Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ezra Mengajaknya Bercinta ... Lagi?

"Seperti malam sebelumnya, saya tidak akan melewati batas, jika tidak diizinkan."

Sayna tidak mendengarkan ucapan Ezra, ketika ia sedang membenarkan letak guling di tengah-tengah mereka. Hanya pembatas berbusa yang bisa kapan saja menjadi bahaya besar, jika benda itu bergeser. Namun, mengingat semalam Ezra menepati janjinya, sampai saat ini Sayna masih percaya Ezra tidak akan berbuat macam-macam. Meskipun dia tetap harus waspada.

Sayna memunggungi suaminya, pura-pura sudah tidur. Padahal nyatanya ia masih terjaga sampai subuh menjelang. Ia susah tidur entah kenapa. Merasa posisi tubuhnya terlalu lama tidak bergerak, Sayna mencoba untuk mengubah posisi jadi terlentang. Dan betapa terkejutnya saat ia melirik ke samping, ternyata Ezra juga terjaga.

Sayna tidak bisa dibohongi, meskipun saat ia memergokinya, Ezra langsung menutup mata rapat-rapat. Sayna tahu, Ezra tidak tidur barusan. Dia kira sejak tadi kamar tersebut terasa hening, karena Ezra yang sudah pulas duluan.

Sayna mengubah posisi tubuhnya jadi berbaring miring menghadap pada Ezra. Laki-laki itu tetap memejamkan mata, padahal tadi ia tertangkap basah sedang memandangi langit-langit kamar. Selain aneh dan dingin, ternyata makhluk tersebut punya sisi yang lucu.

"Ez."

Jelas, Sayna tidak akan mendapat respon apa pun, karena Ezra masih memainkan sandiwara untuk terus terpejam.

Siluet wajah Ezra terlihat indah di bawah cahaya temaram jika dilihat dari samping. Hidungnya yang mancung terlihat begitu sempurna di mata Sayna. Beberapa kali ia memanggil, orang itu tetap saja memejamkan mata, bahkan tidak menyahuti sepelan apa pun.

Sayna memberanikan diri untuk menyentuh wajahnya, karena sangat gemas dengan akting Ezra yang kurang bagus tersebut. Baru terulur di atas wajah Ezra, tangan Sayna langsung ada yang menangkapnya.

Mata Ezra langsung terbuka lebar dengan tangan memegang tangan Sayna yang hendak menyentuh rahangnya. Sayna mencoba menarik tangannya, namun tidak dilepaskan oleh Ezra dan malah dipegang dengan erat.

"Ez, lepasin!"

Ezra melirik ke samping, mereka bertatapan dalam remang-remang. Meskipun tatapan Ezra tetap datar, Sayna merasa gugup ditatap seperti itu sedemikian lekatnya.

"L-lepasin!"

Setelah terdiam cukup lama, Ezra baru melepaskan tangannya. Sayna langsung menyembunyikan tangan tersebut ke dalam selimut, takut dipegang lagi oleh suaminya seperti barusan.

"Kenapa belum tidur?"

Bibir Sayna sedikit mengerucut saat Ezra bertanya seperti itu. "Kamu sendiri kenapa belum tidur?"

Ezra langsung memalingkan pandangan ke atas. Sepertinya langit-langit kamar yang gelap lebih menarik daripada wajah cantik istrinya.

Sayna membatin sendiri. Jika ditanya, Ezra selalu saja seenaknya. Dia tidak suka jika Ezra mengabaikan pertanyaannya seperti barusan.

"Ez." Hening.

"Ezra?" Tidak mendapat sahutan.

"Ezra Davendra?" Masih senyap tanpa jawaban.

Akhirnya Sayna geram, menggeser tubuh lebih dekat pada suaminya. Kini Ezra kembali memejamkan mata. Apa dia akan pura-pura berakting lagi?

"Hei, kamu dengar aku enggak, sih?!" Sayna menggeplak rahang suaminya dengan keras hingga terdengar bunyi geplakan nyaring dalam keheningan kamar.

"Apa yang kamu lakukan?" Ezra membuka mata lebar, menatap Sayna dengan tajam. Laki-laki berusia 32 tahun itu sepertinya sangat marah atas perlakuan Sayna yang kurang ajar.

"Habisnya kamu tuli. Aku panggil gak nyahut-nyahut." Sayna seperti membela diri, padahal tangannya sangat erat memegangi guling pembatas. Dia takut melihat tatapan Ezra yang tajam. Pria itu terlihat menakutkan saat melotot di bawah cahaya yang gelap.

"Saya ingin istirahat. Bisa kamu tidak mengganggu?" Ezra tidak murka, tidak juga meninggikan suaranya. Dia cukup bisa mengontrol diri untuk terlihat tenang. Tapi sorot matanya cukup menajam untuk menandakan ketidaksukaannya terhadap tindakan Sayna barusan.

"Ez ...." Dengan beraninya Sayna kembali menggeser tubuh mendekat ke arah Ezra, mendorong guling yang dia pegang erat, masih sebagai pembatas keduanya.

Tatapan Ezra lekat pada tangan Sayna yang memeluk guling. Refleks ia menggeser tubuh saat Sayna semakin mendekat dan hampir saja terjatuh, kalau ia tidak menahan diri untuk bergeser lagi.

Sayna sudah nampak seperti wanita menakutkan saat ini. Entah apa yang wanita itu pikirkan sampai berani mendekati Ezra yang selalu dia anggap dingin dan datar.

"Kenapa menjauh, Ez? Kamu takut, ya, sama aku?"

Ezra hanya diam, waspada terhadap istrinya yang mulai terlihat aneh.

Jangan-jangan Sayna gagal menikah karena dia penderita penyakit kejiwaan? Mungkin Ezra akan berpikir seperti itu, jika melihat sikapnya yang aneh-aneh.

"Kamu gak mau dekat sama aku? Kenapa? Bukannya waktu itu kamu yang ngajak aku buat ... buat ...," Sayna menelan ludah susah payah. Suaranya tercekat, sangat sulit mengatakan hal itu. "melakukan ... malam pertama?"

Tubuh Sayna menegang disertai dengan suasana kamar yang langsung terasa mencekam. Jakun Ezra nampak bergerak menandakan pria itu tidak baik-baik saja saat ini. Dan pandangannya yang semula waspada, kini terlihat semakin waspada dan mengantisipasi.

Hening. Bahkan deru napas pun tidak terdengar dari keduanya yang sama-sama saling pandang dalam remang-remang.

"Ehem!"

Suara deheman pelan yang Ezra keluarkan menjadi pemecah pertama di antara keduanya. Sayna memalingkan wajah, salah tingkah. Salahnya sendiri yang memancing percakapan tidak mengenakan, membuat mereka sekarang berada dalam keadaan yang sangat canggung.

Pegangan tangan Sayna semakin erat terasa memeluk gulik. Ezra masih saja menatapnya dengan lekat, bahkan tatapannya semakin lama malah semakin dalam. Sayna ingin menghindar, namun tidak bisa. Tatapannya terkunci hanya fokus pada wajah Ezra Davendra. Bibirnya terasa kelu, tidak bisa mengucapkan satu kalimat pun, bahkan kata saja tidak ada yang keluar dari mulutnya. Semua suara tertahan di tenggorokan karena tatapan mata Ezra semakin dalam dan memabukkan.

Sayna hanya bisa meremas sarung guling. Perasaannya semakin tidak karuan karena Ezra masih bertahan untuk tetap memandanginya.

Kenapa Ezra memandanginya sangat serius? Sayna tidak bisa bertahan lebih lama menahan rasa yang membingungkan. Dia ingin segera berpaling dan menjauh dari Ezra, tapi semua niatnya hanya bisa diucapkan dalam batin, tidak bisa terlaksana lantaran tubuhnya menjadi terasa kaku.

Apa yang sedang pria itu pikirkan? Perasaan Sayna mulai tidak enak saat mata Ezra bergerak. Mata laki-laki berhidung mancung itu lekat melihat wajahnya, detailnya diperhatikan satu-satu. Mulai dari mata dan sekitarnya, lalu turun ke hidung dan berakhir di bibir. Tatapan Ezra semakin intens melihat bibir Sayna yang segar dan berwarna merah muda alami.

Glek! Sayna meneguk ludah, sudah merasa cemas. Jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi! Tidak mungkin Ezra menginginkannya, kan?

"E ... Ez?"

Tatapan mata Ezra semakin memikat. Tangannya terangkat menuju wajah Sayna, membuat debar jantung sang empunya langsung menggila.

Bisikan halus langsung menelisik ke dalam telinga Sayna, "Jika saya mengajak kamu melakukannya, apa kamu siap?"

Mata Sayna membuka lebar, ujung jari tangan Ezra menyentuh sisi wajahnya. Dia jadi ketakutan sekarang.

Apa yang Ezra maksud dengan 'melakukannya'? Dan kenapa pria itu bertanya apakah dia siap atau tidak?

Shit! Sayna terkejut sendiri saat otaknya menangkap apa yang dimaksudkan.

Apa Ezra mengajaknya bercinta ... lagi?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel