Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2: PEKERJAAN RAHASIA

Benar yang dijanjikan oleh Luna. Begitu Boril selesai, sebuah mobil sedan mewah tiba. Dari mobil itu keluar seorang wanita luar biasa cantik. Riasan natural bernuansa nude. Benar-benar mengagumkan berjalan dengan kaki jenjangnya yang menawan.

Membuka kaca mata hitam yang dikenakan. Bos Luna yang bernama Sophia itu memindai Boril dari bawah sampai atas. Bibirnya mengulas senyuman pertanda suka dengan tampilan pemuda di depannya ini. Sophia menggigit bibir, menelusuri dada bidang Boril membuat Boril merinding.

“Luna bilang kalau kamu masih belum berpengalaman?” tanya Sophia.

Boril mengangguk karena malu untuk menjawabnya.

“Coba pegang!” perintah Sophia pada Boril.

Wanita itu membuka blazer dan tidak mengenakan bra di dalamnya. Seketika wajah Boril memerah melihat dua gundukan bulat besar dengan ujung bulat kecil berwarna merah muda. Boril hanya terpaku sampai Sophia menuntun kedua tangannya untuk menyentuh.

“Astaghfirullah,” kejut Boril begitu kedua tangannya menyentuh gundukan bulat kenyal itu.

“Coba remas,” pinta Sophia.

Boril celingukan melihat ke sekitar, takut ada orang lewat yang melihat adegan remas meremas itu.

“Ayo, remas! Kita nggak punya banyak waktu,” perintah Sophia lagi dan Boril mulai meremas perlahan. Seketika miliknya di bawah sana pun ikut bereaksi, namanya juga cowok normal.

“Aaaaaahhh ...,” desah Shopia. “Agak kuat, ehmmmmpppp ...!”

Boril melirik ke arah Luna yang tampak biasa saja melihat adegan seperti itu.

“Plintir, Ril! Yeaaaah ... bagus, oke. Emmmpp ... nikmat banget, aaaaahh ....”

Sekarang Boril yang tidak tahan. Hanya disuruh meremas dan memelintir, dia tidak tahan ingin lebih. Akan tetapi, dia takut kalau tidak sesuai dengan perintah bisa-bisa tidak lulus tes dan batal bekerjasama dengan bosnya Luna.

“Oke, cukup. Kamu lulus tes. Sekarang ikut aku!”

Boril kemudian diajak masuk ke dalam sedan mewah milik Sophia sedangkan Luna tidak ikut. Sepanjang perjalanan wanita itu tampak sibuk berbicara di telepon membuat Boril tidak punya kesempatan untuk bertanya apa-apa termasuk bertanya akan dibawa ke mana dia sekarang?

Perjalanan kurang lebih empat puluh menit masih belum sampai juga, tetapi Sophia sudah tidak lagi berbicara dengan seseorang di telepon.

“Ril, tolong buka tasku!” perintah Sophia.

Boril melakukan apa yang diperintahkan oleh Sophia. Sementara wanita itu tetap fokus pandangan ke depan karena sedang mengemudi.

“Sudah, Mbak. Mau ambil apa? Biar aku ambilkan,” kata Boril.

“Ambil botol putih kecil itu, buka dan keluarkan 2 tablet aja. Terus kamu minum, ya! Jangan lupa botolnya ditutup lagi!” perintah Sophia.

Ragu sudah pasti. Boril tidak mengerti tulisan di botol itu karena menggunakan huruf Thailand. Jadi dia juga tidak tahu itu obat apa dan dia juga tidak berani bertanya kepada Sophia.

Boril terus kepikiran mungkin sebentar lagi seorang wanita tua kaya raya yang akan dia layani. Rasanya ingin melompat keluar dari mobil saja kalau tidak ingat semua ini demi bapaknya. Keperjakaannya masa iya harus dengan Tante tua yang sudah longgar?

“Pilnya jangan diminum sekarang. Nanti aja kalau udah di kamar,” perintah Sophia.

“Iya, Mbak.”

Sepuluh menit kemudian, mobil sedan mewah itu berhenti di depan lobi hotel berbintang lima. Sophia dan Boril turun, sementara petugas hotel mengurus mobil tersebut.

“Ril, aku udah buka kamar layanan VIP buat kalian. Kamu tunggu dia datang, ya!” perintah Sophia dan Boril pun mengangguk patuh.

Kemudian keduanya sampai di kamar yang dimaksud. Sophia meminta Boril untuk tetap tinggal di sana dan dia keluar untuk menjemput tamu yang harus dilayani oleh Boril.

“Santai dulu, Ril! Aku jemput tamunya dulu. Oiya, pil yang tadi minum aja sekarang,” perintah Sophia.

“Iya, Mbak.”

Boril duduk di atas sofa empuk yang seumur hidupnya belum pernah dia berada di ruangan semewah ini. Pemuda itu tidak berani bergerak sampai Sophia dan tamu yang dimaksud tiba.

Setengah jam berlalu, suara high heels mulai terdengar berirama. Sophia dan tamu itu akhirnya datang.

“Have fun, ya! Aku tinggal, oke!” ucap Sophia saat meninggalkan Boril bersama tamu yang dibawanya.

Boril terhenyak. Dugaannya tentang Tante tua yang sudah longgar salah besar. Ternyata tamu yang akan dia layani adalah seorang wanita cantik, sangat sangat cantik sampai membuat Boril terkesima seumur-umur belum pernah bertemu langsung dengan wanita yang begitu memukau seperti artis-artis di TV.

Wanita itu berpenampilan begitu mewah dengan rambut blonde panjang sebatas tali bh. Usianya tidak jauh berbeda dengan Boril, hanya 3 sampai 5 tahun lebih tua dari Boril.

Boril betul-betul grogi berhadapan dengan wanita super ini. Jantungnya berdenyut lebih kenceng ketika wanita itu melepaskan kacamata hitam kemudian mulutnya yang mungil dan peach mengigit tangkai kacamata, mengamati Boril dari atas ke bawah.

“Anjiir ... kalau modelan begini siapa yang mau nolak? Melepas keperjakaan untuk cewek secakep ini udah gitu dapet duit lagi. Hmm, dapet puasnya, dapet duitnya, bener-bener nggak rugi. Hihi.” Boril membatin.

“Ayo, mulai!” perintah wanita cantik itu.

“Mu---mulai apa, ya?” Boril tergugup tidak tahu bagaimana cara memulainya.

Boril tidak mengerti sama sekali. Dia tidak paham saat wanita itu menyuruhnya untuk memulai, apa yang harus dia mulai. Kemudian wanita itu pun tertawa melihat kepolosan pemuda itu.

“Buka bajumu!”

Perintah wanita itu mengejutkan Boril. Buru-buru segera dia melepaskan pakaiannya, tetapi dia dengan tidak sengaja menjatuhkan dua pil pemberian dari Sophia tadi. Boril dan wanita itu sama melihat ke arah dua pil yang menggelinding secara bersamaan dan berhenti secara bersamaan pula.

“Mbak Sophia memintaku minum pil itu sebelum melayani kamu. Aku lupa. Bentar ya, aku minum dulu,” kata Boril hendak memungut pil tersebut tapi keduluan wanita tadi

Krenyessss

Pil pil itu diinjak dan dihancurkan dengan sengaja oleh wanita itu menggunakan heels sepatunya.

Boril sangat tegang sekarang. Wanita cantik ini sepertinya sangat galak dan akan menelannya bulat-bulat. Kemudian wanita itu melempar sebuah pakaian berbahan dasar kulit dan berbentuk jumpsuit gulat.

“Pakailah!”

Boril melihat bentuk pakaian aneh itu sebenarnya enggan untuk memakainya. Tampaknya ini adalah fetis si wanita yang menginginkan Boril mengenakan jumpsuit tanpa lengan, tetapi memiliki lobang pada bagian bawah di depan dan belakang.

Boril menjadi semakin tidak PD membayangkan sekarang pasti dirinya jelek sekali dengan pakaian aneh di tubuhnya.

Wanita itu meminta Boril untuk tetap diam sementara dia menaikkan satu kakinya ke atas kasur. Melepaskan stoking jala hitam yang menutupi kaki cantiknya.
Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel