Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Penasaran

Bab 9 Penasaran

Lelaki bernama Ryan Xaviero membawa beberapa berkas dan diletakkan ke hadapan Mark. Ryan yang efisien terlihat sedikit berbicara dan kemudian keluar dari ruangan tersebut. Ryan merogoh saku jasnya, ia menatap cokelat yang diberi hiasan pita kecil berwarna merah. Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya ia menjalin hubungan dengan salah satu pegawai di mall tersebut. Ryan berharap kalau Mark menetap saja di sini, agar ia bisa lebih dekat dengan pujaan hatinya yang menurutnya merupakan wanita paling cantik di dunia. Ia memasukkan benda itu lagi ke sakunya. Ia melangkah ke ruang kontrol, sebelum menyerahkan hadiahnya, Ryan harus tahu sedang berada di mana kekasih hatinya yang bernama Joana Alba.

Mark belum bergeser dari tempat duduknya. Ia membaca dokumen yang berisi beberapa lembar kertas di dalamnya. Rasa ingin tahu yang membuatnya menyuruh Ryan untuk menelusuri kehidupan Vicky selama beberapa tahun terakhir ini. Vicky adalah seorang wanita dengan status menikah yang sudah memiliki anak laki-laki bernama Kevan Fonda. Tidak jelas tentang suami Vicky, hanya terdapat keterangan kalau namanya adalah Kevin Fonda dan dia sudah lama meninggalkan keluarga kecilnya.

Dr. Frans adalah dokter langganan Vicky selama dua setengah tahun ini. Kevan memiliki kelainan sejak lahir, ia terlahir prematur dan pertumbuhannya sangat lambat untuk anak seusianya. Wajar jika Vicky tercatat memiliki hutang yang nominalnya cukup besar kepada lembaga independent sejenis simpan-pinjam yang dibentuk di mall nya, yang anggotanya adalah para karyawan mall tersebut.

Dari bibir Mark tersungging senyum yang tidak ikhlas. Pertanyaannya terjawab tentang Vicky dan sekelumit kehidupannya. Ryan sungguh-sungguh mengerjakan perintahnya. Tidak salah ia membayar mahal atas segala jasa yang diberikan oleh Ryan sebagai imbal balik.

Pintu ruangan Mark terbuka, Rayna muncul, padahal Mark malas bertemu dengan tunangannya itu.

"Aku sibuk, Rayna. Nanti malam aku sudah berjanji akan mengajakmu makan malam." Mark terlihat membereskan dokumen yang ada di depannya.

"Aku mampir karena tadi ada urusan di sekitar sini." Rayna menghampiri dan mengecup pipi Mark sekilas dan langsung duduk di pangkuan Mark.

"Jangan terlalu sibuk, kamu punya anak buah yang bisa disuruh-suruh."

"Kadang ada beberapa urusan yang tidak bisa diwakilkan."

"Aku mengerti, sayang." Rayna bergelayut manja dan Mark tampak tidak suka.

Rayna berbicara banyak dan Mark hanya mendengarkan tanpa berkomentar. Setelah selesai, Rayna akhirnya pamit pulang. Seperempat jam rasanya seperti setahun bagi Mark. Rayna sepertinya sadar kalau kehadirannya tidak diinginkan oleh Mark. Rayna tahu kalau dari awal Mark bersikap dingin kepadanya. Walau ia hanya bisa memiliki raga Mark, itu lebih baik daripada dia kehilangan Mark. Ia tidak bisa kalau harus berpisah dengan Mark. Ia tidak apa-apa diacuhkan, asalkan Mark tidak pergi darinya. Rayna mengerti, kalau Mark tidak pernah mencintainya.

Setelah Rayna pergi, Mark pergi ke suatu tempat diantar oleh supir pribadinya. Ia seperti seorang penguntit yang sedang mengamati sesuatu. Claire dan Kevan sedang bermain di taman dekat rumahnya. Adik Vicky terlihat asyik mengobrol bersama teman perempuannya. Sedangkan anak Vicky sedang bermain mobil-mobilan di atas rumput yang diberi alas untuk mereka duduki. Mark hanya memastikan kalau data yang diberikan oleh Ryan benar dan bisa dipertanggung jawabkan keakuratannya. Mark tampak sangat penasaran dengan kehidupan Vicky Fonda.

Sedikit demi sedikit Mark tertarik dengan kehidupan Vicky. Wanita itu memiliki caranya sendiri yang membuat Mark tidak mengerti dengan hati juga pikirannya. Raut wajah Mark tidak terbaca, hanya pandangannya yang tidak putus-putus melihat adik Vicky dan anak Vicky. Mereka berdua tidak tahu kalau cukup lama Mark melihatnya dari kaca hitam mobilnya. Mark bukan psikopat, tapi caranya yang ingin tahu membuat dia tampak seperti itu.

Ia butuh meyakinkankan dirinya untuk bisa menghadapi Vicky secara langsung. Tidak gentleman sekali kalau ia bersembunyi selama berminggu-minggu hanya untuk lebih mengetahui tentang Vicky Fonda.

Mark Meyer kembali lagi ke kantornya, jadwalnya sore ini adalah menggelar meeting bersama kliennya yang berniat menanamkan modalnya kepada Meyer Corporation. Kening Mark berkerut halus, karena ada sesuatu yang ia pikirkan dalam diamnya. Mobil terus melaju membelah jalanan, sambil diiringi musik lembut. Si supir ikut-ikutan bungkam, karena ia masih ingin bekerja bersama Mark. Langcang jika ia bertanya kepada Mark dan mengganggunya.

Senja sudah berganti menjadi malam, Mark masih berada di kantor. Ia melupakan janji makan malamnya dengan Rayna. Handphone-nya masih berada di meja Mark dan dibiarkan mati karena kehabisan daya. Mark benar-benar lupa soal Rayna, karena pikirannya teralihkan oleh setumpuk berkas yang ada di mejanya yang menggoda untuk segera ia selesaikan. Memang sejak awal Mark tidak memiliki perasaan spesial kepada tunangannya itu. Siapa suruh untuk bertunangan dengan Mark? Rayna yang memaksa kedua orang tua Mark untuk bertunangan. Sejauh ini Mark menuruti kemauan Rayna pun kedua orang tuanya. Untuk masalah hati, Mark yang tahu, dan ia malas untuk mengungkapkan bagaimana perasaannya. Salah besar kalau orang-orang mengira Mark bahagia. Mark Meyer tidak pernah bahagia, apalagi lantaran ada Rayna di sisinya, itu tidak akan pernah merubah segalanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel