Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. PEMBUNUH BAYARAN TOPENG PERAK

"Tapi apa?! Bicara yang jelas!" 

Tabib Cole segera membungkuk diikuti tabib muda di belakangnya. "Maafkan hamba, Yang Mulia." Sorot matanya terlihat bingung melihat lantai yang dipijaknya.

Raja Theodore menatap cemas wajah pucat istrinya yang masih belum sadarkan diri.

"Yang Mulia, maafkan hamba. Luka sayatan Ratu teramat dalam sehingga hampir memutuskan urat besar darahnya, karena itulah mengapa darahnya sulit sekali dihentikan. Hamba sudah berusaha mengobatinya dengan ramuan obat-obatan agar darahnya berhenti, tapi itu hanya bersifat sementara. Hamba ,,,," 

Raja mendekati tabib Cole, ujung pedang panjang bergagang emas miliknya terarah pada leher tabib Cole. "Kau bisa atau tidak menyelamatkan nyawa istriku?!"

Melihat ujung pedang berada depan mata, Tabib Cole segera bersujud. "Ampun paduka! Ampun, hamba memang bodoh."

"Ayahanda," Pisceso menenangkan Raja. "Kita harus tetap tenang. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah mencari jalan ke luar."

Pedang panjang kembali masuk ke dalam sarung besi yang dihiasi ukiran warna emas. Raja menghela napas, duduk kembali di tepi ranjang tua menatap wajah istrinya semakin memucat.

"Yang mulia," tabib kembali bicara. "Hamba baru ingat sekarang. Ada seseorang yang bisa menyelamatkan nyawa Ratu. Ilmu pengobatannya melebihi ilmu hamba."

Raja kembali bangun dari duduknya. "Cepat jemput orang itu!" serunya tegas. "Pengawal!" teriak Raja memanggil salah satu prajurit yang ada di luar.

"Tapi Paduka, orang ini tidak bisa ditemui dengan mudah." Wajah tabib malah terlihat ragu. 

Kali ini Pangeran Pisceso yang mulai kesal. "Brengsek!" bentaknya galak dengan suara keras. "Kau dari tadi bicara berbelit-belit!"

Tabib Cole yang sudah tua hampir saja meloncat kaget, "i-iya, akan saya jelaskan!"

Belum tabib selesai bicara, sebuah anak panah beracun melesat masuk dari luar jendela kamar yang terbuka lebar bahkan hampir saja mengenai lengan kanan Pangeran Pisceso.

Prajurit yang berdiri depan pintu segera melihat ke luar jendela. Satu buah anak panah dari arah gelapnya malam kembali melesat masuk ke dalam kamar.

Belum tersadar dari rasa terkejut, pintu kamar dibuka paksa dari luar. 

TRANG!

TRING!

TRANG!

Dua orang prajurit sedang berusaha menghalau satu pria bertopeng hitam yang merangsek masuk.

"Lindungi Ratu!" 

Pangeran Pisceso langsung menarik pedang dari sarungnya.

TRANG!

TRING!

TRANG!

Dentang pedang saling beradu terdengar dimana-mana. Penginapan, tiba-tiba diserang orang-orang bertopeng. Para prajurit yang berjaga di depan terlihat banyak yang terluka. 

"Siapa mereka?!" dalam hati Pisceso bertanya pada dirinya sendiri. "Mereka sangat tangguh dan mahir memainkan pedang. Aku harus berhati-hati."

Sepasang mata dibalik topeng perak menatap tajam pada Pangeran Pisceso yang sedang lincah mengayunkan pedangnya ke kiri dan kanan untuk menghalau dua orang bertopeng hitam depan pintu kamar di mana Ratu Eleanor sedang terluka.

SEEET!

Tiba-tiba, pria bertopeng perak melesat ke arah Pangeran Pisceso sambil mengayunkan pedang panjangnya.

TRANG!

Pangeran Pisceso secepat kilat mengayunkan pedang kesayangannya menangkis ujung pedang pria bertopeng perak tersebut sampai timbul percikan api dari dua pedang yang beradu.

"Lumayan juga," gumam pria bertopeng perak tersebut dari balik topengnya, mundur beberapa langkah. 

TRANG!

Pertarungan tak bisa dielak lagi. Pria bertopeng perak tersebut terus saja memburu Pangeran Pisceso. Lincah memainkan pedang, Pangeran Pisceso menilai pria bertopeng perak yang sedang bertarung dengannya adalah pemimpinnya. 

Satu per satu prajurit dari kerajaan Voresham berguguran. Suara erangan kesakitan, teriakan dan dentang pedang saling beradu serta darah yang telah mengotori lantai menjadi pemandangan mengerikan di dalam penginapan.

"Lindungi Ratu!" teriak Axel, jenderal militer tertinggi di istana. Tanggung jawabnya sangat besar dalam melindungi keluarga istana. 

Pangeran Pisceso masih berusaha menumbangkan pria bertopeng perak. Pedangnya begitu lincah terayun bersama angin sampai pada kesempatan di mana ujung pedangnya berhasil menggores tangan pria bertopeng perak tersebut. 

CLAANG!

Pedang pria bertopeng perak jatuh. Kesempatan tidak disia-siakan, ujung pedang Pisceso langsung diarahkan kembali pada tubuh pria bertopeng perak tersebut, tapi ... 

TRANG! 

Sebuah pedang panjang menangkis pedang Pangeran Pisceso sampai tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang, tapi secepat kilat juga Pangeran Pisceso kembali maju dan mengayunkan pedangnya.

"Aaakhhh."

Orang yang menolong pria bertopeng perak tersebut tumbang. Darah segar menetes seiring dengan pedang yang tercabut dari tubuh orang tersebut.

Sementara itu, Raja dibantu Jenderal Axel sedang melindungi Ratu dari serangan orang-orang yang berusaha masuk ke dalam kamar. 

"Paduka yang mulia, sebaiknya bawa Ratu dari sini!" pinta Axel. Suaranya beradu dengan dentang pedang.

Apa yang dikatakan Jenderal Axel benar adanya. Tanpa berpikir panjang lagi, Raja segera membuka jubah hitamnya untuk menutupi tubuh Ratu.

Dua orang bertopeng hitam berhasil dirobohkan Axel, Raja segera menggendong Ratu dan membawanya ke luar dari kamar.

TRANG!

Ujung pedang hampir saja membuat nyawa Raja melayang andai Jenderal Axel tidak menangkisnya dari samping. 

Raja menggendong Ratu erat, kedua tangannya tidak bisa mengayunkan pedang. Prajurit yang melihat Raja segera melindungi dan membuat jalan agar Raja bisa pergi ke luar.

Melihat kedua orangtuanya terancam, kesabaran Pangeran Pisceso habis. Mendapat kesempatan untuk menghabisi pria bertopeng perak tersebut yang lengah karena perhatiannya tertuju pada Raja yang ke luar dari kamar, Pisceso segera mengayunkan pedangnya pada tubuh pria bertopeng perak  tersebut. 

"Aaakhh!" 

Jerit kesakitan pria bertopeng perak mengejutkan teman-temannya. Darah segar kembali menetes membasahi lantai ketika Pangeran Pisceso menarik ujung pedangnya dari tubuh pria bertopeng perak tersebut.

Melihat lawannya tumbang. Pangeran Pisceso segera melesat membantu Ayahanda tercinta yang menggendong Ratu.

"Pangeran! Cepat bawa Raja dan Ratu ke luar dari sini!" pinta Jenderal Axel. 

"Siapa sebenarnya mereka ini? Permainan pedang mereka sangat hebat, banyak prajurit kita yang roboh."

"Sepertinya mereka orang-orang bayaran!" jawab Axel.

"Orang bayaran?" tanya Pisceso. "Maksudmu, mereka dibayar untuk membunuh kita?!" 

"Sepertinya begitu Pangeran! Coba perhatikan tangan mereka. Di setiap pergelangan tangan kiri mereka ada tato ular, itu melambangkan perkumpulan mereka. Hamba pernah mendengar tentang mereka yang merupakan orang-orang bayaran dengan ilmu pedang yang cukup tinggi."

Tangan kiri Pisceso terkepal, "kurang ajar! Berani sekali mengusik keluargaku! Selidiki, siapa mereka sebenarnya?!" 

"Perintah dilaksanakan Pangeran, tapi saat ini yang harus kita pikirkan terlebih dahulu yaitu menyelamatkan Raja dan Ratu!" 

Apa yang dikatakan Axel benar. "Di mana tabib?!" tanya Pisceso tidak melihat keberadaan tabib Cole.

Orang yang ditanyakan datang dari arah belakang dengan wajah ketakutan. "Hamba di sini!" 

Jenderal Axel kembali maju menghabisi satu per satu para pria bertopeng yang terbilang cukup tangguh, pedang bajanya lincah berayun menghabisi orang yang menghadang untuk membuka jalan agar Raja, Ratu dan tabib bisa ke luar dari penginapan yang telah menjadi lautan darah.

Raja menggendong erat Ratu Eleanor yang masih pingsan. Langkahnya begitu hati-hati mengikuti Jenderal Axel dari belakang diikuti tabib dan tentunya juga Pangeran Pisceso. 

TRANG!

TRING!

TRANG!

Suara dentang pedang beradu terdengar di setiap tempat. Bau anyir darah tercium dimana-mana. Penginapan yang tadi begitu rapi sekarang nampak bagai sebuah rumah jagal.

Jenderal Axel berhasil membawa Raja dan Ratu serta tabib ke luar dari penginapan dengan dibantu beberapa prajurit. Segera mencari tempat tersembunyi di balik pohon dan bebatuan. 

Raja menyandarkan tubuh istrinya dengan hati-hati  pada batang pohon. Wajah cantiknya terlihat sangat pucat. 

Tabib langsung memegang pergelangan tangan Ratu Eleanor. "Denyut nadinya semakin melemah. Kita harus secepatnya menolong Yang Mulia Ratu Eleanor."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel