Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Aku Akan Memberikanmu Sebuah Hadiah Besar!

Raymond berjalan dengan langkah cepat memasuki vila, kemudian dia langsung memapah Caroline berdiri.

Kemudian, matanya berubah tajam dan dia memandang ke arah Theresa dengan kecewa, "Awalnya aku mengira bahwa setelah kita bercerai, sikapmu akan berbeda sedikit, tetapi aku tidak menyangka kamu masih tetap bersikap rendahan seperti ini, kamu membuatku jijik melihatmu, awalnya aku berencana untuk mengubah nama kepemilikan vila ini menjadi namamu, tetapi dilihat dari sikapmu saat ini, sepertinya aku tidak perlu melakukannya lagi."

"Ray, kamu jangan menyalahkan Theresa, aku yang telah membuatnya marah, jadi dia baru tidak hati-hati mendorongku ke lantai, semua ini salahku, kamu marah aku saja."

Caroline dengan lemah lembut bersandar di dalam pelukannya, kemudian menanggung semua kesalahan, dengan suara yang kasihan mengatakan semua ini, sewaktu matanya melirik ke arah Theresa, ada sebuah pandangan penuh kemenangan yang keluar dari matanya.

Wajah Raymond berubah menjadi semakin dingin, dia dengan nada memerintah berkata kepada Theresa, "Sekarang juga, segera, meminta maaf kepada Carol."

Ck, menyuruhnya untuk meminta maaf?

Dia ada sedikit marah.

Theresa pun mengamati kedua orang yang sedang saling berpelukan ini, dia tersenyum dengan sangat bahagia, dengan lembut menarik Caroline yang berada di dalam pelukan Raymond.

Awalnya mereka mengira Theresa akan marah, akan membantah, tetapi mereka tidak menyangka bahwa wajah Theresa malah sedang tersenyum?

Caroline pun mengeluarkan ekspresi kebingungan, dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Theresa, seketika dia pun lupa untuk melawan dan membiarkan Theresa menariknya sampai dia berdiri di depan Theresa.

Plak...

"Ah!"

Sebuah jeritan yang sangat kesakitan pun terdengar jelas, Caroline memegang pipinya yang sudah mulai membengkak, kemudian tubuhnya pun terjatuh ke lantai dengan keras.

Sebuah tamparan ini juga dilakukan oleh Theresa dengan sekuat tenaga, setelah selesai menampar Caroline, telapak tangannya ada sedikit kebas, bisa diketahui bahwa tamparan yang diterima Caroline kali ini juga sangat sakit.

Wajah Theresa masih tetap tersenyum, wajahnya sangat tenang, dia tidak terlihat seperti orang yang baru selesai menampar orang lain.

Dia membungkuk sedikit untuk melihat Caroline yang terduduk di lantai, dengan suara lembut berkata, "Karena kamu mengatakan aku mendorongmu ke lantai, maka kalau aku tidak menamparmu, bagaimana aku bisa membuktikan bahwa aku memang telah melakukan hal jahat itu?"

Caroline menahan air matanya, dengan lemas terduduk di lantai, dengan suara kecil mulai menangis.

Raymond sama sekali tidak menyangka Theresa berani menampar Caroline di hadapannya, seketika dia pun telah lupa untuk memapah Caroline.

Wajahnya menggelap, dengan pandangan mengancam melihat Theresa, "Kamu tidak meminta maaf, tetapi kamu malah menambah kejahatanmu lagi! Apakah kamu sedang menguji kesabaranku?!"

"Imajinasimu terlalu tinggi, Tuan Raymond."

Theresa melambaikan tangannya, wajahnya masih mengeluarkan senyuman yang sangat bahagia.

"Bagaimanapun kita pernah menjadi suami istri, sebelum aku pergi, aku akan memberikanmu sebuah hadiah besar!"

Setelah mengatakannya, dia pun mengeluarkan segepok kertas fotokopi dari dalam tasnya, kemudian dia melempar kertas itu ke wajah Raymond.

Kertas yang berwarna putih pun berterbangan di seluruh ruangan.

Raymond menangkapnya satu persatu, kemudian dia pun menyadari bahwa di atas kertas itu tercetak sebuah isi percakapan, semua percakapan itu penuh dengan kata-kata sindiran dan hinaan, semua pesannya juga terkesan sangat sombong, dia melihat nomor telepon tak bernama yang tercetak di atas kertas itu, seketika dia pun terkejut.

Sewaktu dia membalik kertas ke bagian belakang, bukti tentang obat yang dimakannya semalam pun muncul di hadapannya, semua isi pesan juga membahas tentang obat yang dikonsumsinya dan orang yang memberikannya obat adalah Caroline.

Alis Raymond mengerut lebih dalam lagi, pandangannya juga melihat ke arah Caroline yang terduduk di lantai.

Kebetulan Caroline juga melihat isi kertas fotokopi yang dilempar oleh Theresa, seketika wajahnya pun memucat.

Obat itu pun merupakan rencana dari Caroline, Caroline menyuruh orang untuk menaruh obat ke dalam gelas alkohol Raymond, Caroline juga tidak lupa untuk meneleponi Raymond dan menyuruhnya untuk datang ke hotel mencarinya, tetapi Caroline tidak menyangka bahwa supir akan salah mengantar Raymond, supir malah mengantar Raymond pulang ke rumah dan semua rencananya malah menguntungkan Theresa!

Dia sangat emosi, awalnya dia mengirim pesan ini karena bermaksud membuat Theresa malu dan sakit hati.

Tetapi dia tidak menyangka Theresa malah menggunakan pesannya untuk membalasnya!

Bagaimana Raymond akan memandangnya...

Tidak menunggu dia membela dirinya, Theresa pun menarik koper yang sudah selesai disusunnya untuk keluar dari vila, sebelum dia keluar dari vila, dia memutar kepala untuk melihat ke arah pria yang pernah dicintainya untuk terakhir kalinya.

"Raymond kamu ingat baik-baik, orang yang ditinggal cerai bukan aku, tetapi kamu! Akulah yang membuangmu dan Keluarga Basiroen kamulah yang tidak memadai buatku!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel