Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Flash Marriage

Baru pada saat itulah Camille bereaksi.

Pria yang berada di depan matanya ternyata benar-benar ingin menikah dengan dirinya.

Tetapi ini baru kedua kalinya mereka bertemu, ini sangatlah tidak masuk akal!

"Tuan, jangan bercanda."

Camille ingin mengambil uang dan memberikannya kepada pihak lain tersebut lalu langsung pergi. Tetapi pria itu hanya berbicara dengan santai.

"Nona Camille, kamu bersedia memberikan pria seperti kemarin itu sebuah kesempatan, lalu kenapa kamu tidak bersedia memberikanku sebuah kesempatan juga?" Isi dari perkataan pria itu seperti mencari persetujuan dari Camille, tetapi nadanya tidak ada kelonggaran sama sekali, "Apakah aku tidak sebaik dia? Oh, aku mengerti, apakah Nona Camille memandang rendah aku karena kecacatan tubuhku ini?"

"Tentu saja tidak." Kata Camille. Tetapi ketika Camille melihat mata hitam pria itu yang seperti tersenyum, dia pun baru sadar bahwa dirinya seakan-akan telah dituntun oleh pria tersebut.

Camille menggigit bibir bawahnya dengan kesal, kemudian membenarkan ekspresinya dan berkata, "Tuan, kita sama sekali tidak mengenal satu sama lain, keputusan seperti itu terlalu tergesa-gesa."

"Kamu juga sama sekali tidak mengenal pria yang kamu temui sebelumnya." Pria itu menjawab dengan acuh tak acuh, tetapi perkataannya sangat terus terang. Karena Camille bukanlah seseorang yang pandai berbicara, sehingga dia pun langsung tidak dapat mengatakan apa-apa.

"Nona Camille." Pria itu menyilangkan kedua tangannya dan meletakkannya di atas kedua kakinya yang ramping di kursi roda, lalu dia melihat Camille dengan matanya yang begitu gemilang, "Aku percaya kamu sangat membutuhkan pernikahan ini. Jika kamu melewatkannya kali ini, coba kamu pikirkan di mana kamu bisa mendapatkan kesempatan berikutnya?"

Harus dikatakan bahwa pria ini sangat ahli dalam bernegosiasi dan setiap kalimatnya dapat memegang kelemahan Camille.

Memang benar, Camille benar-benar sangat membutuhkan pernikahan ini.

Yang lebih tepatnya lagi, Camille sangat membutuhkan seorang suami di kota ini.

Jika tidak, maka dia juga tidak mungkin akan berkencan dengan begitu banyak pria, sampai-sampai bertemu dengan pria aneh seperti Robin itu dalam kurung waktu tiga bulan ini.

Camille mengakui bahwa dirinya memang terbujuk dengan apa yang dia katakan, sehingga dia pun tidak menolaknya. Kemudian, dia hanya menatap pria yang berada di depannya untuk waktu yang lama dan pada akhirnya berkata, "Apakah kamu… orang dari Kota S?

Mendengar perkataan itu, bibir pria tersebut sedikit terangkat, "Iya."

Camille tidak menjawabnya lagi dan tangannya yang berada di dalam tas pun diam-diam memegang erat kartu identitasnya.

Dapat dikatakan bahwa Camille sangat beruntung. Hari ini kebetulan rumah sakit membutuhkan kartu identitas ibu Camille untuk mengurus beberapa prosedur, sehingga sekarang Camille membawa kartu identitas tersebut.

Mungkinkah ini adalah kehendak dari Tuhan?

Memikirkan hal itu, Camille pun melihat kembali pria yang berada di depannya.

Meskipun pria itu duduk di kursi roda, tetapi baik itu penampilannya ataupun sikapnya, itu semua jauh lebih baik daripada semua pria berantakan yang dia pernah temui untuk kencan secara acak sebelumnya.

Camille oh Camille, bukankah yang kamu inginkan selama tiga bulan terakhir ini adalah untuk segera menikah dengan orang lokal di sini?

Sekarang kesempatan untuk mewujudkan keinginan itu ada di depan mata, apa yang perlu kamu khawatirkan lagi?

Dengan begitu banyak pikiran di dalam hatinya, Camille akhirnya menggigit bibirnya, menahan keraguan terakhir di hatinya dan tiba-tiba menaikkan kepalanya.

"Baiklah, aku setuju denganmu."

Satu jam kemudian, ketika Camille berjalan keluar dari Biro Urusan Sipil sambil membawa sertifikat pernikahannya, dia selalu merasa ringan seakan-akan sedang bermimpi.

Dia sama sekali tidak menyangka bahwa dirinya akan menikah dengan seorang pria dengan begitu tiba-tibanya, apalagi dia bertemu dengan pria tersebut hanya karena kebetulan saja.

Ketika Camille menunduk untuk melihat sertifikat pernikahannya, dia hanya dapat melihat sebuah foto di mana ada dua orang yang duduk bersampingan. Pria di foto tersebut tampak acuh tak acuh, sedangkan dirinya sendiri tampak gugup dan terlalu berhati-hati.

Di bawah foto tersebut terdapat nama mereka berdua.

Yang konyol adalah dia baru mengetahui nama suami yang dia nikahi dari sertifikat pernikahan tersebut.

Jeffrey Handaya.

Itu adalah sebuah nama yang sederhana tetapi tetap terdengar keren dan sangat cocok dengan temperamen pria tersebut.

Hanya saja, selain dari nama dan nomor ponselnya, Camille sama sekali tidak tahu apa-apa tentang suami barunya itu.

Dia pun tiba-tiba sadar bahwa sepertinya dirinya benar-benar terlalu impulsif. Meskipun pihak lain tersebut tampak seperti orang biasa, tetapi bagaimana jika dia sebenarnya adalah orang yang jahat?

Tepat ketika Camille merasa sedikit menyesal, sebuah tangan dengan bentuk tulangnya yang tampak jelas tiba-tiba menjulur ke depannya dan terdapat sebuah kartu di antara jarinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel