Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Mengurus Sertifikat

Karena Camille tidak suka berutang uang kepada orang lain, sehingga pada hari kedua setelah dia pergi bekerja, dia pun meminta agar gajinya diberikan terlebih dahulu.

Pada saat makan siang, setelah memastikan bahwa gajinya telah dia masuk ke dalam rekeningnya, Camille pun segera menelepon nomor pria tersebut yang tercatat di bukunya. Lalu setelah teleponnya tersambung dan berbunyi beberapa kali—

"Halo."

Suara yang rendah dan berat pun terdengar di kupingnya dan Camille menjadi sedikit gugup tanpa adanya alasan.

"Ini aku." Camille berkata, "Aku adalah orang yang kemarin meminjam uangmu di restoran. Sekarang aku telah menyiapkan uangnya, jadi bisakah kamu memberiku nomor rekening bankmu?"

Telepon tersebut pun menjadi hening untuk sesaat dan ketika Camille mencurigai bahwa pihak lain tersebut tidak mengingat dirinya, dia mendengar suara rendah dan dingin milik pria itu lagi.

"Aku tidak menerima transfer antar bank, kamu beri saja aku uang tunai."

Camille tercengang.

Apakah masih ada orang yang menerima uang tunai pada jaman ini?

"Lalu maksudmu itu adalah…" Tetapi pada akhirnya dia sendirilah yang berutang kepada orang lain, jadi Camille hanya bisa mengikuti perkataan orang itu.

"Apakah kamu besok ada waktu luang?"

"Aku memiliki berita yang perlu dijalankan pada sore hari, tetapi aku tidak memiliki acara di pagi hari."

"Kalau begitu aku akan merepotkanmu untuk datang ke Biro Urusan Sipil besok pagi. Aku besok pagi ada hal yang perlu diurus di sana."

Camille tercengang lagi.

Pergi ke Biro Urusan Sipil untuk mengembalikan uang? Mau dilihat bagaimanapun juga, itu merupakan kombinasi yang aneh.

Tetapi Camille tidak banyak berpikir dan hanya menyetujuinya.

Keesokan harinya.

Camille dan pria itu membuat janji untuk bertemu di pintu Biro Urusan Sipil. Setelah Camille turun dari bus, dia dapat melihat figur pria itu dari kejauhan.

Pria itu masih duduk di kursi roda dan sosoknya yang dingin dan arogan itu menarik perhatian banyak orang yang lewat.

Tetapi pandangan orang-orang tersebut tidak menunjukkan simpati maupun penghinaan. Sebaliknya, mereka sepertinya hanya tertarik dengan penampilan dan temperamen pria itu, sampai-sampai ada banyak gadis yang berkumpul dan tampak seperti sedang ragu untuk mengajak pria itu berbicara atau tidak.

"Halo." Camille berjalan ke depannya dengan cepat, "Maaf, aku tidak membuatmu menunggu lama, kan?"

Pandangan pria itu pun perlahan-lahan tertuju kepada Camille.

Karena Camille hari ini pergi bekerja, jadi dia mengenakan pakaian yang sederhana, rapi dan mumpuni yang menggambarkan figur badannya yang indah tetapi tidak terbuka.

Camille tidak termasuk sebagai wanita yang sangat cantik, tetapi penampilannya halus dan indah. Setelah dilihat beberapa kali, maka itu akan menjadi seperti meminum teh, perlahan-lahan mengeluarkan rasa yang unik.

"Tidak." Pria itu memindahkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Apakah kamu sudah membawa semuanya?"

Camille mengira bahwa yang dimaksud oleh pria itu adalah uang tunai, jadi dia pun langsung menganggukkan kepalanya. Tetapi ketika dia hendak mengambil uang dari dalam tasnya, pria itu tanpa diduga berbicara lagi.

"Kalau begitu ayo masuk dan mengurus sertifikatnya."

"Mengurus sertifikat?" Camille langsung tercengang dan menghentikan gerakan tangannya, lalu menatap pria itu dengan ekspresi bingung, "Sertifikat apa?"

Pria itu menatap mata Camille yang kebingungan dengan ekspresinya yang tetap acuh tak acuh, tetapi apa yang dia katakan berikutnya sangatlah mengejutkan.

"Sertifikat pernikahan."

"Hah?" Camille sekarang benar-benar tercengang dan hampir tidak berani mempercayai telinganya sendiri, "Sertifikat pernikahan?"

Bulu mata pria itu pun sedikit mengerat dan kemudian dia berkata, "Nona Camille, kamu seharusnya sedang terburu-buru untuk menikah, kan?"

Pria itu berkata dengan sangat yakin dan Camille pun tahu bahwa dia kemarin pasti telah mendengar percakapan di antara dirinya dengan Robin. Kemudian wajah Camille pun menjadi sedikit panas.

"Secara kebetulan aku juga sama denganmu." Pria itu tidak menunggu Camille menjawab dan lanjut berkata dengan suaranya yang tenang seakan-akan dia sedang tidak membicarakan peristiwa besar di hidupnya, melainkan sedang membicarakan sebuah bisnis, "Oleh karena itu, kita masing-masing akan mendapatkan apa yang kita butuhkan, jadi kenapa kita tidak menikah saja?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel