
Ringkasan
Menjadi seorang Sekretaris adalah cita-cita perempuan bernama Arrabela Admadja. Namun apa yang menjadi jobdesknya ini sangat diluar pikirannya selama ini. Perusahaan yang digadang-gadang menjadi perusahaan terbesar ketiga di Indonesia ini memang menjanjikan sekali fasilitas bahkan gaji yang di tawarkan. Namun apakah Anindhita mampu menjalankan jobdesk yang tiba-tiba diberikan oleh atasannya?
Bab 1
Bekerja menjadi sekretaris di Hollands Group adalah cita-cita hampir seluruh gadis yang baru saja lulus kuliah. Namun siapa sangka, Arrabella Atmadja lah yang menjadi wanita beruntung tersebut.
Tak sia-sia ia berkuliah hingga ke London dan pulang-pulang ia langsung di terima menjadi sekretaris Hollands Group. Hal ini juga pengaruh dari nama marga yang ia sandang. Meskipun Atmadja bukanlah orang yang terkenal dalam dunia ekonomi, tapi marganya ini berpengaruh sekali dalam dunia politik, karena paman dari Arrabela adalah seorang Gubernur di Jawa Timur, tepat dimana Perusahaan Hollands Group ini berdiri.
Sudah 2 tahun ini Arrabela bekerja menjadi seorang sekretaris, kini ia bekerja sangat santai karena Erick Hollands merupakan orang yang bijak dan tidak terlalu merepotkan, begitu pula istrinya, Nety Hollands yang nampak begitu anggun meski usianya memasuki kepala lima. Namun hal tersebut tak berlangsung lama, karena mulai bulan kemarin, Hollands Group Resmi di pimpin oleh AJero Jeff Hollands yang merupakan anak semata wayang dari pasangan Erick dan Nety.
Arra pikir anak dari Erick lebih bijak, namun Arra salah. Terhitung sejak minggu pertama Arra menjadi sekretarisnya, ia sudah dibuat kalang kabut dengan semua perintahnya.
Bahkan rumor jika Pak Jero adalah diktaktor pun sudah menyebar ke penjuru perusahaan. Seperti saat ini, Arra tengah berdiri dihadapan bosnya.
Arra siap mendengarkan cacian yang akan dikeluarkan oleh Jero kali ini.
"Saya sudah bilang, reservasi resto itu yang mahal sekalian. Saya malu hari ini pada tamu saya saat menjamu mereka di gubuk reyot seperti tadi. Jika kamu tidak tau resto mahal, hubungi Mama saya dan tanyakan" ucap Jero emosi.
Lagi dan lagi, hanya masalah sepele saja membuat Arra menghela napas.
"Satu lagi, kalo lagi nemenin saya ketemu klien, gunakan pakaian yang tertutup. Tidak punyakan pakaian sopan, bra mu saja menjeplak" pedas sekali namun Arra tak ambil pusing. Ia menatap pakaiannya, well ini pakaian yang cocok untuk bertemu klien bahkan dulu ia bersama pak Erick tak mempermasalahkan soal pakaian.
Arra pikir sepertinya rumor terkait bahwa Jero suka sesama jenis adalah nyata. Meskipun Arra akui pakaiannya terbuka, namun Jero sama sekali tak tertarik bahkan seakan-akan risih.
Memang rumor mengenai Jero yang suka sesama jenis juga menyebar karena di umur 29 tahun ini, sosok sempurna AJero tidak pernah melakukan kencan dengan perempuan dan beberapa kali Jero kepergok keluar dari hotel bersama seorang lelaki, hal tersebut yang memicu tersebarnya rumor tersebut.
Daripada ia tambah pusing, Arra lebih memilih undur diri dan kembali ke mejanya yang berapa tepat di depan ruangan Jero.
Arra segera menghubungi Nety mengikuti saran dari Jero. Dan sepertinya keberuntungan sedang berpihak padanya, Nyonya Nety terlihat baru saja keluar dari lift dan berjalan kearah Arra.
"Hai Arra, gimana pendapatmu Jero jadi pemimpin?" Tanya Nyonya Nety, memang Nety sudah akrab dengan Arra sebab beberapa kali Nety memimta Arra untuk membantu dalam perayaan acara keluarga.
"Saya tiap hari kena semprot Nyonya, semua di mata Pak Jero salah" jawab Arra berbisik sambil melirik pintu ruangan Jero.
"Maklum, anaknya teliti. Oh iya Arra ada yang mau saya sampaikan. Udah waktu istirahat kan?" Tanya Nyonya Nety kepada Arra
"Harusnya udah, sebentar saya izin Pak Jero dulu" kata Arra sambil membereskan barang, namun dicegat oleh Nyonya Nety.
"Saya aja yang izinin kamu ke Jero" kata Nyony Nety kemudia mendorong pintu ruangan anaknya.
Tak sampai 3 menit, Nyonya Nety Keluar dengan senyum cerahnya.
"Saya udah bilang Jero kalau pinjem kamu 3 jam kedepan" kata Nyonya Nety yang dibalas anggukan oleh Arra.
Arra dan Nyonya Nety pun pergi ke restoran yang tak jauh dari perusahaan. Mereka memilih tempat yang sedikit privat untuk makan siang kali ini.
"Jadi apa yang ingin kamu sampaikan Arra?" Tanya Nyonya Nety saat mereka telah selesai makan.
"Ehm, saya butuh list resto yang cocok digunakan meeting Nyonya" kata Arra
"Loh bukannya biasanya ada ya, kan dulu sama suami saya juga udah ada listnya" heran Nyonya Nety.
"Masalahnya list resto meeting Pak Erick berbeda dengan Pak Jero Nyonya. Saya kena semprot gara-gara resto yang bikin Pak Jero malu" ucap Arra jujur
"Memang anak itu tidak berubah" ucap Nyonya Nety.
"Apakah ada rumor terkait Jero di kantor?" Tanya Nyonya Nety lagi.
"Sejauh ini hanya terkait pak Jero yang diktaktor dan.......gay" pada akhir kalimatnya, Arra sedikit merendahkan suaranya.
"Benar dugaan saya, jujur Arra saya sempat curiga dengan anak saya sendiri karena sejak ia tinggal di Inggris, sampai saat ini ia tak pernah terlihat pergi berkencan. Parahnya ia sering kali bertemu lelaki bernama Miguel di sebuah hotel. Arra apakah kamu bisa membantu saya?" Pernyataan disertai permintaan dari Nyonya Nety ini membuat Arra sedikit ragu untuk mengagggukan kepala.
"Arra bisa bantu apa Nyonya?" Tanya Arra.
"Begini Arra, tolong goda Jero dan buktikan kalau dia memang benar lurus tidak menyimpang, tinggalah di rumah Jero" permintaan Nyonya Nety kali ini cukup sulit.
Menggoda Pak Jero merupakan hal mustahil, belum ada satu hari ia dikatakan baju yang kurang bahana, bra nyeplak, dan kini ia harus menggoda Jero. Sungguh lucu sekali ini.
"Saya tidak bisa Nyonya" kata Arra membuat Nyonya Nety menangis. Hal tersebut membuat Arra kelabakan sendiri.
"Baiklah Nyonya saya akan mencoba mencari tahu dan mengembalikan ke jalan benar" kata Arra membuat Nyonya Nety langsung tersenyum cerah.
"Baiklah, mari kita mulai dengan membeli baju untuk pakaian kantormu yang baru dan beberapa gaun untuk kamu di rumah Jero" entah kenapa Nyonya Nety sangat terlihat bersemangat, berbeda dengan Arra yang hanya bisa pasrah menerima ini.
Arra dan Nyonya Nety ternyata kembali ke perusahaan saat jam kantor akan usai, sebelum kembali Nyonya Nety memasuki ruangan Jero dan Arra dilarang pulang terlebih dahulu oleh Nyonya Nety.
di ruangan yang cukup sunyi ini tinggalah mereka berdua, Arra hanya menunggu di depan ruangan kaca yang menembus pandang. Arra yang mengerti posisi pun hanya diam saja mengamati interaksi antara keluarga Hollands ini dari luar.
Entah mereka berdebat apa, tapi yang jelas saat keluar dari ruangan tersebut Nyonya Nety tampak dengan senyum cerahnya dan berbeda dengan Pak Jero yang menampilkan wajah kesalnya.
kedua Orang tua dan Anak ini menampilkan ekspresi yang berbeda. Arra yang melihatnya hanya bisa diam karena masih menghormati privasi keluarga Hollands.
"Arra, kamu balik bareng Jero" kata Nyonya Nety yang membuat Arra hanya mengangguk pasrah dan mulai mengikuti Jero dibelakangnya.
