Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Permintaan Gila

"Whaattt! Kamu gila?! Itu asrama pria Jo! Jangan ngaco kamu! Segitunya kamu mau balas penolakanku!" Gerutunya dalam untaian kata pesan yang dia kirim untuk Jordy.

"Makanya! Terus kenapa kamu nolak aku di depan kelas? Pasti sengaja kan! Ajeng-Ajeng, ternyata kamu itu pinter banget ya mainkan peran? Coba saja sekalian jadi artis!" Ujar Jordy dengan wajah geram pada balasan yang dia kirimkan untuk Ajeng.

Setelah balasan terakhirnya, Ajeng tidak lagi membalas pesan darinya. Namun beberapa jam kemudian pintu kamarnya diketuk dari luar. Jordy dengan langkah malas membuka pintu kamarnya. Pikirnya ketukan pintu tersebut dari sosok Dika.

Jordy terbelalak kaget ketika melihat siapa yang datang sekarang. Ajeng mengenakan pakaian pria, juga memakai atribut persis seorang pria. Sangat sulit percaya, ternyata Ajeng benar-benar datang ke asramanya! Bahkan menyamar sebagai pria dia jalani karena takut Jordy menyapa keluarganya di Jepara.

Meski berasal dari kampung, gadis itu termasuk berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya menjadi seorang lurah di desa tempat dia tinggal.

Mana mungkin Ajeng mau mendapat masalah dengan Jordy, hanya karena hal yang dia anggap sepele hingga nama keluarganya sampai dibawa-bawa.

"Nih! Tas kamu!" Melemparkan tas milik Jordy ke arah Jordy.

Ajeng segera berbalik setelah menyerahkannya, dia mengira semuanya akan selesai dan berakhir di situ saja. Tas telah dia berikan dan sudah selesai.

"Tunggu!" tahan Jordy.

"Apa lagi?!" Wajah Ajeng terlihat geram. Wanita itu berkacak pinggang seraya menatap pria itu dengan raut wajah tidak senang.

"Masuk!" Perintah Jordy dengan nada tidak mau dibantah.

"Ma-masuk?" Tanya Ajeng dengan tatapan mata tidak percaya. Ajeng sangat gugup dan takut.

"Iya." Sahut Jordy seraya tersenyum mengejek. Jelas sekali pria itu ingin mengacaukan hari-harinya karena cintanya sudah ditolak olehnya.

Ragu-ragu gadis tersebut masuk ke dalam kamar Jordy. Seumur hidup baru kali ini dia masuk ke dalam kamar seorang pria. Apalagi Jordy adalah pria yang sangat dia benci.

"Kenapa? Takut? Di mana Ajeng yang kemarin bermanja-manja sambil manggil-manggil, Jojo ikut! Jojo mau kemana? Jojo aku bawain ya? Jojo ini bekal buat kamu! Jojo kok kamu enggak balas! Cuma pura-pura to?!" Jordy tersenyum, pria itu dengan santai melipat kedua tangannya.

"Oke! Baiklah! Aku minta maaf karena sudah menolak cinta kamu. Aku mohon jangan usik keluargaku di kampung." Ucap Ajeng dengan tatapan sungguh-sungguh.

"Gampang banget Jeng! Maaf, selesai? Kalau segalanya bisa selesai hanya dengan ucapan maaf, kantor polisi sepi dong?!" Ujar Jordy seraya melangkah memutari tubuh Ajeng.

Ajeng semakin geram, "Kamu pasti sudah lupa pernah mempermalukanku selama tiga tahun di masa SMA! Bahkan aku tidak mendapatkan ucapan maaf darimu, karena kamu putra dari seorang dewan! Dasar cowok sialan!" Keluh Ajeng dalam hati.

"Kenapa diam? Lupa mau ngomong apa?" Tanya Jordy seraya menatap wajah Ajeng lekat-lekat.

Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain, dia tidak mau menatap wajah pria yang sangat dia benci. Semakin lama semakin muak dan ingin mencabik wajah tampan di depannya tersebut. Niatnya ingin balas dendam untuk kejadian di masa lalu. Kini malah dia yang termakan jebakan Jordy padahal baru selangkah maju dengan cara menolak cintanya.

"Aku sudah kasih tasnya ke kamu. Memangnya kamu mau apa lagi?" Ajeng mulai cemas. Jordy tak kunjung memberikan kelonggaran padanya untuk bisa pergi dari dalam asrama itu.

"Katakan padaku apa alasanmu menolak ku?" Wajah Jordy mulai terlihat serius. Pria itu melangkah maju dan membuat Ajeng terpaksa melangkah mundur hingga tersudut bersandar di dinding. Jordy mengurung Ajeng menggunakan kedua lengannya, menatap Ajeng dengan sorot mata tajam mengintimidasi.

Ajeng gugup alang-kepalang, dia teringat dengan masa lalunya di mana dia pernah berada dalam situasi yang rumit seperti sekarang. Jarak antara wajah mereka berdua yang begitu dekat membuat Ajeng terpaksa bungkam.

"Kenapa tidak menjawab?!" Tanya Jordy lagi dengan nada serius. Wajah Ajeng memerah, gadis itu merasakan hembusan nafas Jordy sudah menyapa wajahnya. Pikiran Ajeng mendadak kusut, bibirnya tidak bisa bergerak. Bisa membuka mulut namun tak bisa mengeluarkan suara sama sekali. Sejenak gadis itu memejamkan matanya, demi mendapat satu jawaban yang masuk akal dan bisa diterima logika Jordy Wijaya!

"Aku sudah punya pacar!" Kata itu yang masuk akal dan berhasil dia ucapkan pada Jordy Wijaya hari itu. Spontan Jordy melepaskan kurungan kedua lengannya lalu mundur selangkah seraya melipat kedua tangannya. Tatapan mata pria itu masih sama, mengintimidasi Ajeng!

"Kapan?"

"Apanya yang kapan?" Tanya Ajeng padanya, dia belum bisa mencerna pertanyaan yang diajukan Jordy padanya. Rasa gugupnya belum bisa dia atasi.

"Kapan kamu punya pacar?"

Ajeng terdiam, dan kembali berpikir keras untuk mencari jawaban dari pertanyaan Jordy. Jangankan pacar, teman pria yang dia kenal saja sangat terbatas!

"Apakah aku harus menulis jadwalku padamu? Seperti jadwal kuliah dari hari Senin sampai Sabtu?" Ajeng mulai bisa mengendalikan dentum-dentum degup jantungnya. Mulai bisa mengatasi rasa gugupnya. Dia membalas tatapan mata Jordy sama tajamnya.

"Hah! Aku baru tahu ternyata Ajeng yang aku kenal satu semester sedingin dan secuek ini. Lalu apa alasan kamu mendekatiku?" Tanya Jordy lantaran Ajeng juga tak pernah sekalipun meminta hadiah atau uang padanya. Ajeng awalnya hanya menempel tanpa alasan yang jelas.

"Aku hanya butuh teman bicara." Sahutnya asal-asalan.

"Teman bicara?" Jordy menganga membuka mulutnya lebar-lebar. "Hah? Hahahaha!" Beberapa saat kemudian tawanya meledak. Kali ini dia merasa gadis itu sangat imut dan menarik. Lebih menarik dari sosok Ajeng yang dia kenal sebelumnya.

"Kamu pikir apa lagi? Jadi tidak ada alasan untuk menerima cintamu. Aku punya pacar juga tidak perlu melapor padamu." Ucap Ajeng lagi seraya bersiap keluar dari dalam ruangan tersebut.

"Tunggu! Brrakk!" Jordy menahan daun pintu kamarnya menggunakan lengan kanannya.

"Astaga!" Ajeng begitu terkejut sampai-sampai terlonjak mundur. "Apa lagi Mas Jordyyyy???!" Tanya Ajeng dengan wajah gemas. Dia merasa isi kepalanya mendadak porak-poranda berantakan dalam sekejap setiap berada di sekitar Jordy.

"Kamu yakin beneran nolak cintaku?" Jordy masih tidak percaya dengan kenyataan pahit yang harus dia terima hari ini.

"Beneran lah! Masa bercanda?!" Tandas Ajeng dengan nada yakin.

"Tapi sumpah, baru kali ini aku menyatakan perasaan dan ini pertama kalinya aku ditolak!" Ucap pemuda itu dengan wajah masih tidak percaya. "Rasanya kayak ulang tahun tapi kuenya yang manis itu tumpah pada wajahku. Kue yang seharusnya lumer di mulut, tapi malah hatiku yang lumer dan mencair kayak lilin!" Tambahnya lagi.

"Iya, muka kamu itu ngeselin! Pengen aku pites! Bakar pakai lilin!" Dumal Ajeng dalam gumaman.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel