Bab 8 Mark Meyer
Bab 8 Mark Meyer
Penyambutan yang terlalu berlebihan terjadi di lobby ketika Mark tiba. Ini adalah kali pertama dirinya menginjakkan kaki ke tempat itu. Biasanya ada bawahannya yang datang untuk melakukan segala perintahnya. Mall tersebut masih baru, belum ada tiga tahun. Gedung bekas tersebut secara mendadak disulap menjadi mall yang memiliki ciri khas Meyer Corporation.
Memang benar kata orang-orang kalau Mark sangat tampan dengan aroma dingin yang menguar dari tubuhnya. Wajahnya yang angkuh seperti bisa mengintimidasi siapa saja. Jangan sekali-kali melakukan kesalahan di depannya, karena ia bisa saja membuat hidupmu tidak nyaman. Para pramuniaga berjajar rapi, seperti menyambut kedatangan seorang raja. Mark berjalan menuju lift khusus yang akan mengarahkan langsung ke ruangan barunya.
"Bubarkan semuanya, aku tidak butuh penyambutan seperti ini, buang-buang waktu." Mark berkata datar kepada salah satu orang yang merupakan asisten pribadinya. Seorang asisten pribadi yang selalu berada di sekitar Mark. Seorang lelaki tampan yang memiliki sikap sangat efisien ketika bekerja.
Dalam waktu sekejap para pekerja di berbagai departemen kembali melakukan tugasnya. Mall sudah didatangi oleh beberapa orang yang berbelanja. Mayoritas ibu-ibu yang ingin membeli kebutuhan sehari-hari. Semakin siang, semakin ramai saja pengunjung yang mendatangi tempat tersebut.
Ruangan Mark sudah disiapkan sebulan yang lalu, karena dijadwalkan Mark akan melakukan kegiatan bisnisnya di tempat tersebut, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Semua orang tahu kalau Mark memiliki tunangan yang akan ia nikahi beberapa bulan lagi. Ruangan besar itu tampak nyaman dengan perabotan yang disesuaikan hampir sama persis dengan yang ia miliki di Zola City. Memang ruangannya yang sekarang tidak sama besar, tapi Mark tidak mempermasalahkannya karena ia hanya membutuhkan tempat yang bisa diduduki dan tidak panas. Ia bukan ingin berdarmawisata, ia ingin bekerja.
Setelah beramah tamah dengan orang-orang yang bekerja sebagai manager dan supervisor, ia kembali menekuni laptop dan menyendiri di ruangannya yang sejuk. Entah apa yang sedang ia kerjakan. Ia tampak sibuk mengetikan beberapa huruf dengan sesekali berhenti seperti berpikir. Selesai menekuni kegiatannya, ia berdiri dan memandangi kantornya. Ia ingin melakukan sesuatu agar tidak bosan. Mark berpikir, lebih baik ia melihat bagaimana anak buahnya bekerja. Ia tidak perlu berkeliling untuk melihat kegiatan di mall besarnya, ia meminta akses agar bisa melihat langsung dari laptop miliknya.
Mark bisa melihat apa saja yang ia inginkan. Sudah banyak CCTV yang dipasang di mall tersebut untuk mencegah perbuatan yang tidak benar. Alat tersebut juga memudahkan bagi seorang atasan untuk menemukan kesalahan yang dilakukan oleh anak buahnya. Nampak layar laptop Mark membentuk kotak-kotak kecil yang menyajikan gambaran di mall-nya. Setiap kotaknya terdapat aktivitas, ada yang sedang menata barang, ada yang sedang memilih sesuatu, ada yang sedang melakukan transaksi pembayaran, dan lain sebagainya.
Mata Mark tertuju kepada seorang anak kecil yang kelihatan sedang menangis, karena ia duduk di lantai sambil mengusap-ngusap pipinya. Seorang pramuniaga menghampirinya, terlihat jelas karena wanita itu mengenakan seragam. Wanita itu datang, mencoba menenangkan. Tidak butuh waktu lama, karena beberapa saat kemudian wanita itu membawa anak lelaki itu ke pusat informasi. Bisa diambil kesimpulan kalau anak itu tersesat dan kehilangan orang tuanya. Tidak butuh waktu lama, ibunya datang dan memeluk anaknya dan terlihat seperti berterima kasih kepada petugas di pusat informasi dan pramuniaga yang tadi menggendongnya.
Mark mengarahkan kursor hingga ukuran layar menjadi maximize. Tidak butuh waktu lama untuk mengenali wanita yang sedang berjalan menuju ke barisan rak-rak kosmetik. Wanita itu adalah wanita yang sama yang ia temukan di café semalam. Vicky Fonda bekerja di mall-nya. Mark terlihat marah, wanita itu mengenakan cincin di jari manisnya, dan Fonda adalah nama belakang suaminya. Ia tahu dari name tag yang menggantung di bajunya.
Helaan napas Mark terdengar, ia sedang mengontrol emosinya. Tidak mungkin secepat itu ia merubah haluannya. Sejak malam itu yang ia pikirkan adalah Vicky, bukan Rayna yang jelas-jelas adalah calon istrinya. Mark membenci Vicky, karena gara-gara kemunculannya sudah mengganggu hati Mark. Hidupnya baik-baik saja waktu bersama Rayna. Akan tetapi ada rasa aneh yang menjalar di hatinya. Mark ingin menepisnya, tapi ia semakin terjerumus dengan perasaannya sendiri.
Apakah seorang Mark Meyer sedang mengalami yang namanya jatuh cinta?
Mark mengepalkan tangannya, ia tidak mau mengakui perasaannya. Mark memiliki Rayna. Vicky itu bukan apa-apa untuk hidupnya, tapi mengapa kehadirannya membuat Mark menjadi pribadi yang sulit ditebak? Kembali lagi, hanya Tuhan yang tahu skenario apa yang kelak akan terjadi kepada Mark.
