Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11

Selamat membaca!!

***

Pagi-pagi sekali Sherlyta sudah rapi, di saat kedua sahabatnya baru saja bangun dari tidurnya. Kedua orang yang masih mengenakan piyama dengan wajah khas baru bangun itu menatap heran sahabatnya yang sudah rapi dengan blus merah dan celana jeans hitam, tidak lupa heels setinggi lima senti berwarna hitam yang menjadi andalannya, membuat Sherlyta yang memiliki tubuh tinggi dibandingkan kedua sahabatnya itu terlihat cantik dan dewasa, namun juga tidak menghilangkan kesan manis.

“Lo mau ke mana Sher pagi-pagi gini?”

“Ya mau ke butik lah,” jawab Sherlyta cepat.

“Ini masih pagi banget, Sher! Kerajinan banget lo berangkat jam segini?” heran Cesil yang kemudian di angguki Gita.

“Mumpung gak ngajar. Gue juga pengen menyelesaikan gaun lo secepatnya, nikahan lo kan sebentar lagi,” Sherlyta tidak berbohong. Tujuannya datang lebih awal ke butik memang untuk mengerjakan gaun Cesil, karena bagaimanapun Sherlyta ingin segera mengakhiri rasa sesaknya setiap kali menatap gaun di ruang kerjanya yang merupakan milik sang sahabat yang tidak lama lagi akan bersanding dengan pria yang selama ini menjadi alasan Sherlyta kuat menjalani hari yang diselimuti kehampaan.

“Ya udah, lo cepetan deh berangkat, nanti keburu siang," ujar Cesil kesenangan, yang langsung saja mendapat toyoran tanpa hati dari Gita.

“Git, nanti beliin bubur yang biasa ya,” pesan Sherlyta yang diangguki oleh Gita sebelum akhirnya perempuan cantik itu melangkah keluar dari rumah melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.

Tanpa kedua sahabatnya itu ketahui, Sherlyta sebenarnya sudah menyerahkan surat pengunduran diri dari sekolah tempat dirinya mengajar selama hampir dua tahun belakangan ini. Bukan tanpa alasan Sherlyta berhenti mengajar, alasan pertamanya adalah ia ingin fokus pada gaun untuk pernikahan Cesil agar cepat selesai, dan alasan kedua karena kondisinya yang kini malah semakin lemah, meskipun tidak terlalu ketara.

Gaun yang akan dikenakan Cesil nanti sudah hampir selesai, tinggal melakukan pengukuran ke tiga pada tubuh Cesil dan menambahkan mutiara-mutiara yang akan mempercantik gaun tersebut.

Sherlyta tersenyum puas pada hasil rancangannya itu, jas berwarna putih yang terpasang pada tubuh menekin terlihat cocok berdiri bersisian dengan gaun putih yang panjang menjulang tanpa lengan dengan hiasan pita di bagian pinggang dan rangkaian bunga dari mutiara berwarna merah muda dan abu-abu muda yang membuat gaun itu terlihat lebih indah.

“Sher, Cesil sama Adnan udah sampai. Nunggu di ruangan sebelah,” ucap Gita menyadarkan Sherlyta dari lamunan, yang lagi-lagi tidak lepas dari sang pujaan yang sayangnya milik orang.

Perempuan sipit itu mengangguk dan membuang napasnya terlebih dulu sebelum keluar dari ruang kerjanya mengikuti Gita dari belakang.

“Lo cobain dulu gaunnya Sil, bilang kalau ada yang menurut lo kurang, biar nanti gue perbaiki. Lo juga Sam, cobain jas sama celananya, kalau kurang nyaman bilang, nanti gue perbaiki.” Sherlyta langsung menyuruh sepasang manusia itu untuk mencoba pakaiannya masing-masing tanpa duduk hanya sekedar untuk basa-basi terlebih dulu.

Cesil mengangguk semangat dan langsung bangkit dari duduknya menuju ruangan sebelah untuk mencoba gaun yang akan menjadi pakaiannya nanti di hari spesial yang tinggal satu bulan lagi. Berbeda dengan Samuel yang masih duduk dan menatap ke arah Sherlyta yang berdiri tanpa mau menatap ke arahnya.

“Gue mau bicara sama lo, Lyt. Bisa duduk sebentar?”

Tatapan Sherlyta beralih ke arah suara. Menghela napas terlebih dulu sebelum melangkah menuju sofa dimana laki-laki manis berkumis tipis itu duduk.

“Apa yang mau lo bicarain?” tanya Sherlyta ogah-ogahan.

“Gue mau minta maaf, Lyt,” laki-laki itu menunduk, sedangkan Sherlyta menghela napasnya lelah.

“Gue gak mau bahas lagi, Sam," Sherlyta hendak bangkit dari duduknya, namun Samuel dengan cepat menahan pergelangan tangan sahabat kecilnya itu.

"Please, Sher dengerin dulu gue bicara,”

Sherlyta hendak menjawab, namun pintu ruangan tersebut lebih dulu terbuka dan menampilkan sosok Gita yang terlihat kikuk.

"Ada apa, Git?" tanya Sherlyta seraya cepat-cepat menghempaskan genggaman tangan Samuel dengan kasar.

“Ada yang nyari lo di depan.”

“Siapa?” tanya Sherlyta mengernyitkan kening. Gita mengedikkan bahu tanda tidak tahu.

Tanpa menghiraukan panggilan Samuel, Sherlyta keluar dari ruangan tersebut untuk mengetahui siapa gerangan orang yang tengah mencari dirinya. Tidak biasanya ada orang yang menemuinya di butik selain pelanggan yang puas dengan hasil rancangan dan berniat untuk memesan kembali. Namun ternyata tebakannya kali ini salah, karena  yang ia temui adalah seorang laki-laki tinggi berbadan tegap, hidung mancung, bibir agak tebal, dan juga berkulit putih tengah tersenyum ke arahnya. Sherlyta membalas tersenyum meskipun raut bertanya tetap ia layangkan pada laki-laki didepannya itu.

“Mas Alvian kok bisa ada disini?” heran Sherlyta. Laki-laki itu tersenyum manis hingga Gita yang berada di balik meja kasir terpesona di buatnya.

“Mas mau ajak kamu makan siang diluar, Mau?”

Tanpa berpikir untuk mempertimbangkan, Sherlyta langsung memberi anggukan tanda setuju, senang bahkan karena akhirnya ia bisa terhindar dari Samuel yang jujur saja belum siap Sherlyta temui.

“Tapi Mas gak keberatan kan nunggu dulu sebentar?” tanya Sherlyta yang kemudian mendapat anggukan dari laki-laki tampan nan dewasa itu.

Sherlyta mengajak Alvian untuk masuk ke ruangan dimana ada Samuel tengah duduk sambil menunduk. Membuat pria itu langsung menoleh begitu mendengar suara pintu yang terbuka dan melihat siapa yang masuk.

Tiba-tiba saja wajah kusut Samuel semakin terlihat kusut saat mendapati Sherlyta masuk dengan seorang laki-laki tampan yang terlihat lebih dewasa darinya sambil mengobrol akrab.

Ada rasa tidak suka dalam diri Samuel dengan kedekatan kedua orang didepannya itu, hatinya tiba-tiba sakit dan dadanya sesak bagai tertimpa reruntuhan.

“Mas tunggu disini sebentar ya, Aku mau ngepasin dulu gaun pengantinnya Cesil,” Sherlyta mempersilahkan Alvian untuk duduk di sofa panjang yang diduduki Samuel.

Sherlyta berlalu keluar menuju rungan sebelah dimana Cesil berada, meninggalkan Samuel dan juga Alvian tanpa berniat mengenalkan mereka berdua lebih dulu.

“Gimana, ada yang kurang gak?” tanya Sherlyta berdiri di samping sahabatnya yang menghadap kaca setinggi manusia.

Cesil menggeleng. “Gak ada. Gue udah puas banget sama hasilnya. Ukurannya juga pas.” Puas Cesil dengan mata tak lepas dari pantulan dirinya sendiri di cermin.

“Ya udah keluar yuk, biar calon suami lo liat calon mempelai perempuannya, kali aja nanti dia pangling," goda Sherlyta, yang langsung mendapat sikutan pelan dari sahabatnya yang berwajah malu.

Kedua perempuan itu keluar dari kamar ganti, kembali menghampiri Samuel yang berada di ruang tunggu, namun ketika bukan hanya Samuel yang Cesil dapatkan, keningnya mengerut heran dan melirik pada sang sahabat yang berada satu langkah di belakangnya.

“Dia siapa, Sher?” bisik Cesil. Perempuan sipit itu hanya tersenyum  kecil tanpa berniat memberi jawaban, membuat Cesil mendengus kesal karena dibiarkan penasaran.

“Yank, bagus gak?” tanya Cesil pada kekasihnya yang tengah memperhatikan. Meskipun kenyataan tatapan itu tertuju pada sosok cantik di belakangnya. Namun tak urung Samuel mengangguk pelan yang sukses menghadirkan semburat merah di pipi Cesil yang menganggap bahwa Samuel tengah terpesona hingga membuat pria itu tak mampu berkedip. Dan sekali lagi itu adalah kesalahan, sebab Samuel sejak tadi menatap Sherlyta yang juga menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Beruntung saja posisinya Pas, jadi tidak ada yang mencurigai.

“Cobain juga kemeja sama jas punya lo, Sam. Biar gue tahu dimana kurangnya,” ucap Sherlyta terkesan datar, dan melangkah menuju sofa yang Alvian duduki. Sementara Samuel bangkit dari duduknya dan keluar untuk menuju kamar pas yang ada di sebelah.

“Coba Sil madep sini, gue mau lihat,” pinta Gita yang tiba-tiba datang demi melihat penampilan sahabat sekaligus bosnya dalam balutan pengantin, sekaligus untuk melihat pria tampan yang beberapa menit lalu datang mengajak Sherlyta makan siang.

“Kok gak cocok, ya, di pakai sama lo? Padahal gaunnya udah bagus banget. Tapi pas lo yang pake jadi jelek,” komentar Gita membuat perempuan berwajah jutek yang sudah pasanh aksi seanggung mungkin itu cemberut dan melempar bantal sofa ke arah Gita yang kini sudah cengengesan.

“Belum tentu juga nih gaun cocok di pake sama lo,” balas Cesil kesal.

Alvian yang duduk di sofa berhadapan dengan perempuan Cesil pun tertawa geli melihat perdebatan kedua sahabat Sherlyta itu.

“Eh Sher, lo gak niat ngenalin itu sama gue?” Gita menunjuk dengan dagu sosok tampan di samping Sherlyta memberi respon dengan gelengan serta senyum kecil. Membuat kecewa dua sahabatnya itu.

“Lyt, tolong ke sini bentar dong, gue mau Komplain nih!”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel