Bab 7. Mencari Pekerjaan
Sesampainya di rumah, Alisya yang masih di kamar mandi yang tak henti-hentinya muntah di wastafle. "Hoek..Hoek."
Melihat Alisya yang seperti itu, Rafael hanya bisa menggeleng dengan apa yang dia lihat. "Bau sekali, siapa orang yang sudah ku nikahi ini," gerutu Rafael. Ia memegangi segelas air putih di tangannya. Setelah Alisya selesai membersihkan wajahnya kini ia berjalan menghampiri Rafael dengan langkah yang terhuyung.
"Air, air aku ingin minum air.." celoteh Alisya. Rafael memegang dan memberikan segelas air putih pada Alisya. Wanita cantik itu meminum segelas air putih dengan leguknya.
"Haha..aku perintahkan kamu, bawa aku ke tempat tidur!" Perintah Alisya dengan langkah olengnya sembari menyodorkan gelas kosong pada Rafael.
"Alisya! Kau sudah berhutang banyak padaku, kau masih berani untuk memerintah ku!" Protes Rafael. Ia begitu sangat kesal dengan sikap Alisya.
Alisya berjalan mendekati Rafael dengan langkah yang terhuyung, hingga membuat wanita cantik berrambut panjang itu terjatuh didalam pelukan Rafael. "Hah! yang benar saja," gumam Rafael menggeleng.
Rafael memopong tubuh Alisya lalu membaringkannya di atas ranjang, dan menyelimuti tubuh Alisya dengan sangat pelan.
"Wanita sialan! sudah bau berat lagi, maaf aku tidak tertarik pada wanita pemabuk," Rafael mematikan lampu kamar Alisya lalu ia pergi meninggalkan Alisya.
*******
Keesokan harinya, setelah bangun pagi Alisya memegang kepala dan mendesis.
"Aduh, kepala ku hampir pecah, kenapa kepalaku sesakit ini," rintih Alisya. Bi Hanum menghampiri dan menyapa Alisya yang kini duduk di meja makan.
"Nona, anda sudah bangun?" tanya bi Hanum meletakan sup dan beberapa makanan lainnya, Alisya mengangguk.
Karena begitu cemas kini Alisya bertanya pada bi Hanum. "Bi Hanum, kepala ku sangat sakit, apakah ada yang retak?" Alisya memegang erat kepalanya. Wanita paruh baya itu mendekat dan melihat kepala Alisya.
"HM, ada sekitar 30 cm," jawab bi Hanum dengan tawa kecilnya. Nayla begitu panik dan cemas dengan apa yang baru saja di katakan oleh bi Hanum.
"Bi Hanum, pandai sekali bercanda, hee," celoteh Alisya. Bi Hanum mulai menyisir rambut panjang Alisya dengan sangat pelan dan lembut.
Wanita paruh baya itu, mengingatkan dan menasehati Alisya. Agar dia tidak terlalu banyak minum anggur merah, karena itu sangat tidak baik untuk kesehatannya.
Alisya mengangguk ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi, kini ia mulai memakan sup yang di buat oleh bi Hanum.
"Wah, sup buatan bi Hanum enak sekali," puji Alisya, dengan lahap memakanmya.
"Nona muda, jangan cuma makan supnya ayo makan juga nasinya."
"Khm! Oke bibi. Oh iya apa dia sudah pergi kerja?"
"Iya tadi tuan sudah pergi, ia berpesan jika Nona mau keluar harus ijin padanya."
*******
Setelah Alisya selesai makan, ia meraih ponsel miliknya lalu ia membuka we chat dan mengikirimkan satu pesan untuk Andre menanyakan keadaannya setelah kejadian semalam.
"Maaf ya, atas kejadian semalam kamu tidak papa kan?" Pesan Alisya dalam WeChat.
Andre yang sedang mengeringkan rambut, ia meraih ponsel yang berdering dan membuka pesan dari Alisya.
"Untungnya aku sudah terselamatkkan," jawab Andre dalam pesannya. Alisya menghela nafas panjang, ia merasa lega saat mengetahui keadaan Andre.
Karena merasa bosen kini Nayla mengirim pesan pada sahabatnya Vera, ia meminta bantuannya untuk mencari pekerjaan, Vera pun menyuruh Alisya untuk datang ke butik tempatnya bekerja. Saat melihat ponselnya Alisya sangat terkejut saat melihat akun Rafael ada di akun wechatnya.
"Hah! Kapan aku menambahkan akun Rafael! dia pasti sudah menyentuh ponsel ku," gerutu Alisya. Yang begitu kesal dan marah hingga dirinya menggebrak meja.
BRAAKKKK!
"Lapor! Aku mau pergi menemui temanku," ucap Alisya dalam pesan.
"Teman, siapa? Pria atau wanita," balas Rafael dalam pesan dengan kedua bola mata yang melotot.
"Wanita, aku ingin mencari pekerjaan."
"Jangan mencari pekerjaan!"
"Tidak bisa! Bye-bye."
Setelah Alisya menutup ponselnya, wajah Rafael tampak muram dan kesal. Sementara Alisya masih menunggu di depan rumah untuk mencari sebuah Taxi.
*******
Dua jam kemudian, Alisya telah sampai di sebuah Mall tempat di mana sahabatnya bekerja, Vera menyambut hangat Alisya.
Alisya berdiri mematung saat melihat Mall besar yang kini ia kunjungi.
"Tidak di sangka, akhirnya aku melamar pekerjaan di sini juga, padahal Mall ini adalah bagian dari perusahaan Ayah yang di ambil alih oleh Axcel," lirih Alisya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca. Melihat sahabatnya yang melamun kini Vera melambaikan tangan.
"Alisya!" Panggil Vera. Alisya tersontak saat mendengar Vera memanggilnya.
"Eh, iya vera," jawab Alisya dengan senyum terpaksa.
"Aku sudah memberikan surat lamarannya pada HRD, kamu tinggal menunggu untuk di panggil.
"Iya terima kasih, Vera sahabatku."
Alisya begitu kesal saat melihat dan mengingat pemilik awal Mall yang dia datangi untuk melamar pekerjaan.
"Ini semua karena pengkhianatan Axcel dan Gia, keluarga ku menjadi hancur, bagaimana pun caranya aku ingin mengambil alih kembali semuanya, meskipun harus bergantung pada pria itu," umpat Alisya dalam batin.
Ketika Alisya larut dalam lamunannya, tiba-tiba seseorang memanggil namanya di dalam ruang HRD.
"Alisya!" Panggil kepala HRD.
"Iya," sahut Alisya. Dengan cepatnya gadis berambut panjang itu pun masuk ke dalam ruangan, setelah di suruh duduk ia mulai melakukan beberapa pertanyaan interview.
Setelah waktu yang cukup lama, kepala HRD pun mulai mengatakan keputusannya, pada Alisya.
"Khm! Baiklah, meskipun kamu belum berpengalaman tetapi penampilan mu cukup cantik dan menarik, mulai besok kau sudah boleh bekerja," ujar sang kepala HRD.
"Wah, terima kasih pak," Alisya begitu senang saat dirinya mulai diterima kerja, setelah keluar dari ruang HRD, Vera menghampiri Alisya dan menanyakan hasil dari interview.
"Alisya! Bagai mana hasilnya?"
"Vera, berkat bantuan mu aku di terima, terima kasih ya."
"Kau tidak usah sungkan, tetapi kenapa kau mau mengambil posisi yang bukan jurusan kuliahmu?"
"Ini semua karena kebodohan ku," lirih Alisya, masih teringat jelas di dalam ingatannya ketika Gia merobek sebuah Formulir untuk pendaftaran seorang Desainer, dan beberapa kali Kanaya memperingaktan dirinya agar waspada pada Gia dan Axcel, tetapi Alisya tidak mempercayai perkataan teman kuliahnya dulu.
"Alisya, kau akan menyesal karena telah tidak mempercayai ku, Gia dan Axcel begitu dekat, aku melihatnya dengan kedua bola mata ku sendiri," tegur Kanaya dalam ingatan Alisya.
Setelah mendengar cerita Alisya, Vera mendaratkan tangannya di bahu Alisya.
"Kau tidak usah bersedih lagi, aku akan selalu mendukung mu," ujar Vera. Ia mencoba untuk menghibur Alisya.
Alisya sangat bahagia dan terharu, saat sahabat baiknya tetap mendukung dan tidak meninggalkan dirinya di saat keadaan tersulitnya.
"Terima kasih Vera, hiks..hiks.." kedua sahabat itu saling berpelukan satu sama lain.
