Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

Selesai salat isya,  Rima berjalan ke ruang tamu dan mengintip dari balik jendela. “Abi belum pulang juga, “ gumamnya.

Ia merasa kepalanya sedikit pening,  ia memilih duduk di kursi ruang tamu. Dua hari ini dia selalu melupakan makan malamnya karena ketiduran menunggu suaminya datang. Tetapi malam ini sepertinya dia harus makan terlebih dahulu meninggalkan suaminya karena menurut dokter tadi kondisi kehamilannya begitu lemah.

Rima beranjak dari duduknya walau kepalanya terasa begitu pening dan rasa mual selalu saja menghujaninya setiap saat,  buka  hanya di pagi hari,  tetapi juga di siang dan malam hari. Rasa sesak di dada dan kondisi tak nyaman itu membuat tidurnya selalu terganggu.

Rima kini sudah duduk di kursi meja makan,  menatap sekeliling rumah yang cukup besar itu tetapi begitu terasa gersang dan sunyi. Ia mengingat kenangan beberapa tahun yang lalu,  saat awal dirinya mengandung Hulya. Akbar begitu perhatian dan perduli padanya. Walau bukan perhatian berupa kata-kata mesra atau memanjakan dirinya layaknya pasangan di dalam cerita novel. Tetapi dengan Akbar yang selalu ada di sisi Rima,  menemani Rima periksa kandungan setiap bulannya,  selalu menemani Rima makan malam walau tak ada pembahasan yang harus di katakan. Walau hanya terdiam,  dan fokus pada makanan masing-masing,  tetapi kehadirannya sudah termasuk perhatian istimewa yang di berikan Akbar untuk dirinya.

Ingatan Rima kembali berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu. Akbar dan Kanaya pergi ke rumah ibu dari Kanaya. Kenapa Akbar tidak bercerita kepadanya,  kenapa Akbar sama sekali tidak membicarakan ini dulu dengannya kalau dia ingin membantu Kanaya. Kanaya memang sahabat dekat Akbar,  atau mungkin lebih. Entahlah,  Rima sama sekali tidak mengetahui hubungan mereka di masalalu. Tetapi Rima adalah sepupu dari Kanaya,  dan yang lebih penting Rima adalah istri dari Akbar. Apa pendapat seorang istri kini tak berarti lagi? Apa menyembunyikan semua ini pada istri merupakan sesuatu yang wajar?

Tanpa sadar air matanya luruh membasahi pipi,  kalian bisa saja menyebut Rima berlebihan,  mendrama atau lebay. Yang jelas hatinya terasa begitu sensitive dan rasanya sakit melihat mereka berdua bersama tanpa sepengetahuan dirinya. Lalu apa gunanya dia sebagai istri?

Memang benar izin istri tak sepenting izin suami yang merupakan ridha dari Allah. Tetapi apa harus dengan menyepelekan seperti ini?

Kenapa rasanya rumah tangga Rima sekarang terasa begitu hampa,  dan kosong? Rima begitu merindukan suaminya,  Abi nya. Dia membutuhkan Akbar di saat saat seperti ini,  di saat ia sedang hamil muda. Dukungan dan kehadiran suami sangatlah berguna untuk kesehatan janinnya.

***

Rima baru saja keluar dari sebuah Mesjid yang berada tak jauh dari komplek rumahnya. Di waktu senggang, Rima memang rutin menghadiri pengajian-pengajian untuk menambah ilmu agamanya dan memperluas wawasannya. Dan hari ini Ustadzah seakan menyindir Rima dan memberi masukan untuk Rima.

'Komunikasi.'

Itulah yang di bahas hari ini, cara berkomunikasi yang baik dengan suami.. Cara menjaga komunikasi supaya tidak sampai terjadi kesalahpahaman dan berujung suudzon dan fitnah. Semua beban yang ada di hati sebaiknya di ceritakan atau di bicarakan dengan suami secara baik-baik. Dan tanyakan berbagai pertanyaan yang mengusik pikiran supaya segalanya clear.

Rima merasa sedikit lega dan tenang, akhirnya ia mendapat jawaban dari segala gundah di dalam hatinya. Ia tidak ingin sampai suudzon pada suaminya sendiri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel