Bab 12 Cinta yang Membawa Luka
Bab 12 Cinta yang Membawa Luka
"Dari mana saja?" Rayna menampakkan wajah garangnya, berbanding terbalik dengan gaun elegan yang melekat indah di tubuhnya.
"Dari kantor, dari mana lagi?" Mark melepaskan jasnya dan melempar jas itu ke sofa.
Rayna tidak bisa berpikir jernih, berjam-jam ia menunggu Mark datang, ia berusaha menghubungi tapi tidak berhasil, ia membutuhkan kesabaran ekstra untuk menghadapi kelakuan Mark yang sama sekali tidak ada manis-manisnya. Apa salahnya Mark sedikit peduli kepadanya? Bagaimanapun ia adalah tunangan yang akan segera Mark nikahi. Mark dengan tampang tidak berdosa berlalu begitu saja, meninggalkan Rayna yang terluka luar dalam. Mark membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol air mineral lalu meneguknya hingga tandas separuhnya.
"Kau berjanji akan menjemputku untuk makan malam."
"O, itu." Mark seperti memikirkan sesuatu, "maaf, aku lupa."
"Pekerjaanmu. Lagi-lagi karena pekerjaan."
"Apa dirimu tidak menyukainya? Pekerjaanku adalah segalanya bagiku sekarang." Mark berujar datar.
"Tapi itu bukan alasan untuk tidak memperhatikanku, Mark!" Rayna berang.
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Kau bertanya harus bagaimana? lama-lama aku muak dengan pekerjaanmu itu!"
"Rayna! Sudahi saja semua ini! Aku tidak mau melihatmu terluka. Pergi dari hidupku! Sejak awal memang aku tidak menginginkan ini terjadi. Tapi kamu tidak pernah mau mengerti."
"Apa …… apa maksud ucapanmu?" Rayna terlihat gusar, mendadak ia merasa takut.
"Kita akhiri saja, carilah lelaki yang bisa mencintaimu, karena aku tidak akan pernah bisa mencintaimu, meskipun aku sudah berusaha untuk menerimamu."
"Jangan pernah berbicara seperti itu Mark." Rayna memohon kepada Mark yang terlihat sedih. "Aku tidak bisa hidup tanpamu, kalau kau ingin terus bekerja, aku tidak akan melarangmu lagi. Bekerjalah sesukamu, asalkan jangan tinggalkan aku." Rayna meneteskan air matanya, karena ia tidak mau kehilangan Mark.
"Aku hanya akan melukaimu, kamu cantik, kamu luar biasa, kamu bisa mendapatkan siapa saja yang kamu inginkan." Mark mencengkeram kedua bahu Rayna, meski tidak terasa sakit, hati Rayna seperti dihantam palu besar tak kasat mata.
"Kamu tak akan bisa mengerti kalau yang aku inginkan adalah dirimu, Mark. Aku tahu selamanya aku hanya akan jadi orang yang tidak pernah singgah dihatimu, tapi aku tidak ingin pergi jauh darimu. Kita sudah bertahan cukup lama dalam hubungan ini, kita hanya perlu selangkah lagi."
"Tapi aku sungguh-sungguh tidak mau menjebakmu dalam pernikahan yang tidak aku inginkan. Hanya derita yang bisa kuberikan kepadamu, Rayna. Kau orang baik, akan banyak lelaki baik yang bisa kau dapatkan. Hatiku sudah mati, aku tidak bisa mencintai lagi."
"Hentikan, Mark! Hentikan semua ini! Aku tidak mau mendengarnya lagi. Aku yang salah, aku yang terlalu egois. Jangan berpikir kalau kita akan membatalkan pernikahan kita yang tinggal sebentar lagi." Rayna memeluk Mark, hati Rayna hancur berkeping-keping, Mark sama sekali tidak membalas pelukannya. Rayna seperti memeluk patung tampan yang tidak memiliki perasaan. Rayna pernah melakukan kesalahan, tapi ia pikir tidak akan membuat Mark menjadi pribadi yang seperti ini. Pribadi yang gila kerja dan tidak peka. Rayna tidak kuasa menahan laju air matanya, ia tidak mau perjuangannya sia-sia. Mark segalanya untuk Rayna.
"Aku hanya akan menyakitimu." Mark berbisik. Ada beban yang ia rasakan, ia tidak ingin Rayna hidup menderita gara-gara dirinya. Akan tetapi, tunangannya itu begitu keras kepala untuk bertahan di sisinya, Mark tidak yakin kalau hatinya bisa merasakan cinta tulus Rayna.
"Jangan lakukan itu, Mark. Aku begitu mencintaimu." Rayna memeluk erat tubuh prianya, ia takut kehilangan.
"Tidak, kita memang harus berpisah. Demi kebaikan kita bersama." Mark memutus kontak fisik diantara mereka. Rayna memandang nanar, tidak seharusnya ia marah kepada Mark lantaran ia sibuk.
"Maafkan aku, Mark. Aku berjanji tidak akan melarangmu melakukan hal yang kamu sukai. Please, bertahan bersamaku, demi kebahagianku. Aku hanya ingin berada di dekatmu."
"Tidak, Rayna. Kita hanya akan menyakiti diri kita. Pulanglah, aku ingin sendiri."
Rayna terluka lebih dalam lagi, Mark mengusirnya dari pethouse-nya. "Aku akan pergi, tapi pernikahan kita akan tetap berjalan seperti jadwal." Rayna terisak memegangi dadanya yang seperti terhimpit. Rasanya sesak sekaligus menyakitkan.
Lift tertutup, membuat tubuh Rayna menghilang. Rayna luruh ke lantai, ia menangis sambil menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan suara yang lebih menyedihkan. Ia tidak menyangka kalau mencintai Mark akan membuatnya merasakan penderitaan tanpa batas. Ia memiliki banyak waktu untuk Mark. Rayna berharap kalau waktu dapat membawa hati Mark kepadanya. Ia sudah menyerahkan seluruh hatinya kepada Mark, dan Mark tidak pernah sudi membalas sedikit saja perasaan milik Rayna.
Di waktu Rayna pergi, Mark melempar botol air mineralnya hingga membentur kaca besar di depannya. Kaca itu tidak pecah meski ia mengerahkan segala tenaganya. Air mineral berceceran di lantai marmer, Mark tidak mengerti tentang dirinya. Ia hanya tidak ingin melanjutkan pernikahan konyol yang tidak ia harapkan terjadi. Cuma Mark yang tahu bagaimana keadaan hatinya sekarang. Ia ingin mendekati Vicky yang menarik seluruh pikirannya. Akan tetapi Rayna seperti tumbuhan merambat yang tidak mau lepas darinya.
Mark menggeram, menghamburkan apa saja yang ada di sekitarnya. Mark bukan pria yang bisa meredam amarahnya. Ia pemarah, dan tindakannya diluar prediksi jika sedang kalut. Ia menyalahkan takdir yang membawanya ke dalam drama menjijikan bertema cinta. Ia benci cinta, cinta itu hanya mengajarkan luka kepadanya. Mark pernah terluka karena cinta. Ketika cinta itu pergi, yang tersisa hanya kepingan hatinya yang berserakan.
