Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Killian Siapa?

Bab 2 Killian Siapa?

Air mata Maudy turun dengan derasnya membasahi pipi. Beruntung ia masih dalam kesadaran penuh sehingga ia bisa menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya agar tidak sampai suara tangisnya terdengar.

Hingga pada akhirnya Killian menyelesaikan aksinya, Maudy masih bersembunyi di balik pohon besar itu. Killian pun membawa korban yang telah dia bunuh dan menyeratnya lalu meletakannya di dalam bagasi mobil miliknya. Semua itu masih dalam pandangan Maudy, dari balik pohon ia masih menyaksikan apa yang suaminya itu lakukan.

Betapa hancurnya hati Maudy saat menyaksikan itu. Bahkan kini tubuhnya semakin lemas karena ketakutan melihat suami yang sangat dia sayangi bukan orang baik. Melihat bayangan wajah Killian membunuh orang tadi seperti merasa tidak bersalah sama sekali membuat Maudy yakin jika suaminya itu sudah seperti biasa melakukan itu.

Maudy pun tidak lagi memikirkan pakaian Killian yang hanyut. Biarkan saja baju kesayangannya itu hanyut dari pada dia ketahuan oleh Killian lalu mungkin akan ikut terbunuh. Mengingat itu membuat bulu kuduk Maudy naik semua. Maudy benar-benar tidak ingin itu sampai terjadi pada dirinya.

Hati Maudy masih sangat tergoncang—ia terus saja mengingat kejadian tadi, seperti kaset yang terus saja berputar di kepalanya. Bahkan sudah ia coba melupakan, tetapi bayangan itu malah terus datang menghantui Maudy—Killian seorang pembunuh!

Demi menenangkan pikiran sendiri, sesampainya di rumah Maudy langsung menuju ke dapur dan ingin meminum segelas teh hangat. Tenggorokan wanita itu sangat kering mengingat kejadian tadi. Maudy haus. Maka Muady meraih termos berwarna hijau yang terletak di sudut meja lalu tangan Maudy segera bergerak membuka penutupnya lalu menuang air panas kedalam gelas.

Sial, tangan Maudy masih sangat bergetar membuat air panas itu kini menumpahi tangan Maudy yang satunya lagi. “Aww…” wanita itu menjerit kesakitan mendapati tangannya kini memerah karena ulahnya sendiri—bayangan Killian masih terus terekam di kepalanya. Pembunuhan itu membuat jiwa Maudy seperti ikut terenggut.

Tubuh Maudy saat ini masih basah, lagi-lagi hujan turun tadi. Maka setelah memutuskan menghabiskan tea yang baru saja di tuangkannya, Muady pun memutuskan untuk menukar pakaiannya yang basah. Setelah mengganti pakaian yang baru, gadis itu pun membuka pintunya dan ternyata hujan di luar masih sangat deras.

“Huftt…” lagi-lagi Maudy menghela napas. Entah ini sudah beberapa kali ia menghela napasnya. Demi menghilangkan stressnya Maudy pun mengambil aromaterapi yang kemarin dia beli pada saat ke kota. Maudy menenangkan diri sejenak.

Beberapa saat kemudian Killian pulang ke rumah mereka. Maudy sempat menegang namun secepatnya ia mengubah air wajahnya. Maudy tidak boleh membiarkan jika Killian tahu bahwa dirinya mengetahui semuanya. Killian tersenyum sangat menakutkan pada Maudy.

Setelah menormalkan degupan jantungnya sendiri, Maudy pun mencoba bersikap biasa menganggap tidak ada sesuatu apa pun terjadi. Ia melayani suaminya Killian dengan baik dan segera memberi air hangat serta membawa handuk kepadanya.

Maudy menyerahkan handuk itu agar Killian mengeringkan tubuhnya. Tak lupa juga dengan air hangat yang berada di tangannya segera ia serahkan juga ke Killian.

Maudy mengikuti Killian hingga ke kamar. Lelaki itu hanya menggunakan handuk yang masih terlilit di pinggang. Entah kanapa saat melihat Muady hanya menggunakan daster tipis pendek membuat mata Killian seketika berbinar. Tubuh Maudy sudah seperti candu khusus baginya.

Killian tanpa meminta persetujuan Maudy membawa gadis itu ke atas ranjang. Menghepaskan tubuh Maudy diatas sana. Killian menyerang Maudy berkali-kali. Bahkan pada saat berciuman dengan panasnya baru sekali Killian memberikan jedah pada Maudy untuk mengambil angin—saat ini yang Killian butuhkan merupakan tubuh Maudy memuaskan hasratnya.

Killian benar-benar berhasrat. Membuat Maudy sangat kelelahan menghadapi suaminya itu. – Killian sudah seperti singa kelaparan memakan tubuhnya.

Kini mereka benar-benar menyatu menjadi satu. Kilian melakukan tempo ritme bokongnya dengan lambat. Tubuhnya yang seksi dan masih kedinginan itu mencoba memberi rasa nikmat untuk istrinya—Killian tidak mau jika hanya dirinya yang mendapat kenikmatan, melainkan Maudy juga.

Dalam setiap percintaan mereka. Baru sekali ini Maudy tidak merespon. Yang wanita itu lakukan hanya berpasrah diri saat Killian melakukan aksinya di atas tubuh indah miliknya. Maudy masih memikirkan kejadian itu, membuatnya memiliki pertanyaan yang begitu banyak ingin segera di jawab.

Namun ia belum berani bertanya pada Killian. Di saat seperti ini dimana Killian berada di sedang ingin mencapai puncak membuat Maudy membatalkan niatnya menayakan itu pada orang yang kini menjadi suaminya tersebut. Apa sebaiknya----?

“Arghh..” Killian mendesah hebat saat sudah mencapai puncak klimaksnya. Killan sempat sebentar membaringkan tubuhnya di atas tubuh Maudy. Namun hanya sebentar saja, kini pemuda itu berbaring di samping Maudy sang istri sembil memberikan kecupan hangat di pipi istrinya itu.

Maudy hanya merespon singkat saja, -- senyuman kecil dia berikan sebagai balasan untuk Killian yang mengecupnya.

Kini Killian benar-benar terlelap di samping Maudy sang istri.

Diam tak ada suara.

Masih terus diam, Maudy masih terus memikirkan siapa sebenarnya kini yang telah menjadi suaminya itu. tanggan Killian refleks memeluk tubuhnya, membuat Maudy sedikit tersentak kaget. Namun itu malah justru membuatnya menatap Killian yang tertidur seperti bayi.

Pertanyaan di kepala Maudy benar-benar banyak kini. Apalagi wajah tampan suaminya seperti orang biasa, tampan, terlihat sangat baik bahkan alim mungkin! Tapi kenapa kejadian tadi seolah menujukan sisi lain dari pada Killian. Siapa sebanarnya dia?

Rasa penasaran yang dimiliki Maudy harus benar-benar dia kubur dalam-dalam di hatinya. Lebih baik dia mati di dalam rasa penasaran dari pada harus mati di bunuh Killian. Itu tidak boleh terjadi karena Maudy masih harus tetap hidup untuk ibunya.

Ia harus memikirkan ibunya juga. Dimana saat ini ibunya masih sakit dan membuat Maudy mau tidak mau meredam semua rasa penasaran yang amat mendalam di dalam hatinya.

Lalu kini yang menjadi pertanyaan Maudy, kenapa suaminya itu kini sama sekali tidak merasa bersalah. Maksudnya kenapa Killian tidak sedkit pun terganggu setelah membunuh orang? Atau---

Mungkin saja suaminya itu memang bekerja sebagai pembunuh, atau apakah memang itu pekerjaan Killian?.

Maudy tidak habis pikir. Kepalanya sampai sakit memikirkan tentang siapa sebenarnya Killian. Kenapa tidak sedikitpun dulu ketika akan menikah ia menanyakan itu. Kini saat tahu apa yang sebenarnya terjadi itu malah membuat Maudy menjadi merasa menyesal menikahi seseorang yang tidak ia kenal betul-- Killian suaminya, tapi dia tidak mengenalnya? Lalu apa gunanya dia menjadi istri dari lelaki itu?

Astaga? Sepertinya Muady harus menyelesaikan semua pertanyaan yang ada di dalam kepalanya itu sendiri. Memikirkan bagaimana cara bertanya untuk menanyakan siapa sebenarnya Killian saja sudah membuat Maudy meremang. Sangat sadis jika dibayangkan kembali.

Bersambung….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel