Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

GAUN SEKSI

“Gadis sepertimu harusnya sesekali bersenang-senang, sering berbelanja pakaian sehingga para pria tertarik kepadamu, oh ya Tuhan lihatlah dirimu ini,” imbuh Mary lagi seraya menyelipkan rambut Lara yang hitam pekat ke balik daun telinga gadis itu.

“Oh ayolah Nyonya Mary, sejak kapan ada orang yang pekerjaannya belajar harus dengan pakaian yang bagus, lagipula setengah hariku dihabiskan bekerja di sini , dan belajar di perpustakaan.

Jadi aku tidak memerlukan pakaian baru,” ujar Lara sembari memakai jas hujan dan, bergegas pergi mengayuh sepedanya menembus hujan dan dingin.

Saat Mary melihat Lara pergi di cuaca sedingin ini, dia bergidik karena kedinginan lalu masuk ke dalam. Lara merasa biaya sekolah yang will Jenkins keluarkan untuk dia selama ini, sudah benar-benar menjadi beban di hatinya. Karena itu dia tidak mengeluh ketika harus bekerja di kediaman itu tanpa dibayar sepeser pun. Dan, karena hal itu pula dia belajar mati-matian agar bisa membiayai masa depannya sendiri.

Will Jenkins melarang semua orang untuk membantunya. Karena itu Lara tidak ingin berhutang apapun kepada yang lainnya. hanya Marry lah satu-satunya yang berani memberi sedikit bantuan.

Pada saat ini Sebuah mobil melaju di belakang Lara, memaksa Lara menepi. supir mobil itu pun memperlambat laju mobilnya seraya beratanya “Apa mau berhenti!” tanya piere kepada Tuannya.

"tidak perlu!" ujar Will.

Piere langsung saja melajukan mobilnya dengan cepat. sehingga membuat ciptratan air kepada Lara, dan seketika menghentikan laju sepedanya. Berhenti dengan satu kaki menginjak tanah, dan memegang stang sepedanya kuat-kuat.

"Dasar sial!" ujarnya menyerapahi mobil yang dia kenal itu.

Lara kembali mengayuh sepedanya. Bagi Lara saat inii berada di satu tempat yang sama, berbagi udara bersama dengan pria itu adalah hal yang sangat menyesakan dada.

Sesampainya di sekolah, Lara langsung memarkir sepedanya, dan membuka jas hujannya seraya merapikan dan menggantungnya. Pada saat ini, Sarah kawan baik Lara datang menghampiri, “Waw! Kali ini kau sungguh sudah mulai cerdas, sudah tahu memakai jaket di saat hujan turun.”

"Jika tidak cerdas, maka beasiswaku akan melayang!" balik kata Lara kepada kawan baiknya itu.

“Kau ini cantik! Tapi, mengapa selalu terlihat seperti gadis terlantar?”

ujar Sarah sembari merapihkan rambut Lara yang sedikit basah itu seraya menyerahkan sebuah sapu tangan. "

Ini keringkan rambut basahmu itu."

“Apa kau sudah menyiapkan diri untuk ujian masuk sekolah fashion Design yang kau inginkan?” tanya Sarah Wayne lagi.

London College Of Fashion, ini adalah universitas yang ingin Lara masuki. Dia pun menarik lengan kawan baiknya itu seraya berkata, “Sudah,” ujar Lara.

“Bagaimana biayanya?” tanya Sarah lagi penasaran, karena selama berteman dia tahu jika kawan baiknya ini selalu saja hidup dengan cara berhemat.

“Aku akan cari cara,” jawab Lara dengan sedikit memasang wajah sedih tapi sok tabah.

Selama ini Lara telah belajar lebih dalam lagi tentang menggambar, warna, dan jenis-jenis kain. Target Lara adalah mendapatkan beasiswa secara penuh. Dia tidak mampu membuat Will Jenkins terkesan dengan prestasinya selama ini, karena itu dia merasa tidak perlu lagi menarik perhatian pria itu, tiba saatnya menarik masa depan cerah ke dalam hidupnya.

Melihat wajah sedih Lara, hati Sarah terasa sakit, lalu berkata “Sebenarnya kau ini kenapa?”

“Biasa saja ?” jawab Lara.

“Kau ini selalu menyimpan masalahmu rapat-rapat!” imbuh protes Sarah Wayne sambil mencubit hidung Lara.

Seusai jam pelajaran sekolah, Sarah mengajak Lara untuk menemaninya pergi ke pesta, “Oh Ayolah, temani aku. Lagipula kehidupanmu selama ini aku lihat-lihat seperti kuburan. Sangat sepi!”

“Hish kau ini teman aku atau musuh aku, mengapa selalu menyinyir aku saja?” jawab Lara dengan sedikit protes.

Sarah menarik Lara ke sebuah kaca yang tergantung di sekolah mereka, “Lihatlah dirimu, kau ini cantik. Tapi mengapa kau mengabaikannya,” ujar Sarah.

“Kau pantas bahagia, jadi ayolah kau layak mendapatkan satu malam penuh kegilaan, bersenanag-senang seperti gadis seusiamu,” ujar Sarah lagi meyakinkan.

Mendengar bujuk rayu kawan baiknya itu, maka Lara pun menyutuji ajakan Sarah untuk bersenang-senang malam ini, “Bagus sekali, sebelumnya kita harus mengganti baju kunomu ini. Lihatlah ini seperti baju milik ibuku di tahun 70an.”

Ada banyak sekali orang kaya di kota, Keluarga sarah adalah salah satunya, tentu saja Lara tidak termasuk di dalamnya. Nona Wayne itu pun membawa Lara pergi ke butik untuk membeli set gaun untuk Lara. Beberapa kali mencoba baju, akhirnya pilihan mereka jatuh kepada gaun yang terbuka di bagian belakang.

“Apa ini tidak terlalu terbuka?” tanya Lara sedikit meragu sembari melihat punggung mulusnya yang terpantul dari cermin.

“Tidak, punggungmu itu indah sekali sayangku, jadi tidak usah malu,” jawab Sarah sambil sedikit cekikikan dan mendorong Lara agar keluar dari ruang pas.

“Ayo kita bayar,” ujar Sarah.

“Nanti jika sudah bekerja, aku akan mengganti uang gaun ini,” janji Lara.

“Ok, jangan lupa berikut bunganya ya,” jawab Seloroh canda Sarah kepada kawan baiknya itu.

Mereka akan pergi ke Klub yang diadakan oleh teman-teman sosialita Sarah, gaun mereka sama-sama berwarna hitam. Mereka terlihat seperti kembar yang tidak serupa tapi sama.

Menghadiri pesta memang paling cocok mengenakan outfit yang anggun.

Salah satunya gaun yang model gaun bagian punggungnya terbuka seperti inu. Tak hanya membuat penampilan menjadi sangat manis. Tapi, membuat terlihat elegan, seksi, dan glamor.

Sarah memilih gaun itu karena telah dilengkapi dengan bra built-in untuk menopang dada sehingga mereka tidak perlu repot-repot lagi mengenakan bra.

“Kita mau ke mana lagi?” tanya Lara.

“Tentu saja ke salon, bukankah gaun ini akan sepadan dengan rambut yang indah,” jawab Sara.

Mereka pun sampai di Salon, yang hanya berada beberapa blok dari butik tempat tadi mereka membeli gaun. Kedatangan mereka langsung saja disambut oleh manajer salon itu, “Halo gadis-gadis cantik, katakan kepada kami, apa yang bisa kami lakukan untuk kalian.”

“Kami ingin tatanan rambut yang bisa membuat kami terlihat lebih seksi lagi,” jawab Sarah Wayne.

Manajer Salon itu memperhatikan dua gadis belia yang sudah memakai gaun yang seksi itu, lalu dia berkata, “Untuk dia kuda poni, dan untuk yang satunya lagi, sanggul dan biarkan sebagian rambutnya terurai ke belakang untuk menciptakan lebih banyak aksen!” ujar Manajer salon memberikan perintah kepada pegawai Salon yang mengerjakan tatanan rambut Lara dan Sarah.

“ Gunakan juga aksesori rambut untuk mempercantik tampilan mereka,” ujar si manajer salon itu seraya berkata lagi, “Jika tatanan dari kami tidak sedap di pandang, maka kami akan memberikan biaya gratis kepada kalian, ok!”
Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel