Bab 6 Anggap Saja Sebagai Biaya Ganti Rugiku Padamu
Alis Raymond berkerut, kapan dia pernah berkata bahwa dia akan meninggalkannya? Mengapa Theresa bisa mempunyai pemikiran seperti ini?
Dia merasa sangat aneh, sewaktu dia ingin pergi mengejar Theresa untuk menjelaskannya, dia menyadari bahwa ada orang yang menarik celana kainnya dari bagian belakang.
"Ray... aku sudah tahu salah."
Caroline yang jatuh terduduk di lantai pun mengeluarkan ekspresi penuh kasihan, dia berusaha untuk menjelaskan dengan suara lemas dan tersedak-sedak, "Aku hanya takut... takut sewaktu aku meninggalkanmu selama 3 tahun ini, kamu benar-benar telah menyukai Theresa, aku takut kamu tidak menginginkanku lagi..."
Raymond mengerutkan alisnya, dia menundukkan kepala dan melihat wajah Caroline yang sedikit bengkak, pandangannya tergerak sedikit, kemudian dia mengulurkan tangan untuk memapah tubuh Caroline berdiri, nada bicaranya juga melembut.
"Aku sudah pernah bilang akan memberikanmu sebuah status, perceraian antara kami berdua pasti akan terjadi cepat atau lambat, kali ini kamulah yang terlalu panik."
Caroline menarik lengan bajunya, dengan kasihan mengerucutkan bibirnya, "Kali ini memang kesalahanku, tetapi aku tidak bermaksud untuk mencelakai orang lain, aku hanya salah menggunakan cara, Ray... maafkan aku ya!"
Melihat dia tidak berbicara lagi, Caroline dengan lemas bersandar di dalam pelukannya, lalu dia pun mencoba memperlihatkan bahunya yang putih kepada Raymond.
Mata Raymond menyipit, kemudian dengan refleks mendorong tubuhnya menjauh dari pelukannya.
"Ray!"
Mata Caroline semakin merah, pandangannya dengan bingung menatap ke arahnya, apakah sekarang dia begitu menolak dirinya?
Dia sangat tidak rela diperlakukan seperti ini.
Mengapa semalam Theresa boleh bersetubuh dengannya, tetapi saat dia mendekat dengannya, Raymond malah menolaknya!
"Cukuplah."
Raymond menahan tangannya, matanya pun menyipit, dengan tatapan asing menatap ke arah Caroline.
"Carol, aku tidak pernah menyangka bahwa kamu bisa menggunakan cara seperti ini, aku juga tidak menyangka bahwa kamu bisa menyindir orang dengan kata-kata seperti itu, dulu kamu selalu sangat polos dan baik hati."
Caroline terdiam, dia menyadari bahwa perbuatannya kali ini telah membuat Raymond emosi.
Raymond adalah pria yang sangat berprinsip, asalkan kamu telah melanggar kesabarannya, dia akan semakin membencimu dan menjauh darimu.
"Bukan seperti itu! Maaf, aku benar-benar sudah tahu salah, perbuatanku kali ini hanya karena terlalu impulsif, ke depannya aku tidak akan berani melakukannya lagi, Ray, dulu aku pernah menyelamatimu sekali, sekarang bolehkah kamu memberiku sebuah kesempatan untuk berubah?"
Mengungkit masa lalu membuat Raymond mengingat kembali sepasang mata yang bersinar terang yang pernah dijumpainya sewaktu dulu, jelas-jelas saat itu dia masih sangat kecil, tetapi dia berani melindunginya.
Sudahlah.
Pandangannya kembali lembut, "Aku akan menganggap masalah ini tidak pernah terjadi, tetapi kamu tidak boleh mengulanginya lagi."
Caroline pun merasa lega, sewaktu dia ingin bersikap manja kepadanya, dia pun melihat Raymond membuka telapak tangan ke arahnya dan terulur sampai ke depannya.
"Berikan kunci vila kepadaku."
Ekspresi di wajah Caroline membeku, sewaktu dia ingin membela dirinya, ucapannya juga dipotong oleh Raymond, "Aku tahu Richie yang memberikan kunci vila ini kepadamu tanpa sepengetahuanku, kembalikan kuncinya kepadaku."
Richie adalah asisten pribadi Raymond, Richie sudah bekerja beberapa tahun di bawah Raymond.
Melihat Raymond berhasil menebaknya, Caroline juga tidak berani membantah, dia dengan terpaksa mengembalikan kunci vila kepadanya.
"Lain kali jangan datang ke vila ini lagi, aku akan secepatnya mencari tempat tinggal untukmu, hari ini kamu juga sudah lelah, cepat pulang ke hotel untuk beristirahatlah."
Belum menunggu Caroline menjawabnya, Raymond sudah memanggil supir untuk mengantarnya pulang ke hotel.
Setelah Caroline keluar dari vila, Richie yang berdiri di taman pun dengan hati-hati berjalan masuk ke ruang tamu, kemudian dia berdiri di depan Raymond dan menunggu Raymond untuk memarahinya.
Mata gelap Raymond melihat ke arahnya, dengan nada dingin berkata, "Masalahku juga tidak perlu diurus olehmu, kalau masalah seperti ini terjadi sekali lagi, maka kamu keluar dari perusahaan saja."
"Baik."
Dia dengan kesal melonggarkan dasinya, kemudian mulai merokok, matanya malah membayangkan tatapan mata Theresa sewaktu dia berjalan meninggalkan vila ini.
Tatapannya sangat dingin dan sangat tajam.
Apakah dia menyetujui perceraian mereka karena dia telah memfitnahnya kali ini?
Dia masih berpura-pura kuat, tidak menerima uang darinya, apakah dia benar-benar mengira bahwa dengan tidak memiliki uang dia masih bisa tetap hidup?
Dia sama sekali tidak ingin memedulikannya lagi, tetapi dia merasa bagian dadanya sangat sesak, sangat penuh dengan api amarah, sangat kesal, "Utus orang untuk pergi mencari Theresa, setelah menemukannya segera melapor padaku. Dan juga, ganti nama kepemilikan vila ini menjadi namanya, anggap saja sebagai biaya ganti rugiku padanya."
"Baik."
...
Theresa mencari alamat Grup Angle dari internet, setelah menemukannya dia langsung naik taksi ke Grup Angle sambil membawa kopernya.
Karena dia sudah berjanji kepada ayah akan menerima perusahaan itu, maka lebih baik dia cepat datang ke perusahaan untuk mengenal perusahaan lebih jelas, lalu dengan secepatnya menerima posisinya dan mulai bekerja.
Setelah dia sampai lobi perusahaan, Theresa juga menyapa resepsionis perusahaan, "Beritahu Presdir perusahaan kalian bahwa aku ingin bertemu dengannya."
Seketika resepsionis perusahaan pun terkejut, lalu dia mulai mengamati penampilan Theresa dari atas sampai bawah.
Walaupun wajah Theresa sangat cantik, tetapi pakaiannya juga tidak lebih dari 400 ribu, tetapi wanita ini malah berani meminta untuk bertemu dengan Presdir mereka, benar-benar tak tahu diri!
"Apakah kamu sudah membuat janji?"
Theresa menggelengkan kepalanya, "Belum."
Setelah resepsionis mendengar jawabannya, resepsionis tersebut juga hampir menertawainya, "Tidak ada janji tapi berani datang ke Grup Angle untuk bersikap semaumu? Wanita murahan sepertimu juga berani datang kesini mencari Presdir kami, mengapa kamu tidak berkaca dulu dan melihat penampilanmu sendiri!"
Ucapan yang sangat menusuk ini pun membuat Theresa mengerutkan alisnya, "Apakah biasanya kamu juga bersikap seperti ini sewaktu menyambut tamu?"
