Pustaka
Bahasa Indonesia

Suamiku Pembunuh

83.0K · Tamat
Romansa Universe
80
Bab
963
View
9.0
Rating

Ringkasan

Menikahi seorang yang dingin menimbulkan misteri dalam hidup Maudy. Suaminya, Killian tidak terbuka. Suatu malam dia melihat suaminya membunuh pria di gang belakang rumah, Maudy bergegas menelpon polisi sebelum Killian menghentikannya dan menjelaskan kalau dirinya terpaksa membunuh untuk melindungi Maudy.

Pernikahan

Bab 1 Suamiku Pembunuh

Bab 1 Suamiku Pembunuh

Pagi ini hujan begitu deras dua insan yang baru menikah dua minggu lalu masih terbalut selimut di bawah sana. Mereka enggan beranjak setelah melakukan hubungan panas—Maudy dan Killian sedang tertidur pulas tanpa sehelai benang pun.

Killian yang lebih dahulu bangun, miliknya bereaksi di bawah sana, penyebabnya adalah bokong Maudy menggesek, membuat Killian ingin memangsa Maudy. Lelaki itu mulai memeluk wanita yang sekarang resmi menjadi istrinya itu dari belakang.

“Emmmm..” Maudy merespon dengan suara dan sedikit dorongan. Wanita itu masih sangat mengantuk akibat ulah Killian tadi malam. Mereka bercinta hingga jam tiga pagi. Dan kini malah ingin lagi, kalau tidak secepatnya bangun maka Killian akan memaksanya.

Terlambat sudah, Maudy terlambat buat melakukan itu. Kini tubuhnya sudah ditimpah oleh Killian serta tangannya tidak berhenti melakukan aksinya di dada Maudy. Sesekali ia menyesap leher dan tengkuk Maudy, membuat wanita itu mulai ikutan terhanyut.

Mereka berpagut sangat rakus seolah tidak ada yang mau mengalah. Saat udara mereka berkurang barulah Killian melepaskan pagutannya. Ia berpindah bibir, dagu hingga terus ke bawah menyusuri setiap inti tubuh Maudy—Killian, berhenti tepat di dada gadis itu, memainkan kedua gunung kembar milik Maudy dengan bibirnya.

“Onch..” desah Maudy mendongakkan kepalannya ke atas, menatap langit-langit. Perlahan-lahan mata itu terpejam saat menikmati sentuhan Killian—tulang-tulang Maudy meremang merasakan sentuhan lidah killing di tubuhnya.

Ini benar-benar nikmat—surga dunia yang baru Maudy rasakan setelah menikah. Pernikahan mereka pun terbilang singkat, dimana Maudy dan Killian saat itu hanya berpacaran tiga bulan setengah, setelahnya Killian langsung melamar.

Menurut Muady, Killian adalah pria yang baik dan bertanggung jawab— Killian adalah lelaki yang menjadi tipe idaman Maudy, oleh karena itu dia menerima lamaran pria itu. Maudy merasa sangat yakin jika Killian adalah jodohnya—Killian merupakan jawaban setiap doa Maudy.

Barang tegak milik Kilian kini sudah sangat siap untuk dimasukan—setelah milik Maudy basah secara keseluruhan, ia pun melakukan gerakan dimana ia mengarahkan batangnya ke lubang milik Maudy. Maudy sendiri sudah merasa siap, bahkan libidonya sudah sangat tinggi membuat dirinya ingin segera merasakan milik suaminya tersebut.

“Mmmhh,” desah Maudy dengan mulut terkatup. Ada perasaan sesak dan juga nikmat seketika milik Killian memenuhi miliknya.

Suaminya itu mulai menggerakkan bokongnya naik turun, membuat ritmenya cepat dan kadang lambat. Mereka terlalu menikmati sensasi yang ditimbulkan dari setiap gesekan yang terjadi—Killian memejamkan mata, hingga beberapa menit kemudian dia mencapai puncak kenikmatannya. Killian menyemburkan paju miliknya di lubang milik Maudy. Setelah itu mereka kembali berpagutan.

Setelah beristirahat Killian beranjak dari ranjang, pasalnya dia akan bekerja. Hujan di luar juga sudah mulai reda, bahkan sinar mentari sudah mulai timbul walau tidak seterang biasanya—akhir-akhir ini memang sedang musim hujan membuat cuaca di kota Koto sangat dingin.

Maudy beberapa kali menghela napas, ia baranjak dari tempat tidur masih tanpa busana dan berjalan ke arah jendela kamar mereka. Wanita itu membuka jendela lalu menghirup udara yang masuk melalu celah jendela dalam-dalam.

Menurut orang-orang udara di pagi hari apalagi habis terkena air hujan sangat bersih dan sangat cocok untuk memenuhi sirkulasi udara di paru-paru miliki Maudy. Karena itu dia menghirupnya dalam-dalam. Maudy kembali teringat tentang percintaan mereka barusan—Killian tipe suami yang baik dan mampu memuaskannya, maka kini ia—Maudy sangat bersyukur bisa memiliki Killian walau sifat lelaki itu sangat acuh dan cuek.

Maudy mencintai Killian demikian juga Killian mencintai Maudy.

Beberapa menit kemudian terdengar pintu kamar mandi terbuka, itu artinya Killian akan segera keluar dari sana. Maudy belum menyiapkan pakian kerja suaminya itu. karena itu ia pun segera bergegas ke arah lemari dimana pakian dirinya dan Killian berada.

Maudy mengeluarkan pakain kemeja berwarna biru dari katun dengan lengan pendek. Serta celana jeans hitam yang sering Killian pakai. Suaminya itu sendiri setahu Maudy bahwa Killian adalah karyawan perkebunan di salah satu desanya. Tapi selama ini dia tidak terlalu mempertanyakan pekerjaan pria itu—Muady sangat percaya dengan suaminya.

Killian pun keluar dari dalam kamar mandi dan segera menuju ke arah Maudy yang sedang menyiapkan pakaian. Dikecupnya wajah istrinya itu sebagai ucapan terimakasih.

Mendapat perlakuan manis seperti itu membuat wajah Maudy memerah, wanita itu tersipu malu padahal Killian adalah suaminya. Atau mungkin ini karena mereka baru saja menikah maksudnya mungkin bisa saja Maudy masih tahap menerima dan siap menjadi istri Killian.

Seprai berwarna merah maroon dengan bunga-bunga. Di mana tempat tidur milik mereka—tempat tidur Killian dan Maudy itu masih sangat berantakan akibat ulah mereka. Maudy meletakan pakaian milik suami yang tadi dia ambil dari lemari mereka di atas seprai itu. Killian pun segera mengganti pakaian miliknya yang sudah di sediakan oleh Maudy.

Suami Maudy itu sudah siap berpakaian bahkan sudah sangat tampan sekali. Killian akan segera berangkat bekerja. Karena itu Maudy mengantarnya ke depan, seperti biasa dia akan mengantar suaminya itu hanya sampai teras saja.

Killian mengecup pucuk kepala Maudy penuh dengan kelembutan. Bahkan bibir merah itu seolah tak ingin kulit Maudy yang mulus dan cantik tergores sedikit saja. Maka Killian mengecupnya penuh dengan kelembutan dan sedikit singkat.

Lelaki itu sedang terburu-buru melakukan pekerjaannya.

Killian telah berangkat, Muady tinggal sendirian kini di rumah. Maka sebagai istri yang baik, dia harus membereskan rumah mereka dan termasuk kamar mereka. Seprai yang mereka pakai harus segera diganti.

Maka secepat kilat Maudy membereskan kamarnya, mengganti seprai dan meletakkannya di keranjang baju kotor. Maudy berencana akan mencucinya ke sungai belakang dekat dengan rumah milik mereka. Setelah selesai membereskan kamar Maudy langusung melanjutkan membereskan ruang tengah setelah itu beranjak dari sana hendak mengambil pakaian kotor serta seprai yang akan dia cuci di sungai.

Rumah milik Maudy dan Killian terbilang cukup kecil, di mana mereka mengontrak di salah satu perumahan desa yang sudah tidak terpakai lagi. Di dalam ada kamar mandi satu, tetapi airnya sangat kecil membuat wanita itu sangat malas mencuci kain di sana. maka karena itu Maudy memutuskan mencuci baju mereka di sungai. Maudy pun membawa keranjang tadi ke sana penuh dengan pakaian kotor.

Beberapa saat kemudian Maudy telah tiba di sana. pakaian yang tadi dia bawa diletakkan di atas batu sembari mencari tempat yang cocok buatnya untuk mencuci—Maudy telah menemukan batu besar yang sangat cocok untuk tempatnya mencuci, ia pun segera membawa kainnya kesana.

Setalah mencuci semua pakaiannya dengan Killian dan pakaian miliknya sendiri, Muady

membasuhnya. Sangat disayangkan pakaian ketiga yang Muady basuh harus terbawa air, pasalnya air sungai itu sangat deras hujan baru saja turun sehingga membuat laju pakaian terhanyut dengan cepat.—baju Kilian terbawa arus.

“Shit!!!” Muady mengumpat dalam hati, tangannya sangat kesusahan meraih baju itu. Itu adalah baju kemeja kesukuaan Killian. Kini terhanyut dan membuatnya ke dalam masalah. Jika Killian tahu bajunya hanyut pasti Muady-lah yang akan terkena sasaran.

Maka Maudy berusaha mengejar Baju itu hingga ke gang sempit di ujung blok. Tiba-tiba saja Maudy mendengar suara jeritan kesakitan dari arah tempatnya berdiri. Bahkan mungkin sangat dekat dengannya kini berdiri.

Muady tidak salah mendengar, pendengaran Muady masih teramat baik. Bahkan sangat baik jika boleh di katakan. Maka ia menghentikan langkah kakinya dan mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Saat tahu apa yang terjadi, wajah Muady pun seketika berubah. Bahkan kakinya bergetar saat menyaksikan kejadian itu. dimana sang suami—Killian membunuh orang dengan bringasnya. Maka dengan hati-hati Muady mencoba tidak bersuara, ia memilih bersembunyi di balik pohon besar yang dapat menyembunyikan dirinya.

Suara jaritan sekali lagi terdengar, membuat mata Maudy membulat sempurna saat melihat kembali apa yang di lakukan suaminya itu. Killian menusukan pisau ke perut lelaki itu hingga beberapa kali.

Bersambung….