Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 4

"Kami sudah dapatkan orang ya, ayah."

Elvan dan Camellia duduk di sebuah ruang yang luas bernuansa emas dan merah. Duduk di tengah sofa panjang yang berderet di belakang meja kaca. Di ujung kepala meja, seorang pria tua duduk pada sofa single. Dengan memegangi tongkat penopang di depan tubuh nya. Sebenarnya, pria tua itu cukup kuat untuk sekedar berjalan ataupun beraktifitas tanpa tongkat itu. Ada sesuatu rahasia yang tersembunyi di dalam tongkat itu tanpa ada yang tau kecuali pemiliknya.

Pria tua ber- alis tebal itu menatap tajam pada kedua anak dan menantunya. Seketika membuat keduanya sedikit menciut nyalinya.

"Tunjukkan padaku! Aku ingin melihat dan menguji sebelum wanita itu masuk ke dalam hidup Axelo." Ucap Kakek berusia 75 tahun, Tuan Douglas Alfaro.

"Tentu saja ayah." Ucap Elvan, "dia sengaja kami pilih dengan sangat hati-hati."

"Semoga itu bukan bagian dari rencana buruk kalian." Sela tuan Douglas.

"Tentu saja tidak Ayah. Mana kami berani." Kilah Elvan gugup."EHEM, Camellia. Panggil lah gadis itu kemari."

"Baiklah sayang."

Tak lama Camellia masuk ke dalam ruangan itu bersama Lily. Gadis itu memakai pakaian sederhana. Tidak tampak mencolok dan glamor seperti Camelia ataupun Lisa kekasih Axelo yang sangat ditentang oleh kakek. Di tambah kini diam-diam menjalin hubungan dengan anak Elvan. Russel.

Lily hanya mengenakan baju terusan berwarna soft sebatas lulutnya bermotif polkadot. Make up tipis yang terkesan natural dan rambut yang di kuncir kuda menampakkan leher jenjangnya.

"Namanya, Lilyana whites Summer. Putri dari Lukas Summer." Camellia memperkenalkan gadis yang berdiri di sampingnya. Lily menunduk sebagai tanda hormat pada yang lebih tua.

Tuan Douglas tergelak. Lalu tiba-tiba tawa itu berhenti dan mata elang nya menatap tajam pada Lily. Gadis itu sedikitpun tak merasa gentar ataupun takut. Ia tau tuan Douglas adalah pria dingin dan bisa membunuh hanya dengan tatapannya. Dan kini, tuan Douglas sedang menatap tajam padanya.

"Apa kau mendapat tekanan dari mereka?" Tanya Douglas tanpa mengurangi tatapan yang mengintimidasi itu.

"Jawaban apa yang anda inginkan, tuan?"

"Kejujuran."

"Jujur?"

"Yeah, aku ingin tau apa yang membuat kamu bersedia menikahi seorang pria vegetatif." Terus menatap Lily dengan mengintimidasi.

Lily tersenyum, "Kalian kaya, dan kami punya hutang. Apa itu cukup mengobati rasa penasaran Anda, tuan Douglas?"

"Ha-ha-ha, " jawaban jujur Lily membuat Tuan Douglas tertawa. Dia sangat menyukai jawaban jujur Lily. Akan sangat menarik dengan keberadaan gadis itu di rumah ini.

"Baiklah, kau dapatkan perannya." Ucap tuan Douglas berdiri sambil berjalan menggunakan tongkatnya.

"Siapkan segera pernikahan axelo dan Liliyana Whites Summer."

Camelia yang tidak menyukai Lily menatap dengan penuh intimidasi. Lalu berbisik tepat di telinga Lily.

"Untung saja ayah menyukaimu. Jika tidak, kau akan berakhir menggantikan papa mu di kandang buaya.." lalu melangkah pergi.

Akhirnya pernikahan itu terjadi, tanpa sebuah perayaan mengingat kondisi Axelo.

"Ini adalah kamar tuan Axelo." Raize menjelaskan pada Lily.

"Aaa, yaaa..." angguk Lily mengikuti langkah kaki Raize yang ia ketahui sebagai asisten setia Axelo.

Begitu memasuki kamar Axelo, mulut Lily ternganga. Betapa takjubnya ia dengan kamar yang di dominasi warna putih cerah dan hitam. Dengan lampu gantung di tengah ruangan dan beberapa perabot yang terkesan mewah.

Di bagian yang dekat dengan jendela tampak sebuah ranjang berukuran king Size dan terbaring seseorang di sana.

"Nona Lily, silahkan letakkan barang anda di walk in kloset." Ucap Raize memberi instruksi." Saya akan menunggu anda di sini."

"Nona Lily, silahkan letakkan barang anda di walk in kloset." Ucap Raize memberi instruksi." Saya akan menunggu anda di sini."

"Baiklah."

Lily berjalan ke arah yang Raize tunjuk. Di dalam walk in closed pun Lily masih di buat takjub. Pakaian serba mahal beserta aksesoris lainnya yang tersusun sangat rapi. Meski begitu, Lily tak boleh terpana terlalu lama dia harus kembali ke tempat Raize menunggu.

"Anda sudah selesai?" Tanya Raize begitu Lily kembali ke dekatnya. Yang di jawab dengan anggukan oleh gadis cantik itu.

"Baiklah nona, pertama saya perkenalkan dulu..." Raize berjalan mendekati ranjang di mana seorang pria yang nyaris sempurna terlelap tanpa bergerak.

Wajah tampan, alis tebal, kulit bersih, hidung mancung, bibir yang tipis dengan sedikit bulu halus di wajahnya. Membuat pria itu tampak sangat sempurna, hanya ia sedang lelap kini.

"Beliau adalah tuan muda Axelo, suami sah anda. Seperti yang anda ketahui, saat ini beliau mengalami kondisi vegetatif. Kondisi dimana tubuh dan otaknya tidak dapat bergerak, namun masih bisa mendengar dan merasakan."

"Benarkah? Jadi dia Mendengar apa yang kita bicarakan sekarang?" Ragu Lily memandang Axelo menyeluruh.

"Begitulah kemungkinan yang di sampaikan oleh dokter Yu."

"Aahh, kasihan sekali dia."

Raize tersenyum tipis.

"Tugas anda di sini adalah untuk merawat suami anda dengan sepenuh hati. Dan memgikuti aturan yang berlaku di sini."jelas Raize, sesaat menjeda melihat reaksi Lily yang datar.

"Seperti memenuhi semua kebutuhannya, membantu nya mandi, membersihkan diri dan menemaninya agar dia bisa cepat sadar."

"Tunggu, merawat dan sebagainya ku tidak keberatan, tapi, mandi dan membersihkan diri? Maksudnya aku memandikan dia? Begitu?" Lily mengulang merasa aneh.

"Benar nona." Angguk Raize dengan senyum maklum yang sulit enyah dari wajahnya.

"Bagaimana kalau bagian itu, kamu saja yang kerjakan?" Tawar Lily enggan."Kalian kan.... yaah... sejenis."

"Tidak bisa nona, saya punya pekerjaan sendiri. Lagi pula anda istrinya, sudah sepatutnya anda yang melakukannya."

"Tapi... Dalam perjanjian... Tidak ada..."

"Perjanjian...?"

Lily yang merasa keceplosan mengulas senyum kaku. Lalu dengan terpaksa menyetujui semua yang Raize jelaskan.

Dan di sinilah Lily, duduk di kursi samping ranjang suaminya terbaring tak bergerak. Beberapa kali Lily terus menghela nafasnya.

Lily menatapi wajah tampan itu, hidungnya yang Bangir dan alis tebalnya membuat pria itu sangat sempurna. Dan sesungguhnya, Lily tak bisa menolak pesonanya.

"Sempurna. Jika hidup pasti akan memikat setiap wanita. Sayang ya kamu ini entah hidup atau mati. Aku tidak tau."

"Aahh, sudahlah lakukan tugasku saja." Gumam Lily merasa sangat berat. Berat, karena tugas pertamanya adalah memandikan Axelo.

"Ya ampun, kau tampan sekali, bagaimana jika aku tergoda dan memperkosa mu? Astaga!"Lily kembali bernafas berat nan susah. Lalu terdiam sesaat, otaknya seperti sedang berpikir.

"Hei! Kau benar-benar tidak sadarkan diri kan? Aku tidak mungkin menggrayangi tubuh mu dan memandikanmu kan?" Lily menghela nafas berat nya lagi. Lalu melirik kecil pada Axelo. Menatap lama pada pria yang tak bergerak itu.

" Jadi, sebenarnya tidak akan ada yang tau aku memandikan mu atau tidak." Senyum licik tersungging di wajah cantiknya.

Beberapa saat kemudian.

Lily menepuk tangannya. Memandang Axelo yang sudah rapi dan berganti baju.

"Lihat, kau sudah rapi, tampan dan wangi. Tidak akan ada yang tau jika aku hanya menyemprotkan parfum padamu. Ha-ha-ha..." Riang Lily merasa bangga dengan idenya, hingga ia tak perlu menodai matanya dengan membersihkan tubuh Axelo.

"Apa? Kau keberatan. AHa-ha-ha, kau bahkan tidak sadar. Mana bisa kamu mengadu. Haaahh,, ternyata enak juga menikahi pria vegetatif." Timpal Lily lagi dengan senyum mengejek pada suaminya, yang sudah pasti tak akan bisa menjawab.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel