Bab 6 Joana Alba
Bab 6 Joana Alba
Vicky POV
Seperti biasa aku akan mendengarkan supervisor-ku berceramah setiap paginya. Aku bekerja di Meyer’s Mall, menjadi salah satu pramuniaga di bagian alat-alat kecantikan. Daritadi aku mengedarkan pandangan mencari Joana. Dia memang partner-ku yang sangat gila. Jam segini dia belum datang, aku yakin kalau dia pasti bangun kesiangan. Untung saja Jack berbaik hati dan tidak akan memarahi Joana. Ketika pasukan dibubarkan oleh Jack, dengan mengendap-endap aku melihat Joana yang baru datang.
"Telat lagi." Aku menepuk pundak Joana.
Joana Alba kaget dan memukul tanganku, "kau mengagetkanku, kalau jantungku copot bagaimana?" Joana sewot.
"Nanti aku lem." Aku meringis konyol kepadanya.
"Kamu berjaga ya, aku mau berdandan dulu." Joana memberi kode kepadaku agar kegiatan berdandannya tidak diketahui oleh Jack. Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit, Joana sudah tampil sempurna.
Menjadi seorang tenaga penjualan produk-produk kecantikan harus memiliki wajah yang penuh make up. Aku ber make up agar terlihat cantik. Hanya ada aku dan Joana yang akan membantu pelanggan, karena salah satu teman kami resign seminggu yang lalu. Menjadi sales itu melelahkan karena harus berdiri dari pagi hingga sore dan baru bisa duduk ketika jam istirahat. Memang peraturannya seperti itu. Untung saja untuk bagian kecantikan hanya buka hingga jam 6 sore, tidak seperti bagian lain yang bisa sampai tengah malam.
"Fonda." Joana memanggilku.
"Apa Alba?" Aku memutar bola mataku karena sudah berkali-kali aku mengatakan kalau aku tidak suka dipanggil dengan nama itu.
"Kapan nasib kita berubah, aku lelah Fonda. Berangkat jam 8 pulang jam 6."
"Yakin kau berangkat jam 8?" Aku bertanya sinis kepada Joana.
"Sialan. Aku tadi terlambat karena …"
"Bercinta gila-gilaan dengan Mr. X, karena terlalu terbawa suasana kamu melakukannya berkali-kali, dan pada akhirnya kamu terlambat bangun, ya … ya … ya … aku mengerti." Aku melanjutkan percakapan Joana, karena ini bukan sesuatu yang baru bagiku.
"Aku menunggu undangan darimu juga Mr. X." kataku lagi sambil tertawa melihat muka Joana yang tampak aneh. Aku sok sibuk menata barang di etalase yang sudah sangat rapi.
"Aku tahu kau iri kepadaku. Makanya carilah pasangan hidup, tidak semua laki-laki itu bejat. Kevan butuh ayah, Fonda. Kamu juga butuh dinafkahi secara lahir juga batin."
"Bahas saja tentang Mr. X, aku sedang dalam mood yang buruk kalau disuruh mencari pasangan hidup."
"Fonda, kau itu cantik, menarik, aku pikir kalau kamu itu cukup seksi. Ronald pun pernah mengatakan cintanya kepadamu. Sorry, kemarin aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian. Kalau dipikir-pikir Ronald itu lelaki yang tidak memiliki modal. Coba kau bayangkan, kalau aku jadi laki-laki aku tidak akan menyatakan cinta tanpa ada persiapan yang romantis. Untung kamu menolaknya, Fonda."
"JOANA." Aku mendelik marah, bukan marah yang sebenarnya, hanya kurang suka kalau Joana bercerita keras-keras, karena ini memalukan untukku. Memang benar Ronald kemarin menyatakan cinta kepadaku.
"Apa sayang? Aku terlalu keras, ya? Sorry, aku kelepasan. Tapi tidak ada yang mendengar kita. Oke, aku akan membahas yang lainnya." Joana menutup mulutnya dengan tangannya. Dia memang seperti itu, tidak bisa mengontrol mulutnya.
"Oke, aku maafkan."
"Kau tahu tidak kalau anak majikan kita akan datang ke sini untuk melihat-lihat mall-nya. Kalau tidak salah anaknya yang pertama, yang katanya merupakan penerus utama Meyer Corporation."
"Lalu?"
"Kau tampak tidak suka dengan berita yang aku bawa. Jack yang mengatakannya kepadaku. Fonda, Mark Meyer ini tampan sekali, bahkan Jack saja kalah, apalagi Ronald."
"Masalahnya mau dia datang atau tidak nasib kita akan begini-begini saja." Kataku datar.
"Kau benar juga, ya." Joana tampak berpikir, "tapi kita bisa sekedar mencuci mata, sejak aku bekerja di sini aku belum pernah bertemu secara langsung. Aku melihatnya dari internet, dan dia tampan sekali." Joana terlihat bahagia, dari matanya yang berbinar-binar.
"Aku malah belum pernah melihatnya." Aku mengatakan kejujuran, bahkan waktuku sudah habis untuk melakukan banyak kegiatan, dari bekerja hingga mengurus anak.
"Aku tahu kalau bagimu hanya Kevan seorang yang paling tampan di dunia ini."
"Hahahaha …… itu kau tahu jawabannya."
"Tapi Kevan itu anak kecil, Fonda. Menurutku Kevan itu menggemaskan, bukan tampan. Bagaimana dengan Kevan? Dia sudah bisa berlari belum?"
"Kevan sudah lebih baik dari pada dulu yang sering sakit-sakitan. Kevan cenderung tenang kalau diberi mainan mobil-mobilan."
"Kevan anak yang kuat, buktinya meskipun lahir dalam keadaan prematur semakin hari dia semakin sehat."
"Aku menyesal, Jo. Seharusnya dulu aku lebih memperhatikan kesehatan Kevan selama dalam kandungan. Aku masih ingat ketika dokter mengatakan kalau pertumbuhan Kevan sangat lambat di dalam perutku. Kevan bisa lahir selamat dan sekarang bisa berjalan saja sudah sangat-sangat aku syukuri. Paling tidak aku tidak merasakan kehilangan lagi. Cukup suamiku saja yang pergi, jangan anakku."
"Yang terpenting kata dokter anakmu baik-baik saja, kan?" Aku mengangguk.
"Kevan baik-baik saja, dokter bilang kalau dua kali kontrol lagi hasilnya baik, maka anakku dinyatakan sehat sepenuhnya."
"Sabar, Fonda. Tuhan pasti bersama kalian." Joana memelukku. "Kalau ada apa-apa bilang kepadaku, kalau aku bisa membantu pasti akan aku bantu, kita itu teman sejati."
"Terima kasih, Jo."
Walaupun Joana Alba menyebalkan, kalau berbicara tidak pernah disaring, dan rewel, ia adalah teman terbaikku sepanjang masa. Semoga Joana hidup lebih baik daripada hidupku. Meskipun Joana konyol, aku tahu kalau dia begitu menyayangiku. Secara tidak langsung Joana sudah memberi semangat kepadaku, dan aku jadi merasa tidak sendiri dan didukung oleh orang-orang yang baik.
