Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 Merasa Diikuti

Bab 11 Merasa Diikuti

Vicky POV

Laki-laki yang sama, ia masih menempati tempat yang sama seperti kali pertama aku bertatapan dengannya. Hari ini dia tidak memakai setelan jasnya. Ia memakai jaket kulit warna hitam dan celana jeans. Rambutnya berantakan, ia terlihat lebih muda beberapa tahun dengan tampilan seperti itu. Apa perasaanku saja yang merasa kalau sedari tadi ia menatapku sambil menikmati makan malamnya? Aku pikir dia hanya akan datang sekali, ini kali kedua ia datang ke Café Bellarosa. Ia masih seperti kemarin, sendirian.

Hari-hari berikutnya, aku akan mendapati lelaki yang sama dengan gaya berpakaian yang berbeda. Ia seperti penghuni tetap yang menghabiskan waktu makan malamnya dan pulang sebelum jam kerjaku berakhir. Ia masih sama saja, hanya membisu dan memandangiku. Tidak bertepuk tangan, tidak bersorak, ia seperti patung yang tidak memiliki emosi apapun di wajahnya. Sayang sekali, wajah setampan itu tapi terlihat kesepian.

Aku menjalani hari-hariku seperti biasa. Rutinitas yang membosankan, tapi aku melakukannya dengan sepenuh hati. Besok aku akan menghabiskan waktu seharian penuh bersama anakku. Moment yang jarang kudapatkan. Pekerjaanku tidak mengizinkanku libur disaat orang-orang kebanyakan libur. Aku bertahan karena pekerjaan dan gajinya cukup sesuai. Aku melakukan semua demi Kevan. Kevan masa depanku yang harus kuperjuangkan.

Aku melakukan tugasku seperti biasa. Menghibur para pengunjung dengan suaraku. Aku tidak begitu memperhatikan kapan orang itu pergi. Sekarang café sudah sepi, pengunjung sudah pulang. Aku pun pulang dengan mobil tuaku. aku mengarahkan mobil penuh kenangan ini ke jalan raya. Claire sudah meneriakiku untuk segera menjual rongsokan ini dan menukarnya dengan yang baru. Claire tidak tahu kalau mobil ini memiliki nilai yang sedikit unik. Ini mobil pertamaku yang kubeli dengan gaji pertamaku. Ini bukan mobil yang mahal, benar, ini mobil rongsokan yang membawaku juga Kevin kemanapun tempat yang kami mau. Waktu di masa lalu yang membuat barang rongsokan ini berharga.

Aku menepikan mobilku, mencari tempat makan yang buka 24 jam. Aku memesan ayam goreng dan kentang goreng. Seorang diri menyantap makanan cepat saji sambil menikmati malam yang semakin pekat. Aku mengamati petugas yang sedang bercengkerama dan ada yang sambil menguap. Memang tidak enak bertugas dikala orang-orang terlelap. Aku mampir karena aku merasa lapar dan sudah lama tidak memakan makanan tidak sehat seperti yang aku makan sekarang.

Makanan tidak sehat itu rata-rata memiliki rasa yang nikmat. Aku mencoba menikmati hidupku. Aku seorang ibu, dan aku masih memiliki kebebasan untuk memanjakan diri. Konyol memang, tengah malam, duduk sendirian, merenung, dan menyobek lembaran-lembaran daging ayam dan mengunyahnya hingga lembut sebelum menelannya. Belum puas dengan makanan yang tadi kupesan, aku kembali memesan burger berukuran sedang dan memakannya.

Aku bisa kelebihan berat badan kalau menuruti keinginanku untuk menyantap beberapa makanan lagi. Sudah lama tidak mencicipi makanan pinggir jalan dan aku menjadi hilang kendali. Satu dada ayam, kentang goreng, burger, dan dua gelas soft drink. Kalau tidak memikirkan anakku, aku pasti sudah memesan yang lainnya. Aku belum mau mati muda. Malang sekali anakku kalau harus kehilangan ibunya juga. Cukup ayahnya saja yang menghilang.

Perutku lumayan terpuaskan, aku mengelusnya dan tertawa sendiri. Tertawa yang tidak sampai menimbulkan suara. Aku tidak mau mereka yang melihatku menjadi salah sangka. Aku belum gila. Aku sedang menikmati hidupku.

Aku kembali melajukan mobil bututku, melintasi toko-toko yang sudah tutup sebagian, melintasi perumahan, tanah kosong, hingga aku sampai di depan rumahku. Aku turun dan membuka pagar yang tertutup. Ketika aku membuka kunci, aku menoleh ke arah belakang. Aku mengedarkan pandangan ke segala arah, untuk memastikan. Aku seperti merasakan sesuatu yang aneh. Aku merasa sedang diikuti, tapi saat aku mencari, tidak ada yang mencurigakan.

Aku menganggapnya sebagai insting orang-orang yang kesepian. Mungkin karena cukup lelah makanya aku berhalusinasi kalau sedang diuntit oleh seseorang. Bisa juga karena terlalu banyak makan sehingga pikiranku jadi menggila. Aku tersenyum sendiri dengan kebodohanku. Mana ada orang yang sudi menguntit wanita yang sudah memiliki keluarga sendiri. Aku kembali ke dalam mobilku dan mengendarainya masuk. Aku melenggang ke dalam rumah setelah memastikan pagar terkunci dengan baik. Besok aku bisa bangun siang dan bermain sepuasnya. Kapan lagi aku bisa bersenang-senang?

Lagi-lagi aku mematung di depan pintu. Sebelum menutup pintu, aku kembali mengamati jalalan sepi di depan rumah. Aku menyentuh pundakku yang meremang. Ada apa ini? Aku tidak percaya hantu. Roh orang-orang yang mati tidak akan berkeliaran. Mereka tenang di alamnya. Aku menghembuskan napas, aku melihat kalau ini hanya perasaanku saja. Tidak ada orang yang sedang mengawasiku. Aku bukan orang penting. Aku menegaskan kepada diriku kalau mustahil diriku diikuti oleh orang lain. Setelah puas meyakinkan diriku, aku menutup pintu rapat-rapat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel