Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Cemburu

"Dia pelanggan tetap sekaligus temen SMA ku." Jawab Alif santai.

"Oh. Mesra banget kayaknya ya." Ya ampun kenapa aku ngomong kayak gitu. Bodoh, bodoh.

Alif langsung ketawa. Tuh kan. "Kamu cemburu?."

Aku memalingkan wajah ke jendela. "Enggak. Siapa bilang?." Tanpa sadar aku menggigit bibirku.

"Gengsi banget sih. Gak apa-apa kali kalau cemburu juga. Dia itu Chintya, pelanggan tetep aku. Selalu pesen tiap sore." Alif malah mencolek daguku. Ih nyebelin banget ya si Alif.

"Ehem... kayaknya naksir kamu deh." Ucapku agak susah.

"Enggak ah."

Aku mengangkat bahu dengan acuh. "Liat aja nanti." Alif malah ketawa makin kenceng. Ya ampun puas banget kayaknya.

"Gak akan. Dia cuman suka sama masakan cafe ku aja. Makanya tiap sore pesen karena kebetulan juga satu kantor." Jelas Alif.

Teman satu kantor?. Berarti Niken kenal. Oke aku harus tanya dia nanti. Aku yakin cewek yang namanya Chyntia itu cewek cari perhatian. Mirip Hani. Dia juga kan tukang cari perhatian. Dan biasanya cewek caper itu naksir sama cowo yang dia caperin. Cowok aja kadang gak peka atau pura-pura gak mau tau.

"Eh nonton mau gak?. Kayaknya kita jarang nonton deh. Biar balik lagi mood kamu yang terjun bebas karena istri Pak Ari tadi."

"Boleh." Jawabku agak jutek. Susah banget ya kalau cewek buat ngelupain hal yang bikin dia kesel. Pasti terngiang-ngiang terus di otak. Moodnya juga susah balik lagi. Beda banget sama cowok.

"Jangan marah lagi tapi ya. Jelek kalau marah." Rayu Alif.

"Biarin." Jawabku asal. Tapi dasar memang bukan Alif namanya kalau gak bikin kesel. Dia malah keliatan seneng dan puas banget. Ketawanya aja membahana ke seantero mobilnya.

Nyebelin.

**

Sudah ada pop corn ukuran besar di tanganku dan dua tiket di tangan Alif. Kami memutuskan menonton film bergenre komedi romantis. "Lif, boleh pegang bentar gak?. Aku mau ke kamar mandi dulu. Mau touch up."

"Iya boleh. Aku tunggu di sini ya. Jangan lama-lama."

"Kalau lama?." Tanyaku iseng sambil menyerahkan pop corn dan mencomotnya sedikit.

"Aku ajak mbak-mbak yang lain buat nonton bareng aku." Goda Alif . Aku cubit langsung otot tangannya pake kuku-kuku tajam ku ini. "Ampun. Masa iya aku kayak gitu. Aku kan cintanya sama kamu." Bisiknya.

"Gombal. Dah ah nanti keburu maen lagi filmnya." Aku langsung pergi ke arah toilet. Pas sekali aku akan masuk ke toilet perempuan, ada satu sosok keluar dari toilet laki-laki.

"Nad."

"Opik." Oh My God. Kenapa harus ada skenario ketemu Opik disini sih?. Pas lagi sama Alif pula.

Opik langsung mendekat dan memegang tanganku untuk dibawa ke pojokkan. "Kemana aja sih lo Nad?. Katanya janji gak akan jauhin gue."

"Ehm.. gue baru keterima kerja Pik. Jadi sibuk."

Opik tertawa. "Tapi bisa nonton?."

Double shit. Kenapa sih aku hari ini?. "Iya kan rehat sesekali. Diajak paksa, jadi ya apa boleh buat." Jawabku setenang mungkin.

"Nad dengerin ya. Gue udah pasrah aja sebenernya kemarin pas lo ngejauh. Di pikiran gue, mungkin gue emang harus ikhlas buat lepasin lo. Tapi ternyata susah Nad. Gue kepikiran lo terus." Cerocos Opik dengan jujur di pinggir lalu lalang orang keluar masuk toilet. Banyak orang yang melihat kami. Mungkin dipikiran mereka kita ini sepasang kekasih yang lagi berantem di tempat umum. Alay.

"Terus lo sekarang nonton sendirian?."

Opik mengangguk. "Gue ngehibur diri aja." Ucapnya tidak melihat ke arah ku. "Bentar kok bibir lo kayak gitu?. Pipi lo juga." Opik langsung melihat sudut bibir dan pipiku.

"Gak apa-apa kali Pik. Ini gue jatoh."

"Boong banget sih lo Nad."

"Ehm.. lo beneran suka sama gue Pik?. Loe yakin?. Gak mau diliat dulu prospeknya dan sebagainya?." Aku mengalihkan pembicaraan. Males mesti cerita tentang sikap istri Pak Ari tadi di lobi kantor.

Opik mengusap wajahnya. "Aduh Nadila, Nadila. Lo pikir gue lagi bercanda?." Ucapnya geram. "Lo kira juga gue lagi mau bisnis?. Pake diliat prospeknya segala."

"Ya abisnya lo kan biasa aja sama gue. Udah gitu mantan lo semok montok semua. Mana gue juga udah punya pacar."

"Gue gak peduli lo mau punya pacar atau enggak. Janur kuning belum melengkung Nad."

"Tapi dia pacar gue." Alif datang dengan dua popcorn ditangannya. Gawat. "Kamu aku cariin kok lama di kamar mandi, taunya ditahan disini." Tangan Alif mengambil tanganku.

"Lif." Aduh aku gak enak. Udah kayak adegan drama-drama aja sih ini. Tapi please kenapa harus depan toilet?.

"Udah ayok. Mau mulai filmnya. Kenalin saya Alif, pacarnya Nadila." Alif mengulurkan tangannya. Opik menerima uluran tangan Alif dengan wajah tidak suka.

"Opik." Opik memperkenalkan diri tanpa embel-embel siapanya aku.

"Ya udah kita masuk dulu ya, filmnya udah mau mulai." Alif tersenyum puas dan menuntunku. Sementara aku tersenyum canggung pada Opik karena merasa tidak enak sambil mengucapkan maaf.

"Lif."

"Udah diem. Kamu mau ikut dia?." Tanyanya sengit.

"Bukan gitu. Aku belum ke kamar mandinya Lif." Cicitku pelan.

"Ya ampun Nad. Jadi kamu belum ke kamar mandinya?."

"Belum. Kan ditahan sama Opik tadi."

"Udah gak usah, kamu masih cantik ini. Kamu mau touch up aja kan?." Aku mengangguk lemah. Alif menuntunku lagi menuju teater dua. Dia langsung menyimpan popcorn besar itu di tengah-tengah kami. "Kita perlu ngobrol berdua nanti Nadila." Bisiknya yang membuat aku merinding. Pasti aku mau di interogasi. Ah aku gak bisa kabur kalau begini ceritanya.

Ketika film sudah berjalan sekitar lima menit, ada seseorang yang masuk dan DEG. Opik. Aku langsung menoleh ke arah Alif dengan horor. Dia belum menyadarinya sampei Opik berdiri didepan kursi kami kemudian menduduki kursinya. Wajah Alif terlihat masih tenang memang melihat film, tapi tidak dengan mulutnya yang memakan popcorn agak rakus. Kesal sepertinya. Pop corn besar yang ada ditengah-tengah kami sampai habis oleh Alif. Aku saja tidak kebagian. Orang cemburu memang menguras banyak tenaga dan butuh makan yang banyak untuk mengganti tenaga yang keluar.

"Udah yuk langsung pulang." Alif tidak sabaran di tengah banyak orang yang turun. Demi menghindari Opik. Aduh lucu banget ya orang cemburu.

Ketika aku menoleh ke belakang, Opik sedang duduk melihat ke arahku. Ah kenapa aku jadi ngerasa bersalah banget ya.

"Nad kita makan di apartemen ku aja ya." Ucap Alif begitu keluar dari bioskop.

Aku tertawa kecil. "Takut ketemu lagi sama Opik ya?." Tanyaku yang menggoda Alif. Tapi sepertinya aku salah udah menggoda Alif karena begitu mendengar aku bertanya seperti itu dia menoleh padaku dan memberikan tatapan laser. Nada bicaranya sih tenang dan kalem. Tapi percayalah itu terdengar lebih horor dari apapun.

"Kamu kan harus jelasin sesuatu sama aku sayang. Jadi kita harus ke apartemen."

"Iya sayang."

**

"Jadi..." Ucap Alif setelah memakan satu porsi mie dan bakso. Kedua tangannya bertumpu di dagu dengan dua mata elang yang menatapku. Alif udah mirip polisi yang lagi interogasi.

Aku membetulkan dulu letak posisi dudukku. "Oke. Jadi... Opik itu kemarin bilang suka sama aku."

"Terus kamu jawab apa?."

"Ya aku jawab bilang gak bisa bales perasaan dia, tapi dia bilang bakal nunggu."

Alif tidak langsung membalas ucapanku. Dia hanya mengambil minum air putih kemudian meminumnya dengan rakus. "Apa aku bilang?. Opik itu suka sama kamu."

"Resiko pacaran sama cewek cantik gitu Lif." Aku mencoba bercanda, tapi gagal. Alif malah menatapku dengan horor.

"Nadila, bisa gak sih kamu itu gak bikin aku ketar ketir?. Aku baru loh dibikin kayak gini sama cewek."

Aku mengangkat bahu cuek. "Bagus dong. Lagian ya mana bisa aku larang perasaan seseorang, sayang."

"Tapi kamu itu deket sama dia. Itu yang bikin aku ketar ketir."

"Oke, terus aku harus gimana?."

Alif mengambil kedua tanganku yang ada di atas meja kemudian menggenggamnya. "Kamu jangan deket-deket dulu ya sama Opik sampei perasaannya ilang."

Gak janji. Opik kan baik banget.

"Iya sayang."

"Good." Alif mengacak rambut ku dan mencium ku sekilas.

**

Pagi-pagi Niken sudah datang ke rumahku dengan mata sembap. Aku yang baru bangun tidur kaget sekali. "Kenapa Ken?."

"Gue ditolak sama Bayu Nad."

DEG

Suara tangisan Niken menggema ke seluruh kamarku. Aku langsung memeluknya dengan kedua tanganku. "Udah. Di dunia ini kan laki-laki gak cuma dia Ken."

Niken mengelap hidungnya yang berair dengan tissue yang ada disamping nakas tempat tidurku. "Masalahnya gue ditolak sama dia tuh gara-gara cewek yang dia suka dari jaman SMA, Nadila. Pas gue tanya siapa, eh dia gak bilang. Kan gue kesel banget Nad. Gue jadi gak tau saingan gue.”

DEG

Gimana kalau Niken sampei tau kalau cewek itu aku. Bisa marah dia sama aku. Oke hari ini aku mesti ngomong sama Bayu.

"Udah lah Ken cari cowok lain aja."

"Nad, gue udah suka sama si Bayu dari kita SMA."

Ya ampun cinta dari SMA itu berbahaya juga ya.

"Udah ah Ken. Lo jelek kalau mewek kayak gitu. Idung lo jadi gede. Mata lo sembap. Muka lo juga bengkak jadinya."

Niken melempar tissue padaku. "Nyebelin lo. Rese."

"Ih jijik banget sih Ken. Udah ah gue mau mandi."

**

Sesampainya di kantor aku langsung mengajak Bayu makan siang denganku nanti. Dan dia langsung menyetujuinya. Sekarang aku tinggal berpikir bagaimana caranya aku ngomong sama Bayu. Kan masa iya langsung, "kamu suka ya sama aku dari SMA sampei sekarang?." Enggak banget.

Iseng, sambil berpikir aku lihat-lihat instagram. Eh ada Alif baru upload foto. Dia lagi promosi cafe. Dan tiba-tiba mataku fokus pada satu komentar dari yang bernama chyntias.

Chyntias : Lif sore ini makanannya dianter ke apartemen ku ya. Aku lagi sakit. Sekalian sama kerjaan aja kamu anterin.

What?. Ini orang lagi caper atau gimana sih. Ya terus kalau dia lagi sakit Alif harus ngurus dia gitu?. Kerjaan?. Alibi.

"Selamat pagi Nad. Serius banget maen ig nya." Ya ampun aku kaget banget. Pak Bagas tiba-tiba ada didepan mejaku. Aku langsung menyimpan handphoneku dan berdiri.

"Eh bapak. Selamat pagi. Oh ya pak saya udah simpen dokumen yang perlu bapak tanda tangani buat hari ini di meja. Kopi sama roti bapak juga udah siap." Pak Bagas itu senang kalau setiap pagi dokumen yang harus ditanda tangani tersusun rapi di meja. Kopi dari salah satu kedai kopi yang dekat kantor dan roti juga harus sudah siap untuk sarapannya. Ya maklum Pak Bagas kan bujang, jadi mungkin gak pernah sarapan di rumah.

"Good job. Kamu ke ruangan saya dulu sebentar ya, saya mau kamu siapin sesuatu." Aku dengan patuh membuntuti Pak Bagas ke dalam ruangannya. Dan setelah sekitar lima menit menerima instruksi Pak Bagas aku keluar dari ruangan Pak Bagas dengan satu berkas di tangan.

Ah Alif. Aku langsung duduk dan kepo melihat instagram Alif lagi. Aku penasaran dengan jawaban Alif. Dan ternyata Alif sudah balas.

Alifd : Oke nanti aku ke apartemen kamu.

What?. Jadi Alif mau ke apartemen cewek yang bernama Chyntia itu?. Tunggu tunggu, kok Alif gak minta shareloc?. Apa dia udah sering ke apartemen Chyntia?. Mendadak perasaanku kesal dan gerah sekali.

Dia seenaknya minta aku jauhin Opik, dia sendiri malah datang ke apartemen perempuan. Aku aja gak pernah dateng ke apartemen laki-laki lain. Alif liat aja. Aku langsung mengeluarkan handphone dan mengetikkan sesuatu.

To : Alif

Lif sore ini jemput aku ya.

Kita ke toko buku.

Aku pengen beli novel.

Aku menunggu cemas. Handphoneku bunyi. Ah akhirnya.

From : Alif

Maaf aku gak bisa anterin kamu sayang.

Aku ada janji sama orang.

Tapi aku janji besok aku anter kamu ke toko buku.

Melihat balasan Alif, aku jadi ingin tertawa.

To : Alif

Janji sama siapa?.

Gak usah.

From : Alif

Sama temen kantor

Jangan pergi sama Opik ya.

Bodo, jawabku dalam hati kemudian aku mematikan handphone. Aku merasa sangat kesal.

**

Bayu sudah ada didepan kubikel ku, tapi sebenarnya aku masih bingung harus ngomong apa dengan Bayu. Ya udah mengalir aja lah, putusku.

"Yuk Nad."

"Yuk." Selama perjalanan dari kubikelku sampai ke kantin aku merasa kurang fokus. Aku jadi terus memikirkan Alif.

Ah rese, dia udah ngeganggu fokus ku hari ini. Umpatku dalam hati.

"Bay." Panggilku untuk memulai pembicaraannya ketika kami sudah memesan makanan.

"Apa Nad?. Kayaknya lo mau ngomong serius. Ngomong aja kali Nad, jangan sungkan." Bayu menatapku fokus.

"Gimana ya gue bilangnya Bay. Ehm... lo nolak Niken?." Tanyaku hati-hati. Bayu ini orangnya sopan dan agak kaku jadi susah buat aku bisa ngomong ceplos ceplos seperti

biasanya.

"Iya Nad."

"Ehm maaf ya, gue denger alasannya lo nolak Niken itu gara-gara lo masih suka sama temen SMA. Dan gue denger dari yang lain kalau temen SMA yang lo suka itu gue. Bener Bay?." Tanyaku hati-hati.

Bayu terlihat sangat terkejut. "Tau dari siapa Nad kalau yang gue suka itu lo?."

"Ehm.. Pak Bagas."

"Dasar si Bagas. Gue kira dia kemarin bercanda waktu bilang dia udah bilang sama lo." Bayu menghela nafasnya terlebih dulu. "Oke udah terlanjur basah. Gue bakal bilang. Iya bener apa yang dibilang sama Bagas. Gue udah suka sama lo dari SMA Nad, tapi gue terlalu cemen buat bilang sama lo.”

"Tapi lo gak sengaja deketin Niken buat...."

"Enggak kok Nad tenang aja. Sama Niken itu awalnya memang cuman buat temenan, tapi ternyata dia nganggepnya lebih."

"Dia itu suka sama lo dari SMA."

Bayu mengangguk lalu tidak lama kemudian makanan pesanan kita datang. "Gue gak bisa maksain perasaan gue Nad. Niken terlalu agresif buat gue."

Ya ampun kamu suka sama aku, Bay. Kamu gak tau apa kalau aku juga sebelas, dua belas sama Niken.

"Bay, tapi gue juga gitu."

"Tapi kalau sama lo, gue nya suka Nad." Terang-terangan Bayu langsung bilang seperti itu.

"Bay, tapi gue udah punya pacar. Lo yakin gak mau pikirin Niken?. Dia banyak yang deketin, tapi lebih milih lo. Di bener-bener suka sama lo. Lo sebaiknya pikirin dan coba jalin hubungan sama Niken. Maaf ya Bay, bukan gue sok dikte lo atau gimana." Ucapku panjang lebar. Bayu tidak menjawab. Dia hanya diam sambil terus memakan makanannya dengan lahap. Ah salah ngomong nih kayaknya.

"Gue gak tau Nad." Cuman itu akhirnya jawaban Bayu sebelum kembali ke kubikel kita masing-masing dengan dia yang tetap diam seribu bahasa. Aku jadi merasa bersalah. Dipikir-pikir aku terkesan memaksakan kehendak ku. Tidak memikirkan perasaannya.

**

Sepulang kantor aku ikut Adel dan Gina buat makan-makan di salah satu cafe. Kebetulan ini awal bulan. Jadi pengen makan enak-enak saja. Ya selain itu aku ngikut, pengen kenal lebih jauh sama mereka berdua, plus aku lagi males mikirin Alif. Dia pasti lagi enak-enakan di apartemen Chyntia.

"Nad mau pesen apa?." Tanya Gina, salah satu staf yang satu bagian dengan Bayu.

"Apa aja ngikut yang lain." Jawabku lemas. Sebenarnya aku gak berselera makan. Kesel sama Alif.

"Oke. Lemes banget Nad." Balas Gina sambil mencatat pesanan.

"Lagi galau Gin." Timpal Adel. Nyebelin dasar. Mirip Niken sikapnya. Ember.

"Eh Nad, pacar lo itu yang ada di foto yang lo upload beberapa hari lalu itu ya?." Tanya Gina Miss kepo. Aku memang memasukkan foto bertujuh dengan in the geng Alif waktu di cafe.

"Kepo." Aku memeletkan lidah. "Iya. Yang disebelah gue, pake kemeja lengan pendek warna abu."

"Wait. Gue lupa yang mana, bentar." Gina langsung membuka instagramnya. "Wah cakep Nad pacar lo."

"Iya. Pacarnya si Nadila emang cakep. Real nya sih lebih cakep dari foto Gin. Gue pernah papasan waktu Nadila dijemput." Timpal Adel.

"Kenalin kali Nad sama temennya. Ini ada yang ganteng." Gina menunjuk seseorang yang ada dalam foto tadi.

Aku meliriknya sekilas kemudian bilang, "jangan yang itu. Buaya." Beno, si Playboy cap kadal.

"Ya udah deh yang ini." Tunjuk Gina ke foto laki-laki yang ada disebelah Hani.

"Apalagi itu. Gue jamin 100% lo bakal dibikin patah hati." Ucapku lagi dengan yakin sambil menerima pesanan jus alpukat.

"Kok lo yakin banget?."

Aku tertawa. "Ya dia mantan gue."

"What?. Lo ketemuan sama pacar lo sama mantan lo juga?." Tanya Adel kaget.

"Iya." Aku menjawab dengan cuek.

"Kenapa lo putus sama dia Nad?." Gina kepo.

"Dia suka sama istri orang." Jawabku cuek lagi sambil meminum jus.

Adel dan Gina langsung geleng-geleng kepala. "Gila petualangan cinta lo Nad. Tapi ya wajar sih mereka cakep-cakep gitu."

"Eh jangan bandingin si Bima sama pacar gue ya. Mantan gue gak ada apa-apanya dibanding pacar gue. Kalau si Bima itu cakepnya biasa aja, kalau Alif cakepnya pake banget." Ucapku berapi-api. Adel sama Gina malah tertawa kencang. Eh ngapain aku bela Alif?. Aku kan lagi kesel sama dia.

**

Sesampainya dirumah aku langsung mandi dan tiduran. Handphone baru aku nyalakan lagi. Ada banyak notif masuk. Dari grup. Dari Alif cuman ada satu missed call. Shit. Aku langsung matiin lagi aja handphonenya. Mending tidur daripada mikirin Alif yang lagi asyik-asyik gak tau ngapain di apartemen cewek.

Alif baru muncul di rumahku keesokan paginya. Aku tidak menghiraukan dia. "Nadila." Panggilnya setelah di mobil, tapi aku gak jawab.

"Nad. Maaf aku gak bisa temenin kamu ke toko buku." Lanjutnya lagi, tapi aku masih diam aja. "Nad jangan marah dong. Kok kamu marah sampei gini banget sih?. Aku janji hari ini nganterin kamu. Kamu belum pergi sama si Opik itu kan?."

Aku menoleh tenang. "Betah di apartemen Chyntia?."

Wajah Alif langsung diam tegang.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel