Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. PINTU CAHAYA LANGIT

"Itu tugasmu!" seru Raja pada tabib Cole. "Kepalamu yang akan menjadi taruhannya jika terjadi apa-apa dengan istriku!"

Wajah pucat pasi langsung menghiasi tabib Cole. "A-ampun paduka!"

Siapa yang tidak mengenal Raja Theodore, selain bijak dalam memimpin kerajaannya, Raja Theodore juga terkenal berdarah dingin. Setiap  perintah yang ke luar dari mulutnya, itu harga mutlak yang tidak bisa dibantah.

SREET

DUAAR!

Tiba-tiba, kilatan cahaya menyilaukan mata membelah langit kelam diakhiri suara petir yang menggelegar. Padahal, bulan menggantung begitu indah menghias langit.

"Astaga!" 

Setiap orang melonjak kaget, tapi tidak dengan tabib Cole. Kedua bola matanya malah berbinar. "Yang mulia! Pintu telah terbuka! Pintu telah terbuka!" teriaknya kegirangan.

Raja dan Pangeran Pisceso saling berpandangan tak mengerti. 

"Lihat itu! Sinarnya sudah terlihat!" teriak tabib Cole. Jari telunjuk keriputnya mengarah pada bukit yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Lama-lama Pangeran Pisceso dibuat kesal juga dengan tingkah tabib yang selalu bicara ambigu. 

SREET!

Pedang panjang kesayangan Pangeran Pisceso langsung mengarah pada leher tabib. "Bicara yang jelas atau mulutmu itu akan ku bungkam selamanya!"

Kedua bola mata Tabib Cole melebar, secepat kilat langsung bersimpuh. "Ampun Pangeran! Hamba akan jelaskan!"

Pedang masuk kembali ke dalam sarungnya. Pangeran Pisceso berdiri dengan gagahnya menatap tajam Tabib Cole.

Tabib Cole kembali berdiri. "Hamba akan menjelaskan semuanya, tapi Yang Mulia, lebih baik kita pergi ke tempat cahaya itu terlebih dulu."

Semua orang melihat ke arah bukit, di mana terlihat seberkas cahaya putih di antara kegelapan. 

"Percaya dengan hamba, Paduka! Ratu bisa diselamatkan, jika kita pergi ke tempat di mana cahaya itu berada." 

Raja Theodore dan putranya saling melempar pandang, seakan bicara dari hati ke hati. 

Tanpa membuang waktu, Raja beserta beberapa prajurit akhirnya pergi menuju bukit di mana cahaya putih itu berada demi menyelamatkan Ratu Eleanor yang masih terkulai pingsan.

"Wow! Luar biasa!" Tabib Cole menyeruak melewati Jenderal Axel yang berjalan paling depan begitu sampai dan melihat cahaya begitu terang benderang bagai sebuah bintang berada di depan mereka semua. 

"Apa itu?!" tanya Raja ikut takjub melihat cahaya menyilaukan mata. 

Cahaya putih seukuran tubuh manusia mengeluarkan pijaran sinar yang begitu indah berada di samping batu besar.

"Pintu sudah terbuka. Ratu Eleanor bisa selamat!" seru Tabib Cole tak berkedip melihat cahaya yang ada di depannya.

"Pintu?!" tanya Raja dan Pangeran Pisceso bersamaan.

"Iya, betul! Pintu cahaya ini menuju ke dunia lain," jawab Tabib Cole penuh antusias.

"Hah?!" Pangeran Pisceso semakin bingung. 

Melihat kebingungan diraut wajah Raja dan Pangeran Pisceso, Tabib Cole pun menjelaskan proses terjadinya cahaya yang bisa membukakan pintu sehingga akan menghubungkan antara dunianya dan dunia lain. 

"Ini semua, hamba ketahui dari kedua orangtua hamba sendiri. Pintu cahaya ini, keluarga hamba menyebutnya dengan pintu cahaya  langit, hanya bisa terbuka ketika seluruh bayangan umbra bumi jatuh menutupi bulan, sehingga matahari, bumi dan bulan berada tepat di satu garis yang sama."

"Jadi ini berkaitan dengan ilmu alam?!" tanya Raja Theodore sambil melihat cahaya putih di depannya yang memancarkan sinar berpijar begitu indah.

"Tepat sekali Yang Mulia," jawab Tabib Cole. "Cahaya bulan akan terlihat redup jika dibandingkan dengan saat bulan penuh karena semua kekuatannya terkumpul untuk membuka pintu langit yang ada di depan kita ini."

Raja manggut-manggut tanda mengerti. "Lalu, bagaimana caranya kamu menyembuhkan istriku dengan pintu cahaya langit ini?!"

Tabib jadi bungkam seribu bahasa. Wajah yang tadi berantusias menjelaskan tentang pintu cahaya langit, sekarang berganti penuh kebingungan.

"Tabib!" seru Raja melihat tabibnya malah membisu. 

"A-ampun Yang Mulia Raja," ucap Tabib Cole menunduk menatap tanah basah yang dipijaknya. "Hamba hanya tahu, cerita ini dari leluhur."

Raja menatap tajam pada Tabib Cole. "Apa maksudmu?!" 

Tabib Cole semakin dalam menunduk. "Hamba, hanya tahu tentang pintu cahaya langit ini dari leluhur hamba."

Melihat Tabib Cole semakin berbelit-belit membuat Pangeran Pisceso jadi kesal. Pedang kesayangan bergagang emas miliknya kembali ditarik ke luar dari sarungnya. 

SREET!

"Kau ingin mempermainkan kami semua dengan cerita bohongmu itu?!" bentak Pangeran Pisceso mengarahkan pedang pada leher Tabib.

"Tidak, sama sekali tidak!" Tabib langsung menjatuhkan tubuh ke tanah dengan bertumpu pada kedua lututnya. "Ampun, Pangeran."

Jenderal Axel dari tadi hanya diam mendengarkan, datang mendekati Pangeran Pisceso. "Hamba pernah mendengar tentang cerita ini."

Semua orang sekarang terpusat melihat Jenderal Axel.

"Ibu pernah menceritakan tentang pintu langit waktu hamba masih kecil," sambung Jenderal Axel. 

Tabib Cole serasa mendapat oasis dipadang pasir, segera bangun dan berdiri di depan jenderal Cole. "Betul bukan? Saya tidak berbohong."

Jenderal Axel membetulkan. "Iya. Saya pikir Ibuku hanya bercerita ilusi saja ternyata pintu langit memang benar adanya." 

"Apa yang diceritakan Ibumu?!" tanya Pangeran Pisceso.

"Dibalik pintu cahaya langit ini, ada kehidupan lain," jawab Jenderal Axel. "Leluhur Tabib Cole semuanya bisa mengobati orang, salah satu dari mereka ada yang tinggal di sana, bahkan menurut Ibuku, banyak murid dari leluhur Tabib Cole menjadi Tabib sakti di dunia sana."

Tiba-tiba, angin di sekitar menjadi kencang. Udara disekeliling menjadi dingin.

"Gawat!" seru Tabib Cole panik melihat pintu langit. "Pintu cahaya langit ini tidak lama lagi akan tertutup!"

Melihat Tabib Cole panik, Raja ikut panik. "Cepat lakukan sesuatu! Jangan sampai pintu cahaya langit ini tertutup!"

Tabib Cole mendekati Raja. "Paduka yang mulia, sebelum pintu ini tertutup sempurna. Segera utus seseorang untuk membawa tabib sakti dari dunia sana untuk mengobati Ratu."

"Apa maksudmu?!" Bentak Raja.

"Seseorang harus melewati pintu cahaya langit ,,,,"

Dengan cepat Raja memotong ucapan Tabib Cole. "Kamu yang masuk ke dalam sana dan bawa tabib sakti dari leluhurmu ke sini!"

Wajah pucat ketakutan langsung menghiasi Tabib Cole. Tenggorokannya mendadak kering. "Ha-hamba ,,,,"

"Biar saya saja yang masuk ke dalam pintu cahaya langit itu, Paduka!" Jenderal Axel langsung menawarkan diri. Tak ada gurat ketakutan sedikitpun di wajahnya. "Hamba akan membawa tabib sakti dari sana untuk menyembuhkan Ratu."

"Jangan!" Larang Pangeran Pisceso. 

Semua melihat pada Pangeran Pisceso yang melangkah maju mendekati Raja.

"Biar aku saja!" ucap Pangeran Pisceso tegas. "Jenderal Axel lebih dibutuhkan di sini untuk melindungi Ayahanda dan Ibu."

"Hamba setuju!" seru Tabib Cole. "Menurut hamba, lebih baik Pangeran saja yang masuk ke dalam pintu cahaya langit! Hamba lebih percaya pada Pangeran!"

Wajah keberatan nampak jelas di raut Raja Theodore, tapi apa yang dikatakan Tabib Cole ada benarnya. 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel