Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Alasan

Bab 5 Alasan

Jika seseorang menangis, apakah ia memerlukan sebuah alasan? Tentu saja, bukan? Namun jika alasan yang ada tidak tepat untuk menjadi alasan saat kamu menangis, apa yang akan kamu lakukan? Apa tanpa sebuah alasan seseorang dapat menangis? Jika tidak, apa alasan yang paling sering digunakan seseorang saat menangis? Jawabannya adalah ‘hilangnya harapan’.

Karena gadis itu tidak tahan dengan drama yang terjadi di depan matanya, ia pun memutuskan untuk pergi menjauh. Ia kembali ke kelas. Duduk sejenak. Mencoba mencerna apa yang terjadi. Itu terjadi lima belas menit yang lalu.

Kelas baru saja usai. Seorang dosen keluar kelas lebih dulu dari mahasiswa lainnya. Seorang gadis yang sering memilih bangku di pojok kelas tampak sedang membereskan peralatan tulisnya. Karena terlalu fokus dengan peralatannya ia sampai tidak sadar bahwa sudah ada seseorang yang berdiri disampingnya. Ia baru sadar ketika laki-laki itu ikut membantunya.

“Apa kamu menggambar lagi ketika kelas berlangsung?” tanya laki-laki tadi. Gadis itu menoleh pada orang yang membantunya, dan terkejut sendiri. “Aaaa! Leo....! K-kamu te-terlalu dekat...,’ ucap gadis itu panik dengan mengalihkan pandangannya ke bawah.

“Oo sorry, Ke...,” laki-laki yang bernama Leo itu pun juga baru sadar dan langsung menjaga jarak. Suasana menjadi agak canggung, namun setelahnya mereka pun jadi tertawa bersama karena kejadian yang baru saja terjadi. “Apa orang berisik itu tidak bersama kita hari ini?” tanya Leo untuk menghidupkan suasana. Keke tertawa kecil ketika mendengar Leo memanggil Steve dengan panggilan yang demikian.

“Aku rasa sebentar lagi dia akan datang,” jelas Keke. “Ahh... aku harap dia tidak datang hari ini...,” ujar Leo dengan wajah lemasnya. Keke hanya tersenyum mendengar kalimat itu keluar dari mulut Leo, karena baginya itu menandakan hubungan mereka baik-baik saja. Tak lama kemudian, Keke pun selesai berberes dan mereka pun hendak pergi untuk melihat Steve.

Namun ada seorang gadis cantik yang menghalangi mereka untuk lewat. Ia mencari Leo. “Finally... I found you, Leo!,” ucap gadis itu dari depan pintu. Leo sangat terkejut dengan kehadiran gadis itu, namun ia bisa mengatur raut wajahnya agar tetap terlihat tenang. “Apa dia kenalanmu?” tanya Keke pada Leo.

Belum sempat Leo menjawab pertanyaan Keke, gadis itu dengan santainya langsung menarik lengan Leo tanpa peduli sedikit pun dengan keberadaan Keke. Gadis itu berbisik di telinga Leo, “Ikut lah denganku sebentar...,” ucapnya serius pada Leo. Leo yang tak ingin keributan terjadi apalagi di depan Keke memilih untuk menuruti permintaan gadis itu.

“Hmm... Keke! Aku pergi sebentar yaa, kamu pergi saja ke tempat Steve terlebih dahulu, aku akan menyusul...,” ucap Leo meyakinkan Keke. Keke yang termenung pun hanya menganggukkan perkataan Leo. Setelah itu Leo pun pergi dengan digandeng oleh gadis cantik itu. “Ap-apaan dengan gadis cantik sialan itu...?” umpat Keke karena kesal.

Dalam beberapa saat Keke bingung harus bagaimana. Apa dia harus ke tempat Steve atau menunggu Leo disini. Namun hati Keke masih bersikeras untuk menunggu Leo, karena itu Keke lebih memilih menunggu.

Padahal Keke baru menunggu selama dua menit, tapi baginya terasa seperti dua jam lamanya. “Apa yang mereka lakukan? Kenapa lama sekali?” perasaan penasaran sudah menghantui Keke saat ini. Karena Keke tak bisa mengalahkan rasa penasarannya, ia pun nekat untuk menyusul Leo.

Akhirnya Keke pergi juga dengan mengikuti jalan yang dilewati Leo tadi. “Kalau tidak salah mereka tadi belok ke arah ini kan?” gumam Keke pada dirinya sendiri. Ketika Keke hendak belok, ia mendengar suara seseorang yang sedang berbicara dengan orang yang satunya. “Itu seperti suara Leo!” gumam Keke yang memutuskan untuk berhenti dan sedikit mengintip.

“Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Angel?” ucap Leo pada gadis cantik dengan model rambut curly yang indah itu. Keke dapat mendengar dengan lumayan jelas karena suara mereka menggema ke seluruh lorong.

Gadis yang bernama Angel itu tersenyum dan mulai mendekat pada Leo. “Aku hanya menginginkan dirimu... Leo...,” ucap Angel dengan mendayu. Angel bahkan telah berhasil mendaratkan kedua lengannya di masing-masing bahu Leo. Leo sebenarnya merasa tidak nyaman berada dekat dengan seorang perempuan, persis seperti keadaannya saat ini.

Karena itu, Leo coba melepas dirinya dari sentuhan Angel. “I told you, that’s imposible, Right?” jawab Leo dengan menjatuhkan kedua lengan Angel. Angel merasa tidak suka. Karena itu ia melempar sebuah pertanyaan yang dapat menggoyahkan Leo.

“So, who is the girl? Apa dia kekasihmu? Apa karena dia kamu menolakku...? Oh yeah... apa dia sudah mengetahui siapa dirimu sebenarnya...?” ucap gadis itu dengan nada mengancam terutama untuk kalimat terakhirnya.

Ini lah yang sebenarnya Leo hindari. Ia tak ingin Keke mengetahui apalagi terlibat dengan hal yang menjijikkan ini. “Apa maksudmu...? Angel! Apa yang kamu rencanakan?” ujar Leo dengan sedikit menaiki nada bicaranyaa. Keke yang bersembunyi pun terkejut dengan sikap Leo yang satu ini. “Ooh... ternyata Leo juga bisa marah yaa...,” gumam Keke.

“Aku hanya ingin menunjukkan kenyataan padanya, setelah itu mari kita lihat, siapa yang masih bisa menerimamu setelah mengetahui identitas aslimu, apakah gadis itu atau aku!” ancam gadis itu lagi dengan perlahan meninggalkan Leo. “Aku tak ingin Keke mengetahuinya...,” gumam Leo lemah.

Leo langsung meraih tangan Angel dan membuat Angel berdiri di depannya. Leo menunduk dalam. Sambil Leo memegangi kedua bahu Angel ia berkata “A-aku mohon padamu Angel... jangan lakukan itu... sebagai gantinya kamu boleh meminta apapun dariku...,” ucap Leo pasrah. Angel tersenyum lebar. Ia merasa menang atas Leo.

“Benarkah...?,” tanya Angel antusias. Leo hanya bisa mengangguk. “Kalau begitu, hari ini aku ingin sekali sebuah ciuman darimu... Leo...,” pintanya dengan memelas. Spontan Leo ingin menolaknya namun Angel memberinya isyarat agar mau melakukannya, jika tak ingin rahasianya terbongkar.

Leo tak punya pilihan lain selain menurut. Leo akhirnya menyerah, dan membiarkan dirinya dikecup oleh seorang gadis yang sama sekali tak menarik baginya. Dan saat itu lah Keke menyaksikan kejadian yang biasanya muncul di film-film romantis. “Le-Leo....” Keke tak bisa berkata apa-apa. Ia langsung mengalihkan pandangannya dari sana. Ia tak suka melihat Leo seperti itu.

“Kenapa?,” tanyanya pada dirinya sendiri. “Kenapa aku merasa sakit ketika melihat Leo melakukan hal itu dengan orang lain?” tanyanya lagi karena ia tidak paham. Keke berusaha menahan air yang akan terjun dari matanya. Ia tidak bisa melihat ke lorong itu lagi. Ia ingin pergi dari sana secepatnya.

Tak disangka Steve datang disaat-saat seperti itu. Keke langsung menunduk. “Aaa ini dia Keke-ku, apa yang kamu lakukan di sini,” tanya Steve pada Keke. Karena Keke tak kunjung memberikan jawaban, Steve pun mencari tahu sendiri. “Se-sejak kapan Leo punya pacar?,” ucap Steve karena shock melihat adegan yang ada di hadapannya.

Dan ketika Steve menoleh ke arah Keke, ternyata orangnya sudah menghilang. Keke sudah berada di kelas. Ia hanya menenangkan dirinya sebentar dan setelah itu langsung pergi menuju apartemennya. Steve tidak menyusul Keke, karena ia tahu Keke hanya butuh waktu sendiri sekarang. Karena itu ia lebih memilih menunggu hingga Leo selesai dengan urusannya.

Baru saja Steve berpikir demikian, Leo langsung muncul dari belokan tersebut. Leo terkejut bukan main mengetahui Steve ada disana. Steve langsung melemparkan senyuman sinis pada Leo sambil berkata, “Good Job Gloomy face! Good job!,” ucap Steve sambil memukul-mukul bahu Leo.

“Y-you see it?” tanya Leo pada Steve. Dengan lantang Steve pun menjawab, “Yeah I see... aku juga melihatnya, dan itu membuatku kesal!,” jelas Steve yang kemudian berlalu pergi. Awalnya Leo tak paham dengan apa yang dikatakan Steve, namun setelah beberapa saat baru ia mengerti. “Ia bicara soal Keke... itu artinya Keke melihat semuanya...?” Seketika Leo langsung tancap gas agar bisa bertemu dengan gadis pilihan hatinya.

Dilain sisi, Steve berjalan pelan di dekat taman bermain. Ia memikirkan sesuatu. Padahal Steve adalah orang yang tidak terlalu suka berpikir. “Kenapa Keke sampai meneteskan air mata untuk orang seperti Leo? Apa jangan-jangan Keke....”

Keke yang sudah berada di apartemennya melepaskan seluruh emosinya pada bantal peluknya. Namun, ia teringat sesuatu. Kenapa ia harus menangis, pikir Keke. Perlahan ia bangkit dari duduknya dan pergi ke arah westafel untuk mencuci wajahnya. Setelah itu ia bertanya pada dirinya, “Kenapa ia menangis karena perbuatan Leo...? Apa alasannya...?” Keke berusaha mencari alasan yang tepat untuk menjadi alasannya menangis. Karena Keke tak menemukannya, ia pun berhenti menangis. “Ini hal yang sia-sia.”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel