Bab 2
Arra dan Jero memasuki mobil milik Jero yang telah terparkir di Lobby perusahaan. karena Arra tak mengerti ia harus apa, ia memilih duduk di kursi belakang.
karena dalam kondisi yang masih kesal, Jero yang melihat perempuan yang menjadi sekretaris papanya duduk di belakang pun kembali kesal.
"pindah ke depan, siapa yang menyuruhmu duduk di belakang. saya bukan supirmu" kata Jero tegas dan sedikit sinis.
mendengar itu, Arra segera pindah duduk ke depan, karena ia tak ingin memperpanjang perdebatan dengan lelaki yang sepertinya sedang dalam kondisi suasana hati yang tak baik.
kembali duduk di kursi mobil dalam suasana dingin sunyi dan senyap. Arra tak mau terlibat obrolan lebih jauh lagi dengan Jero demi menjaga kewarasannya.
di perjalanan ini yang Arra rasa sangat lama dan lambat, entah karena ia sedang berurusan dengan Jero atau memang perjalanan ini yang jauh dari perusahaannya.
kini Arra telah sampai di rumah yang tak kalah megah dari rumah utama Hollands. Jero yang sejak tadi diam, kini memandang Arra dengan pandangan kesal. Jero memasuki rumahnya dengan suasana hati yang tak begitu baik.
Arra mengikuti langkah kaki Jero yang panjang. saat Arra fokus untuk mengerjar Jero, tiba-tiba Jero mendadak menghentikan langkahnya. Arra yang tak sempat untuk menghentikan langkahnya justru menubruk punggung tegap milik Jero. karena tak siap, Arra terjungkal ke belakang.
pantat mulusnya mencium lantai marmer yang cukup dingin. Arra meringis merasakan pantatnya yang sakit. ia berdiri sendiri dan menepuk pantatnya beberapa kali.
Jero yang melihat itu, menoleh ke belakang, ia menatap Arra dengan pandangan bertanya. tanpa mau bertanya lebih lanjut, Jero segera memberi tahu dimana tempat Arra untuk ditempati malam ini.
"tempati kamar lantai dua pintu dekat rak buku" kata Jero membuat Arra tak membantah, ia langsung naik ke atas, rasanya badannya sudah sangat lelah sekakli, ia merasa butuh berendam dengan tenang.
tanpa menunggu lama, Arra segera melucuti pakaiannya dan mulai berendam. kamar ini lebih mewah dari pada kamar di apartemen milik Arra sendiri. Arra merasa bersyukur tapi ia juga merasa kesal karena permintaan Nyonya Nety untuk menggoda Jero atasannya.
"emang badan gue kurang menggiurkan kok sampe Pak Jero nolak, kalo beneran gay kasian deh keluarganya" kata Arra sambil meraba tubuhnya.
Arra merasa tubuhnya sudah cukup menggiurkan tapi mengapa atasan barunya sama sekali tak tergoda dengan tubuhnya. padahal dirinya sudah beberapa kali seperti memancing, apalagi dengan setelan kerjanya hari ini.
di dalam bathup, Arra terus saja melamunkan hal-hal yang mengganggu pikirannya.
setelah cukup berendam, kini Arra akan mengenakan pakaiannya, namun ia lupa satu hal bahwa ia sama sekali tidak membawa satu bajupun kecuali gaun tidur dan baju kantor untuk besok.
memang Arra tak ada niatan untuk meninggalkan apartement miliknya, apalagi sampai menginap tanpa membawa satu pakaian selain pakaian yang melekat pada tubuhnya.
masalahnya kini ia sama sekali tak membawa dalaman satu pasang pun. dalaman yang tadi ia gunakan, sudah basah karena ia buat berendam. kini Arra sibuk membuka belanjaan gaun tidurnya, ia memilih baju yang sudah ada underwarenya. namun naas, semua gaun tidur tersebut memang dilengkapi dalaman, tapi dalaman yang seksi. Dalaman berbentuk V terbuka yang membuat lubang vagina Arra terpapar udara malam.
Arra merasa sangat lapar, namun ia masih memiliki akal, meski di suruh untuk menggoda namun ia tidak akan menjalankan rencana itu sekarang. Arra menunggu hingga setengah larut untuk keluar makan.
Setelah jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Arra rasa kalau Jero sudah kembali ke kamar, dan dengan ragu Arra keluar mengendap untuk menuju dapur di lantai satu. dengan langkah yang cukup pelan, Arra turun ke lantai bawah.
perasaan Arra cukup was-was untuk menuju dapur, bukan karena takut di kira maling, melainkan takut untuk bertemu Jero dengan kondisinya seperti hampir bugil ini.
Suasana dapur tampak gelap, namun ia sudah di bekali informasi dari Nyonya Nety kalau bahan dapur sudah tertata rapi di dalam kulkas yang berada disamping kompor. dengan ketelitiannya, Arra membuka beberapa kabinet dengan pelan-pelan untuk mencari peralatan yang ia butuhkan.
Dapur milik Jero ini memiliki 2 kulkas, satu kulkas bahan dapur dan satu lagi kulkas berisi makanan dan minuman ringan. Arra melihat beberapa camilan yang terpampang di kulkas.
setelah menemukan mie instan untuk ia makan, Arra mengambil bungkus itu dan mulai memasaknya. Arra hanya membuat mie instan saja karena ia sudah malas untuk memasak yang macam-macam. Terlebih waktu sudah hampir menuju tengah malam dan ia butuh makanan yang cepat pengolahannya.
Saat sedang menunggu mie instannya masak, Arra merasa ada hembusan nafas di sekitar tengkuknya. Saat akan menoleh ia begitu kaget mendapati wajah atasannya berada tak jauh dari dirinya.
Jero berdiri di belakang Arra dengan tubuhnya yang tanpa atasan alias shirtless. Arra yang melihat itu kaget setengah mati. apalagi posisi keduanya yang sangat intim menurut Arra.
"Memancingku nona?" Tanya Jero dengan suara rendah sambil meghebuskan nafasnya di ceruk leher Arra.
Melihat itu, Arra pun ingat apa tujuannya hadir di rumah ini. Ia segera mengalungkan tangannya pada leher Jero dan menjilat bibirnya. Entah keberanian dari mana, Arra memagut bibir tebal atasannya ini.
bibir kenyal Arra mulai bermain pada bibir tebal Jero. laki-laki di depan Arra ini membuat Arra terbuai sesaat.
"Emhh,,," lenguh Arra di sela ciuman mereka.
tangan Arra seakan ingin mendorong Jero agar menajauhi tubuhnya untuk menghentikan aksi ciuman mereka. namun karena tenaga Arra yang tak sebanding apalagi ia belum mengisi tenaga, ia pun kalah akan tenaga Jero.
Arra pikir, Jero tak pandai soal ciuman karena sedari tadi Jero pasif. Seolah merasa tertantang, Arra pun semakin dalam, tangannya bahkan sesekali meremas rambut Jero untuk memperdalam ciuman mereka. tak hanya itu, kini Arra mulai meraba bagian bawah Jero.
merasa hawa mulai naik, Arra semakin tersenyum karena merasakan bagian bawah Jero sudah bereaksi.
"Anda Normal?" tanya Arra dengan alis diangkat satu, seolah butuh validasi dari Jero
"menurutmu? mau di buktikan?" tantang Jero. kini suara Jero berubah menjadi serak-serak basah, bagai seorang yang sedang menahan sesuatu.
tanpa banyak pemanasan, Arra segera melucuti semua pakaian yanag tersisa pada tubuh Jero. tak lupa gadis cantik ini mematikan mesin kompor agar mie yang ia masak tak mengganggu aktivitasnya.
persetan dengan rasa lapar, kini nafsu Arra melebihi segalanya apalagi di depannya sudah ada lelaki yang nyaris sempurna walaupun dikabarkan memiliki kelaianan seperti rumor yang beredar di lingkungan kantor.
"aaahhhh" desahan Arra keluar tak kala, tangan Jero mulai bermain dengan tubuhnya.
Jero mendudukan Arra di atas pantry, lelaki tersebut menunduk tepat berada di tengah inti Arra. Jero mulai memainkan inti Arra, karena pakaian Arra yang sangat mudah untuk di lepas, lelaki ini mulai melucuti pakaian Arra namun tak sampai lepas.
"wanna play?" tanya Jero dengan nada mengejek
entah Arra sudah tak berpirkir jernih lagi, permainan tangan Jero di bawah sana sungguh memabukkan tubuhnya seolah tak ingin Jero untuk berhenti.
"yes, Mr. Hollands" jawab Arra dengan nada memohon.
tanpa banyak bicara, Jero mulai menggendong Arra menuju kamarnya. pergulatan keduanya berlangsung sangat lama, hingga Arra terkulai lemas tak berdaya di bawah kungkungan Jero.
