Pustaka
Bahasa Indonesia

TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM

12.0K · Ongoing
Simbaradiffa
22
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

21+ Adult story. Dipaksa menikah oleh Ayahnya dengan pria tak dikenal. Ditetapkan sebagai agen rahasia oleh atasannya untuk menjalankan misi menjadi guru relawan di pelosok dengan mengumpulkan data informasi penting. Akankah gadis itu berhasil menjalankan misinya? Atau justru gagal karena harus menghadapi pria temperamental buruk dan selalu ingin di puaskan setiap malamnya.

actionPresdirRomansaPengantin PenggantiDewasa

Bab 1 Bergoyang Di atas Tubuhnya

"Ah... Ini enak sayang."

Sayup-sayup terdengar suara desahan hingga keluar.

Perasaannya mulai tak karuan, dengan cepat membuka pintu apartemen dengan sekaligus.

"Andre! Rara!" teriaknya dengan nada marah.

"Jadi ini yang kalian lakukan di belakangku?!"

Arsana Putri membekap mulutnya terkejut, tatkala melihat Andre dan Rara.

Arsana benar-benar tak menyangka dengan ulah mereka. Ia begitu shock melihat apa yang terjadi di depannya, mereka berdua sedang memadu kasih di atas ranjang apartemen milik Andre Wiranto, tunangannya.

Seketika, Andre yang terkejut langsung menyingkirkan tubuh Rara kesamping ranjang dengan kasar yang sedari tadi bergerilya dan bergoyang di atas tubuhnya.

Andre segera memakai handuk kimono yang ada di atas nakas dengan tergesa berjalan mendekati Arsana yang masih berdiri diambang pintu.

"Dasar pengkhianat!" geram Arsana.

"Arsana, ini tidak seperti yang kamu lihat!" ujar Andre seraya menarik tangan Arsana yang hendak pergi.

"Kau kira aku buta, hah?! Kita ini sudah tunangan, Andre, sebentar lagi kita akan menikah!" teriak Arsana dengan mata yang berkaca-kaca, tubuhnya gemetar menahan kedua kakinya agar tetap kuat melihat apa yang tey di depan.

Arsana ingin sekali menjatuhkan tubuhnya tetapi sayangnya sangat sulit.

"Arsana, lebih baik kamu bergabung saja dengan kami. Ayo!" ajak Rara tanpa merasa berdosa dengan senyum tipis dibibirnya.

"Diam kamu, Rara!" Andre menatap tajam sahabat dari tunangannya itu.

"Kalian berdua memang menjijikkan!"

Arsana mengepalkan tangannya yang berkeringat, air matanya sudah tak bisa tertahankan lagi, tetapi dia tak ingin menunjukkan rasa sedih itu di hadapan dua orang pengkhianat.

"Aku hanya menyalurkan syahwatku saja karena kamu tak bersedia melakukannya denganku, jadi, aku menjadikan Rara sebagai alat pemuas nafsuku sampai kita berdua resmi menikah," ucap Andre mencoba menjelaskan kenapa semua itu terjadi, saat Arsana sudah turun satu tangga dari sana.

"Alasanmu membuatku ingin muntah, Andre. Dasar munafik!" desis Arsana memicingkan matanya.

Plak!

Gadis itu menampar wajah Andre, membuat lelaki itu memegang pipinya yang terasa panas.

"Aku tidak mencintainya, aku bersumpah! Arsana, bahkan saat melakukannya aku selalu membayangkan wajahmu!" ucap Andre lagi membuat Arsana menampar kembali tunangannya itu.

Arsana benar-benar merasa jijik dengan pengakuan Andre.

Melihat Andre--lelaki yang amat Rara cintai sedari dulu ditampar oleh Arsana, dia langsung meraih handuk kimono yang lain lalu maju dan langsung menampar Arsana juga.

"Bahkan kamu lebih membela lelaki ini daripada aku, sahabatmu!" pekik Arsana,

"Aku mencintainya!" ucap Rara dengan tegas.

"Tapi aku tidak mencintaimu, Rara. Kita sudah sepakat melakukan ini semua atas dasar kebutuhan saja, bukan karena cinta."

"Terserah kalian saja! Kalian berdua memang pantas, sama-sama manusia menjijikkan!"

Arsana menghempas tangan Andre dan mencoba berlari keluar apartemen, di ikuti

Mendengar pernyataan Andrr, Rara berteriak frustasi karena kesal cintanya tidak juga dibalas oleh Andre, padahal dia sudah merelakan seluruh tubuhnya dijamah dan digauli oleh lelaki itu. Dengan hati yang dipenuhi amarah, Rara berpikir jika dirinya harus mendapatkan Andre dengan cara melenyapkan Arsana saja.

Rara mengejar Arsana sampai di ujung tangga, Rara menarik tangan Arsana lalu berkata.

"Arsana, Andre adalah milikku dan kamu tidak berhak bersamanya bahkan kamu juga tidak berhak berada di dunia ini karena kamu hanya anak haram!" pekik Rara seraya mendorong Arsana hingga terjatuh dan berguling-guling di tangga.

"Arsana! Tidaaak!" teriak Andre, namun, semua sudah terlambat. Arsana sudah terkapar di lantai bawah.

Suara teriakan itu tiba-tiba berganti, tatkala Arsana merasakan tendangan di tubuhnya. Arsana membuka matanya dan mendapati sang ayah, Wijaya Kusuma, sedang berdiri di hadapannya yang sudah terkapar di lantai bawah ranjang.

"Bangun sialan!" ucap Wijaya dengan kaki yang terus menendang Arsana di lantai.

"Ada apa, Ayah?" tanyanya dengan suara serak dan rambut berantakan sebab gadis itu baru saja bangun tidur.

"Masih bertanya ada apa? Memangnya kamu tidak sadar kalau kamu berteriak-teriak seperti orang gila di pagi buta sampai terdengar ke luar, hah?!" bentak Wijaya pada putrinya.

"Aku ... aku terjatuh dari tangga karena didorong Rara, aku tidak menyangka dia berselingkuh dengan Andre. Apa aku sudah mati sekarang?" ujar Arsana langsung panik memegangi kepalanya yang masih pusing.

"Apa kamu sudah tidak waras? Kamu jatuh dari ranjang, bukan dari tangga, Bodoh! Sekarang mandilah, kamu harus bersiap menemui seseorang!" titah Wijaya.

Seketika Arsana menyadari jika tadi dirinya hanya bermimpi. Dia menatap sang ayah dengan berjuta pertanyaan.

"Menemui siapa, Ayah?" tanya Arsana menautkan alisnya.

"Tuan Zayver Megantara," jawab Wijaya.

"Siapa dia?" tanya Arsana penasaran, karena ini pertama kalinya Arsana mendengar nama itu.

"Suamimu!" balas sang ayah membuat Arsana membelalakkan matanya.

"Apa?!"

Mimpi buruk apalagi ini?

Arsana segera beranjak kedalam toilet sebelum berbicara dengan ayahnya lebih lanjut.

***

Arsana Putri, kini terlihat sudah rapi setelah mandi dan membersihkan diri dari mimpi buruk yang menyambangi tidurnya. Kini, dia mesti membersihkan pikirannya juga karena disambangi mimpi buruk di dunia nyata. Bagaimana bisa, baru saja bangun tidur dirinya sudah sah menjadi istri orang yang sama sekali belum pernah dia temui?

"Semalam ayah kalah main judi dan itu menyebabkan hutang ayah menumpuk pada Tuan Zayver. Dan salahnya, ayah menjaminkan Arsina adikmu untuk dinikahinya jika ayah kalah." Wijaya memulai ceritanya.

"Di mana hati nuranimu sebagai seorang ayah, sehingga tega menjaminkan anakmu sebagai bahan taruhan judi? Ayah, kau benar-benar tidak berkeprimanusiaan!” Napas Arsana naik turun. “Dan lagi, yang Ayah jaminkan adalah Arsina, mengapa jadi aku yang dinikahkan dengan lelaki asing itu?" Arsana memberondong sang ayah dengan banyak pertanyaan.

Wijaya hanya berdecak kesal dengan tangan yang bertolak pinggang. Dia menatap nyalang pada Arsana.

"Justru itu, adikmu si Arsina itu tidak mau dan malah melarikan diri, sehingga dengan terpaksa kamu yang harus menjadi penggantinya. Kalau tidak, Tuan Zayver akan menghabisi seluruh anggota keluarga kita." Wijaya bersuara dengan nada tegas.

"Apa peduliku? Aku bahkan tidak tinggal denganmu." Arsana melipat kedua tangannya di depan dada, menjawab dengan begitu mudahnya.

Keduanya terus saja berdebat hingga membuat Wijaya tersulut emosinya.

"Jangan banyak membantah! Dia sudah menunggumu di rumah megahnya. Kalau kamu tidak mau menjadi istrinya atas dasar cinta, setidaknya lakukan atas dasar balas budi karena selama ini aku sudah membiayai hidupmu!" bentak Wijaya.

Mendengar hal tersebut, Arsana merasa sakit hati dan tidak menyangka jika sang ayah sejahat itu padanya.

Setelah tak pernah dianggap anak di hadapan keluarga besar Kusuma karena Arsana terlahir dari perempuan yang tidak selevel dengan keluarga Wijaya, kini Arsana harus mendengar jika dirinya adalah beban seorang ayah yang biaya hidupnya saja menjadi hutang yang harus dibayar dengan cara tak manusiawi.

Arsana harus menjadi pengantin pengganti.

"Kamu lupa bahwa aku akan segera menikah, ayah." Arsana menunjukkan jari manisnya yang kosong, tidak ada cincin tunangan di sana, mencoba mencari alasan

"Kamu bahkan lupa kalau kamu batal menikah dengan Andre, Arsana." Wijaya tertawa puas mendengar perkataan Arsana.

"Arsana lupakan lelaki brengsek itu dan terimalah suamimu yang baru. Percaya lah, kamu akan hidup bahagia dengan bergelimang harta di sana."

Arsana terdiam, hatinya mengeras karena terlalu sakit dengan semua yang telah dia alami sejauh ini. Nasibnya yang tak seberuntung anak lain hingga tak diakui sebagai anak di depan keluarga besar hanya karena terlahir dari rahim wanita miskin, dikhianati sang kekasih, batal menikah, dan sekarang dinikahkan atas dasar hutang budi pada ayahnya sendiri.

Rasanya, Arsana mau mati saja.

"Jangan melamun! Cepat pergi dan datang ke alamat ini, Tuan Zayver sudah menunggumu!" perintah Wijaya.

"Lelaki itu menginginkan Arsina, bagaimana jika dia terkejut karena yang datang malah aku?" tanya Arsana mulai pasrah.

"Dia tidak akan tahu. Pergilah, dengan menuruti keinginanku ini, aku akan pastikan mengakuimu sebagai anak di hadapan keluarga besar." Arsana tersenyum sinis menatap tajam Wijaya.

"Sayang sekali, sepertinya keinginanku telah berubah. Mulai sekarang, aku menganggap jika aku tidak memiliki seorang ayah. Kamu jahat, Wijaya! Kamu keterlaluan. Semoga perbuatan jahatmu terbelas dengan balasan yang setimpal!" ucap Arsana seraya menyeret kopernya menuju alamat Tuan Zayver, lelaki yang konon telah sah menjadi suaminya.