Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 biang kerok

Setelah tiga hari menjalani masa hukuman skors akhirnya hari ini andira bisa kembali lagi ke sekolah dan dia siap akan mendapatkan ujaran ujaran kebencian dari siapapun, andira bodo amat.

Andira bersiap siap untuk pergi ke sekolah, dari sarapan pagi, menyapu rumah sebentar dan akhirnya kini ia sudah berpakaian rapih dengan wajah yang masih saja pucat.

Ia melihat jam yang melingkar di tangannya, kini sedang menunjukkan pukul 06:00, satu jam lagi bel masuk akan berbunyi jadi andira harus tetap ada di sekolah sebelum bel karena dia tidak suka dengan keramaian.

Andira keluar dari dalam rumah sembari membawa kunci motor maticnya, ia tak lupa juga mengunci rumah.

"bismillah" ucap andira dan langsung menancapkan gas motornya menuju ke sekolah dengan kecepatan di bawah rata rata.

Andira merasa sedikit takut untuk ke sekolah karena kasus yang sedang menimpanya tetapi ini bukan salah andira sepenuhnya, jadi buat apa takut? Sabodo!

------------

"BUNDAAA" itu arkana, manusia yang tidak akan pernah jera untuk berteriak pagi pagi memanggil bundanya, walaupun dendra sudah melakukan apapun untuk mengubah sikap arkana itu, tetap saja tidak akan berubah.

Dendra dan disa menatap seorang remaja yang berdiri tepat di dasar tangga rumah dengan wajah yang cukup cerah dan tampan!

Dendra masih tetap menatap arkana dengan tatapan tajam, padahal kemarin arkana merengek meminta permohonan maaf darinya tetapi lihatalah sekarang, arkana malah mengulanginya lagi.

"selamat pagi ayah, arkana udah nggak teriak dari lantai dua kok, mulai sekarang arkana bakal manggil bunda dari lantai bawah" jelas arkana.

Sama aja kaleee! Dendra menghela nafas sabar, ia harus sabar menghadapi anak seperti arkana, ini saja baru satu anak gimana kalau punya banyak anak? Padahal dendra masih pengen punya dedek bayi dengan disa, kayaknya dia harus memikirkan beberapa kali lagi untuk menambah momongan.

"sisni duduk ar" ajak disa kepada arkana.

"ar mau makan roti yang di piring itu bun, arkana udah telat ini" ujar arkana dan langsung menyambar roti yang ada di piring lalu keluar dari dalam rumah.

"assalamualaikum ayah bunda" salam arkana.

Dendra terdiam sedang memasang wajah geram, enak sekaliii arkana mengambul rotinya yang sudah disa siapkan di atas meja.

"AR.. "

"udah yah, di buatin lagi oke?" ucap disa menahan pertengkaran yang akan terjadi lagi.

"arkana di kirim ke pesantren aja ya bun?" ucap dendra menyarankan.

Disa menatap suaminya dengan tatapan terkejut, segitu bencinya dendra dengan arkana? Sampai sampai ia mau mengirim arkana jauh jauh.

"kenapa?" tanya disa seraya meletakkan roti di piring untuk dendra.

"pusing, tiap pagi bikin kesel mulu, nggak ada tuh sehari aja bikin hati seneng" dendra mengeluarkan semua unek uneknya tentang arkana.

"kalo udah nggak sayang sama arkana juga nggak gini" ucap disa datar sambil mengusap air mata yang terjatuh dari kelopak matanya.

Dendra menghentikkan aktivitas mengunyahnya ketika mendengar nada suara disa berubah, astaga dendra mengapa kau bisa lupa jika arkana adalah manusia yang paling berharga untuk disa!

"nggak gitu sayang, jangan salah paham dulu" ucap dendra berusaha menenangkan disa yang mulai menangis.

"hiks.. Padahal aku pikir kamu hanya becanda setiap kali berantem sama arkana, ternyata kamu benci dia den, hikss... Hikss jangan pisahin aku sama arkana hikss.. "

Skakmat dendra ckckck!

"hei, ya Allah disa jangan nangis dong, aku nggak benci sama arkana sumpah deh suer, ayolah jangan nangis, iya iya aku nggak bakal pisahin kamu sama arkana, tadi itu cuma becanda sayaaang" rayu dendra dengan sangat bersusah payah.

Dari balik pintu rumah kini seorang remaja tengah manahan tawa melihat ayahnya sedang di landa kecemasan.

Ya! Dia arkana putra abibraham, tujuannya kembali lagi untuk mengambil kunci motor karena ia hanya membawa kunci mobil tadi, tetapi ketika melihat disa menangis dengan dendra yang bersusah payah menenangkan ia terdiam di balik pintu melihat apa yang sedang terjadi.

Dan ternyata, hanya karena disa tidak mau di pisahkan dengan dirinya, lucu sekali!

BUGH

"becandanya nggak bagus" ucap disa ketika berhasil melemparkan dendra dengan tas kerjanya.

Arkana memegang perutnya karena sakit menahan tawa.

"aku nggak bakal ulangin lagi kok, maaf ya" ucap dendra berusaha menenangkan disa.

Arkana langsung memasuki rumah lalu pergi ke tempat kejadian dimana suami istri itu sedang bertengkar.

"ekhm, hai bunda" sapa arkana ramah.

Disa dan dendra mengalihkan atensinya menatap sang putra yang kini tengah berdiri dengan wajah tersenyum geli.

Disa langsung menghapus air matanya "kok balik?" tamya disa.

Dendra mengambil kunci motor yang terletak di atas meja makan

"ngambil kunci motor, tapi pas arkana masuk kayaknya ada perselisihan sedikit, jadi arkana diam buat nyaksiin" jelas arkana lalu menatap disa, ia berjalan menghampiri bundanya.

Muach

"arkana sayang bunda kok, jangan nangis ya" ucap arkana sambil mengusap pipi disa lembut.

Lalu melihat sang ayah dengan senyum lembut.

"ayah jangan nakal!" peringat arkana lalu berakhir pergi untuk menuju ke sekolah.

-----------

"aihh, kok malah bocor sih?" gerutu andira ketika melihat ban motornya bocor, untung saja sekolah tinggal beberapa langkah lagi kalau tidak dia bakal terlambat.

Andira memilih mendorong motornya untuk di letakkan di bawah pohon di samping jalan, habis pulang sekolah nanti andira akan membawanya ke bengkel.

Ia memilih berjalan menuju gerbang sekolah yang sudah banya siswa berlaku lalang memilih agak ke samping untuk berjalan karena tepat di depan gerbang ada genangan air.

Andira pun sama memilih berjalan agak menyamping untuk menghindari genangan air.

tetapi bukannya terhindar andira malah menjadi korban dari cipratan genangan air itu karena sebuah motor yang langsung melintas memasuki gerbang tanpa melihat jika ada genangan air.

Andira menatap seluruh tubuhnya yang kini sudah basah kuyup dengan air.

"astagfirullah" ucapnya ber istighfar, bahkan semua siswa yang melihatnya hanya tertawa tanpa ada rasa kasihan.

Andira geram lalu menggepalkan kedua tangannya.

"gue harus cari biang keroknya" ucap andira dan langsung menuju ke dalam sekolah dengan tampilan yang berantakkan, ia memilih pergi ke parkiran sekolah untuk melihat motor yang sudah menyebabkan ini semua.

Lalu matanya menatap salah satu motor ninja berwarna merah dang memang hanya motor itu yang berwarna merah dari semua motor yang berada di sini.

Ia melihat motor itu dan berhenti tepat di plat nomor motor lalu membaca nama yang berada di sudut kanan plat nomor.

"arkana PA" andira mengeja nama itu.

"shit! Awas lo arkana!" geram andira dan langsung melangkahkan kakinya untuk mencari arkana.

Andira melewati lapangan dengan keadaan berantakkan menghiraukan tatapan tatapan mengejek dari semua orang yang berlalu lalang, yang harus ia lakukan sekarang yaitu mencari arkana untuk di beri pelajaran!

Ia menatap semua penjuru sekolah dari arah lapangan lalu berhenti tepat di arah kantin, disana terlihat arkana sedang tertawa bersama sahabatnya yang kalau tidak salah namanya adalah jion.

"ketemu juga!" ucap andira lalu berjalan menuju tempat arkana yang sedang tertawa bahagia, dasar lelaki tidak bertanggung jawab!

BRAAAK

gebrakan itu mengagetkan semua orang tang berada di kantin bahkan arkana pun terkejut bukan main.

"apa apaan ini?" tanya arkana tidak terima.

"lo yang apa apaan, bawa motor nggak lihat kiri kanan langsung nyelonong aja, lo nggak lihat di depan gerbang itu ada genangan air? Hah? Baju gue basah gara gara lo!"

Arakan menyatukan kedua alisnya bingung.

"terus salah gue apa? Kok lo ngegas?"

"gimana gue nggak ngegas, baju gue basah karena lo ngegas motor tepat di depan genangan air?"

"terus? Kan udah kejadian, emang kalo lo marah marah kayak gini baju lo bisa kering lagi?" ucap arkana santai.

Andira menggertakkan giginya geram.

"ganti baju gue, bangsat!"

"ogah!"

BYUUR

andira melemparkan air minum yang berada di atas meja tepat di wajah arkana yang songong itu.

"seimbang kalo gitu!" ucap andira.

Arkana menatap keadaannya sekarang, basah!

"LO..."

"ar, jangan kasar! Ingat bunda disa juga perempuan" ucap jion yang kini tengah berada di samping arkana.

"BUNDA NGGAK PERNAH KASAR KAYAK DIA! NYIRAM ORANG SEENAKNYA, LO PIKIR GUE TANAMAN? HAH?" bentak arkana.

"gue nggak bakal kasar, kalo lo nggak cari masalah sama gue, lo pikir gue patung di pinggir jalan yang cuma diam aja kalau habis di siram dengan genangan air? Hah?" ucap andira tenang tapi menekankan kalimatnya.

"GOBLOK!"

"GANTI BAJU GUE, SIALAN!" bentak andira akhirnya.

"LO UDAH BASAHIN BAJU GUE, TERUS LO MINTA GANTI RUGI LAGI? MAU LO APA?"

"LAKI LAKI TIDAK PUNYA TANGGUNG JAWAB!"

"LO..."

"ar udah" jion menengahi pertengkaran yang semakin menjadi ini, ia menggelengkan kepalanya ketika melihat andira yang tidak mau mengalah dan arkana juga.

"andira ini uangnya, lo ke kopsis aja buat beli seragam ya" ucap jion sambil mengeluarkan uang dua ratus ribu.

Andira tersenyum miring, ternyata seperti ini cara menyelesaikan masalah menurut mereka? Tanpa ada kata maaf? Miris sekali!

"gue butuh pertanggung jawaban bukan uang" ucap andira sambil menatap arkana.

"jangan sampe kesabaran gue habis!" ucap arkana dingin dengan sorot mata menajam.

Ini yang jion takutkan, arkana biarpun manja ia tetap menjadi laki laki jahat jika hidupnya terusik.

"an, pliss terima ini ya gue mohon, kalo arkana nggak mau minta maaf gue yang bakal wakillin dia, maafin arkana ya andira" ucap jion dengan sabar dan langsung menarik arkana untuk pergi dari tempat itu.

"GUE BALAS LO" ancam arkana yang kini tengah di tarik oleh jion.

Andira hanya tersenyum miring! Ingin sekali ia mencabik cabik wajah arkana itu sampai terpisah pisah!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel