

Arsana menjadikan ruangan itu menjadi tempat rahasia, jika dilihat dari luar tempat tersebut terlihat seperti kecil.

Orang-orang yang datang ke studio tidak akan bisa melihat pintu ruangan rahasia milik Arsana, mereka hanya melihat kamar mandi saja dan tidak ada ruangan lain lagi.

Hari ini Arsana mendapatkan misi yang cukup mudah sehingga Arsana lebih memilih mengerjakan misi yang menurutnya mudah diatasi terlebih dahulu sebelum menjalankan misi yang sebenarnya.

Lagi pula Zayver akan tinggal cukup lama di Papua jadi Arsana masih memiliki banyak waktu untuk menjalankan misi utamanya nanti.

Arsana banyak menunda misi utamanya, selain bukti-bukti yang belum ditemukan.

Belum lagi akibat ulahnya yang ceroboh dengan datang ke gudang terbengkalai bersama Edward membuat Edward belum bisa mengajar seperti biasanya lagi.

Arsana tidak tahu apa yang dialami Edward bisa sakit cukup lama seperti saat ini. Arsana hanya tahu jika Edward pingsan.

“Aw..” Arsana menarik tangannya yang terkena besi solder.

Arsana menatap Printed Circuit Board (PBC) yang berukuran kecil. Arsana sedang merancang sebuah alat pelacak yang berukuran kecil.

Arsana bisa saja membeli alat pelacak dengan begitu mudahnya tanpa susah payah , membuatnya tetapi sayangnya Arsana lebih percaya dengan hasil rangkaianya. Arsana akan membuat alat itu dengan tiga fungsi, selain bisa melacak–alat itu bisa menyadap percakapan ataupun menjadi kamera cctv jika diletakan ditempat yang tepat. Arsana akan menempel alat itu pada orang-orang yang Arsana curigai nantinya.

Arsana memilih berhenti dan mengobati luka tersebut terlebih dahulu, lalu membuka rolling door tokonya.

Arsana mendapatkan pesan dari Zahra, seperti biasa Arsana harus memecahkan kode terlebih dahulu sebelum membacanya. Arsana mendapatkan pesan, bahwa orang ada dalam misinya nanti malam akan ada di klub malam.

Arsana mengetik sesuatu di dalam komputernya, mencoba mencari letak klub malam yang ternyata terletak cukup jauh dari tempat tinggalnya.

“Apa yang harus aku lakukan? Jika aku pergi ke sana, bagaimana dengan Zayver.” monolog Arsana–sambil menggigit ujung kukunya, bingung.

Arsana merasa kesal dengan pernikahan yang membuatnya tidak bebas.

Tidak terasa waktu sudah menjelang sore hari, Arsana bersiap untuk pulang. Tidak ingin terlambat seperti kemarin lagi. Ya, walaupun Zayver pada hari kemarin cukup baik padanya, tetapi hari ini mungkin tidak akan seperti kemarin.

Arsana menatap sekeliling rumah, tidak ada sosok yang biasanya menunggunya.

Biasanya Zayver akan menunggu Arsana di dekat meja bar, tetapi hari ini kursi yang biasa Zayver duduk terlihat kosong.

Arsana memilih pergi ke lantai atas, lagi pula untuk apa Arsana mencari lelaki itu?

Zayver baru saja tiba, bersama dua temannya yang berjalan di belakangnya.

Matteo dan juga Kris, dua lelaki tampan tak jauh berbeda dengan Zayver.

“Zayver, biarkan aku melihat wanita yang kamu ceritakan.” ujar Matteo.

Zayver berdesis, “Untuk apa kau ingin menemuinya?”

“Aku hanya ingin melihat wanita yang telah menipumu.”

Kris yang mendengar perkataan Matteo tertawa cukup keras.

Mengingat seorang Zayver Megantara harus tertipu.

“Dia, tidak menipuku tetapi ayahnya yang telah berani menipu. Beruntung wanita itu masih bersegel, jika tidak aku akan memenggal kepala tua bangka itu.”

Zayver mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras mengingat Wijaya yang telah berani menipunya dengan menukarkan Arsina menjadi Arsana.

“Biarkan aku melihatnya!” Matteo begitu tertarik untuk melihat wanita yang telah menjadi istri Zayver.

Zayver menggerakkan ujungnya, menyuruh pelayan mendekat padanya.

“Panggilkan dia.” titah Zayver menyuruh pembantunya untuk memanggil Arsana.

Zayver meneguk segelas wine yang ada di tangannya.

Arsana yang sudah tertidur, terpaksa terbangun karena Zayver menyuruhnya turun ke lantai bawah.

Arsana melihat jam di dinding dengan mata menyipit.

Matanya seketika membulat, Zayver menyuruh Arsana turun tepat di tengah malam.

Arsana dengan malas bangun, tanpa menyadari baju tidur yang dipakainya sangat seksi.

Matteo dan Kris seketika melotot, melihat wanita seksi dan juga cantik berjalan ke arah mereka tanpa berkedip.

Zayver mendengus melihat kedua mata temannya.

Zayver yang membelakangi tangga, menoleh karena penasaran dengan tatapan Matteo dan juga Kris.

Zayver melihat Arsana berjalan mendekat ke arahnya dengan lingerie putih berbahan satin, tanpa memakai dalam.

“Sial!”

“Tutup mata kalian, sialan! Jangan menatapnya.”

Zayver dengan cepat membuka jas hitam miliknya dan memakaikannya pada Arsana.

“mengapa kau memakai baju seperti ini? Apa kau berniat menggoda mereka!” Zayver membentak Arsana dengan keras membuat kedua temannya pun ikut terkejut.

“Bukankah kamu selalu menyuruhku memakai baju seperti ini ketika tidur? Aku mana tahu jika ada mereka.” Arsana menjawab dengan begitu lantang.

Matteo dan Kris yang mendengar perkataan Arsana yang cukup berani, membuat Zayver tak berkata apa pun lagi. Zayver langsung mengangkat Arsana membawa gadis itu masuk kedalam kamarnya lagi.

“Zayver, kamu menyuruhku datang. Ada apa?”

“Itu tidak penting, lebih baik kamu layani aku.” perkataan Zayver membuat Arsana tersenyum getir.

“Ada apa? Jangan membantah, cepat lakukan!” bentak Zayver, melihat Arsana yang tetap diam di samping ranjang.

“Zayver, apa kamu tidak mengantuk? ini sudah larut malam. Bagaimana jika lain kali saja!”

Arsana mencoba membujuk Zayver untuk tidak melakukannya pada malam ini.

“Jangan coba-coba menolak Arsana! Kemarin malam aku sudah memberimu kesempatan.” Zayver menarik tangan Arsana hingga terjatuh ke arah dadanya, Arsana merasa tangannya sedikit basah setelah menyentuh bagian dada sebelah kiri Zayver.

Mata Arsana melotot melihat darah di tangannya.

“Darah? mengapa tanganku berdarah?”

Arsana mengira tangannya berdarah.

Zayver yang mendengar perkataan Arsana melihat ke arah tangan Arsana.

Zayver tanpa berbicara sepatah katapun, menarik tengkuk Arsana.

Arsana mendorong Zayver untuk melepaskan bibirnya.

“Zayver, hentikan!” pinta Arsana di sela-sela ciuman mereka.

Zayver malah makin menekan tengkuk Arsana begitu dalam

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel