Pustaka
Bahasa Indonesia

TABIB CANTIK DARI MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN DARI MASA LALU

30.0K · Ongoing
lyns_marlyn
32
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Virgolin Asteria, Dokter ahli bedah kecantikan diculik pria asing dari dunia yang berbeda.  Dibawah tekanan dan ancaman agar bisa menyembuhkan Ratu yang terluka, Virgolin mengerahkan semua kemampuannya untuk menyembuhkan Ratu demi mempertahankan nyawanya yang di ujung tanduk. Di ujung ketidakpastian hidupnya, muncul secercah harapan. Pintu yang memisahkan antara dunianya dan dunia yang sekarang ditempatinya terbuka, tapi Dokter Virgolin malah terhimpit dilema karena hatinya telah terpaut pada sang penculik, Pangeran Pisceso Helios.  Akankah Dokter Virgolin pulang ke tempat asalnya di mana keluarga besarnya tinggal atau tetap bertahan bersama cintanya di tempat yang benar-benar asing baginya.

Pengembara WaktuactionCinta Pada Pandangan PertamaFantasiWanita CantikSweetpendekarpetarungBaperZaman Kuno

1. PERAMPOK PEDANG MAUT

Derap kaki kuda terdengar semakin mendekat menimbulkan suara gemuruh bak debur ombak di lautan.

"Lindungi Ratu Eleanor!" 

Pangeran Pisceso Helios memberikan perintah pada beberapa prajurit pilihan agar melindungi kereta kuda yang sedang dikawalnya.

Formasi langsung terbentuk, beberapa prajurit siap siaga memegang tombak dan tameng baja untuk melindungi kereta kuda.

Tatapan Pangeran Pisceso bak Elang yang siap menerkam mangsa menatap tajam ke depan, waspada menyambut suara derap kaki kuda yang datang bersama debu berterbangan. 

"Pangeran! Mereka perampok!" seru salah satu prajurit yang berdiri di barisan terdepan. 

"Kalian semua waspada! Apapun yang terjadi, lindungi Ratu Eleanor dan Raja!" teriak Pangeran Pisceso mengalahkan suara deru kaki kuda yang semakin datang mendekat.

Semua prajurit semakin waspada dan bersiap siaga, apapun yang terjadi nyawa taruhannya demi melindungi Ratu dan Raja mereka.

Suara ringkikan kuda disertai debu berterbangan mengiringi tawa terbahak dari salah satu perampok yang berada di atas kuda hitam besar barisan terdepan, berhenti tepat beberapa meter dari Pangeran Pisceso dan para prajurit.

"Ha-ha-ha."

"Berani sekali kalian menghadang perjalanan kami!" teriak salah satu prajurit andalan.

"Ha-ha-ha. Saudara-saudara, lihat!" teriak pimpinan perampok pada teman-temannya menunjuk pada bendera dan logo bintang emas yang ada di pintu kereta kuda. "Kita mendapatkan harta karun. Mereka dari kerajaan sebrang, pasti banyak barang berharga dalam kereta kudanya!"

Suara tawapun membahana saling bersahutan dari puluhan perampok berwajah sangar disertai ringkikan kuda seakan mengerti tuannya sedang berbahagia.

"Waspada kalian semua!" 

Setelah itu, Pangeran Pisceso menarik pedang panjang bergagang emas miliknya dari sangkar,  sehingga sinar matahari yang menerpa pedang begitu menyilaukan mata.

Tak lama kemudian, para perampok itu menyerang para prajurit dengan sangat beringas bak singa lapar yang siap menerkam mangsa.

Kerajaan Voresham terletak di ujung timur dipimpin Raja Theodore dan Ratu Eleanor yang tak lain Ayahanda dan Ibunda dari Pangeran Pisceso Helios. Datang ke wilayah Utara untuk menghadiri undangan pernikahan dari Raja Sham, tapi di perjalanan pulang di hadang para perampok yang terkenal cukup kejam dengan julukan "Pedang maut."

"Kanda, ada apa di luar?!" tanya Ratu pada suaminya mendengar keributan. Mereka berdua masih berada di dalam kereta kuda.

Belum Raja menjawab, tiba-tiba gorden merah yang menutupi jendela kereta kuda terbuka. Prajurit memberitahu ada perampok yang menghadang perjalanan mereka.

"Dinda," Raja memberikan belati emas pada istrinya dari balik jubah yang menjuntai di punggung. "Gunakan belati ini untuk melindungi dirimu. Aku akan ke luar untuk membantu putra kita!"

"Hati-hati Kanda!" seru istrinya memegang erat belati emas.

Raja melesat ke luar, bergabung membantu para prajurit. Tubuh tinggi tegap dengan jubah hitam menjuntai di punggung begitu kontras di antara prajuritnya. 

"Ayah, kenapa ke luar?! Bagaimana dengan Ibu?!" tanya Pangeran Pisceso melihat Raja ikut menghalau para perampok dengan pedang di tangan. 

TRANG!

TRING!

TRANG!

Suara pedang beradu begitu bising di telinga. Satu per satu, baik dari prajurit maupun para perampok terlihat bertumbangan roboh dan terluka.

"Pangeran!" salah satu prajurit dengan tangan terluka menyeruak masuk mendekat.

"Ada apa?!" tanya Pisceso sambil menangkis ujung pedang yang hampir mengoyak kulit tangannya.

"Ratu terluka!" jawab prajurit.

Raja Theodore dan Pangeran Pisceso langsung melihat ke arah kereta kuda di mana Ratu berada.

"Ayah, cepat lihat Ibu! Aku bisa menangani perampok sialan ini!" 

Setelah itu, Pangeran Pisceso dengan gagah berani menyeruak maju memainkan pedang panjang bergagang emas kesayangannya, menghajar para perampok hingga satu per satu jatuh berguguran.

Raja melesat pergi ke arah kereta kuda dengan dilindungi beberapa prajurit. Jubah hitam panjang yang dipakainya berkibar menyilaukan setiap mata yang melihat.

Tubuh Ratu terkulai lemah dengan luka sayatan  menganga dibagian dada, gaun putih yang dipakai telah ternoda oleh darah segar. "Dinda! Kamu terluka!" 

"Ka,, kanda ,,,, sakit," suara Ratu nyaris tidak terdengar, perlahan matanya meredup kemudian diakhiri pingsan dalam pelukan suami tercinta.

Tak lama kemudian, para perampok berhasil dilumpuhkan. Pangeran Pisceso yang terkenal mahir dalam memainkan pedangnya, tersenyum puas melihat pemimpin perampok tumbang di ujung pedang kesayangannya. Darah segar menetes jatuh membasahi bumi dari ujung pedang Pangeran Pisceso.

Melihat pemimpinnya ambruk di ujung pedang Pangeran Pisceso, salah satu perampok bertubuh besar langsung memberi perintah agar melarikan diri. 

"Mundur!" terdengar seruan dari para perampok. "Mundur!' 

Debu berterbangan kembali mengiringi kepergian para perampok yang melarikan diri, memacu kudanya pergi menjauh dari rombongan kereta kuda kerajaan Voresham.

"Ibu!" Pangeran teringat dengan Ibunda Ratu, segera melesat berlari masuk ke dalam kereta kuda.

"Ibumu pingsan!" seru Raja sebelum putranya bertanya. "Cepat, kita cari penginapan yang terdekat! Ibumu harus segera diobati. Perintahkan segera prajurit untuk menjemput tabib istana!"

"Siap laksanakan, Ayahanda!" 

Setelah mengutus salah satu prajurit kepercayaannya untuk menjemput tabib istana, Pangeran Pisceso segera memerintahkan seluruh prajuritnya untuk bergerak melanjutkan perjalanan mencari penginapan. 

Nun jauh dari tempat perampokan dan perjalanan Raja, di dalam istana Voresham terjadi kehebohan setelah mendengar kabar berita dari salah satu prajurit yang diutus Pangeran Pisceso untuk memberitahukan apa yang terjadi dengan Ratu Eleanor.

"Jadi, bagaimana penasehat kerajaan? Ratu Eleanor terluka parah, hamba harus segera pergi ke tempat mereka!" Tabib istana sangat khawatir dengan kondisi Ratu yang banyak mengeluarkan darah dari lukanya berdasarkan cerita prajurit yang diutus untuk menjemput.

Tanpa membuang waktu demi keselamatan Ratu mereka, semua pejabat istana memerintahkan tabib segera pergi dengan dikawal beberapa prajurit pilihan, tidak lupa pula dengan membawa obat-obatan yang diperlukan untuk mengobati luka sayatan yang dialami Ratu.

Sebuah penginapan yang cukup sederhana menjadi pilihan rombongan Raja dan Ratu. Semua tempat dibayar penuh agar tidak ada orang asing yang menginap bahkan yang sudah menginap pun dipaksa ke luar.

"Pangeran," seorang prajurit menunduk hormat ketika Pisceso Helios datang.

"Bagaimana Axel?"

"Aman Pangeran! Prajurit pilihan telah hamba tempatkan di setiap sudut," jawab Axel. "Bahkan hamba telah menyewa beberapa orang untuk membantu kita jika ada penyerangan lagi."

"Bagus!" ucap Pisceso menepuk bahu Axel berulang-ulang. "Lalu, bagaimana dengan prajurit yang terluka?!" Pisceso mengedarkan pandangan melihat ke sekeliling. "Di mana mereka?!"

"Mereka ada di ruangan belakang sedang diobati,"jawab Axel. 

"Bagus!" ucap Pisceso.

"Bagaimana dengan Ratu Eleanor?!" tanya Axel. "Apa Ratu sudah tersadar?!" 

Pisceso terdiam sejenak, menghela napas. "Ratu masih belum sadar juga. Lukanya banyak mengeluarkan darah. Kita tunggu tabib istana datang." 

Setelah itu, Pangeran Pisceso berkeliling penginapan untuk memastikan keadaan aman-aman saja karena tidak mau sesuatu hal terjadi lagi dengan kedua orangtuanya.

Tanpa menemui kendala apapun dalam perjalanan, tabib istana sampai di penginapan. Dengan dibawa Axel, tabib istana masuk ke salah satu ruangan yang di dalamnya terbaring Ratu Eleanor ditemani Raja Theodore duduk tak jauh dari ranjang sederhana.

"Salam hormat paduka," tabib membungkukkan badan dengan kepala menunduk di depan Raja. 

"Cepatlah Cole, lihat kondisi istriku." Raja segera bangun dari kursi tua mendekati ranjang.

Tanpa membuang waktu, Tabib Cole segera mengobati Ratu Eleanor. Wajah tuanya sangat serius melihat luka sayatan yang menganga lebar dan panjang di pangkal leher sampai dada.

Satu tabib muda yang sengaja diajak Tabib Cole ikut sibuk membantu mengikuti apa yang disuruh. Tangannya begitu terampil membersihkan darah yang terlihat mulai mengering.

"Untung saja darahnya berhenti ke luar," ucap Tabib Cole. "Sayatan lukanya cukup dalam hampir memotong urat darah besar. Sang pencipta alam masih melindungi Ratu, tapi ,,,,"