Bab 8 derita
Siang yang cukup terik, tepat pukul 14:00 SMA cakrawala membunyikan bel pulang dan langsung di sambut dengan sorakan bahagia dari setiap penghuninya.
Arkana dan jion kini sedang berjalan menuju gerbang untuk pulang, jion memasang wajah marah sekarang karena dia di paksa untuk ikut ke rumah arkana alasannya hanya karena arkana tidak memiliki teman untuk baku hantam di rumah! Jadi, intinya jion akan di jadikan samsak tinju!
Arkana berbalik untuk melihat sahabatnya itu memastikan apa benar dia tetap mengikutinya.
"tuh muka kalau gue jual di pasar, bakal laku ji" ejek arkana ketika melihat wajah jion memerah seperti cabe yang biasa di jual di pasar.
"lo yang gue jual" gertak jion
Arkana hanya tersenyum sinis lalu masuk ke dalam mobilnya.
"motor lo tinggal dulu di sekolah" ujar arkana dari dalam mobil ketika melihat jion hendak mengambil motornya.
"ogah, motor ini hasil dari kerja keras gue, malah seenaknya lo bilang tinggal di sini!"
"nanti gue ganti kalo hilang" ucap arkana memberi penawaran.
"gue ngerasa kayak laki laki bayaran lo ar" gerutu jion dan langsung masuk ke dalam mobil arkana.
Arkana menyeringai, jion memang selalu bisa membuatnya tertawa dengan kelakuan absurdnya itu.
"siap untuk jadi samsak tinju, ji?" ejek arkana.
"kalo gue mati gimana anjing"
Arkana menancapkan gas mobilnya meninggalkan halaman sekolah.
"lo kan laki laki bayaran gue, jadi mau gue apain aja boleh dong" ucap arkana santai.
Jion menggeram marah, ia mengambil botol aqua di samping tempat duduknya lalu melempatkan benda itu ke kepala arkana.
TAK
"awww ji, gue potong bayaran lo, baru tau rasa" ancam arkana sambil mengusap kepalanya yang sakit.
"ambigu gue dengerin laki laki bayaran dari mulut lo!"
"lo yang nyiptain kata kayak gitu, kenapa gue yang lo salahin sih?"
"sabodo" jion ngambek!
"dasar labil!"
------------
Andira sore ini memilih pergi ke panti asuhan untuk melihat anak anak yang selalu ia ajari, sudah hampir beberapa hari ini andira jarang pergi ke sana dan andira merindukan mereka.
"kak andira" sapa seorang gadis kecil dengan boneka yang begitu kusut di pekukkannya.
"hai nara, apa kabar sayang?" tanya andira lembut.
"nara baik kok kak, kak andira kenapa nanti ini datang ke sini, sibuk ya?"
"ya... Sedikit sibuk sih" jawab andira dengan senyum yang mengembang.
Nara adalah salah satu anak yang di mana masih umur 5 tahun sudah mampu meresap semua pelajaran, ia gadis yang pintar dan cantik karena memiliki kulit layaknya seorang bule.
dan hanya nara sendiri lah yang masih umur 5 tahun tapi tidak cadel untuk berbicara, jadi jangan heran jika nara bisa mengucapkan huruf 'r' dengan bagus.
"terus kak andira kapan ngajar di sini lagi?"
"besok deh, kak andira hari ini mau ketemu ibu sira dulu"
"yaudah, nara ke sana dulu ya kak"
"hati hati"
Nara mengangguk dan langsung berlari pergi menuju taman bermain.
Andira berdiri lalu berjalan menuju rumah penampungan anak anak yang kurang beruntung seperti dirinya, ya.. Andira anak yang tidak di inginkan, miris sekali!
"assalamualaikum ibu" salam andira dan langsung memeluk ibu sira selaku pengurus panti asuhan ini, ibu sira orang yang sangat baik bahkan sudah andira anggap seperti ibu kandungnya sendiri, rumah yang andira tempati saat ini adalah rumah ibu sira yang telah ia berikan untuk andira.
"waalaikumsalam, apa kabar nak?" tanya ibu sira seraya mengusap punggung andira.
Andira melepaskan pelukannya lalu mengecup punggung tangan kanan milik ibu sira.
"baik bu alhamdulillah"
Ibu sira tersenyum "yaudah sini duduk dulu"
"panti baik baik aja bu?" tanya andira membuka obrolan.
"baik, anak anak rindu sama kamu loh, kenapa beberapa hari ini jarang ke sini?" tanya ibu sira.
Andira diam lalu menunduk, memasang wajah sedih yang selaku ia berikan ketika ingin bercerita sesuatu kepada ibu sira.
Ibu sira hanya tersenyum menanggapi kegelisahan andira "ayo cerita sama ibu, ada apa?"
Andira mendongak menatap manik mata ibu sira, lalu memejamkan matanya membiarkan sebulir air mata jatuh mengenai pipi mulusnya.
"adipra datang bu" ucap andira lirih dan mulai membuka kelopak matanya.
Senyuman yang sedang bersarang di wajah ibu sira seketika luntur tergantikan dengan wajah terkejut.
"kamu baik baik aja kan nak? Dia nggak ngelukain kamu kan, atau maksa kamu?" tanya ibu sira khawatir.
Andira menggelengkan kepalanya "tapi andira takut bu, andira nggak mau ketemu dia lagi bahkan untuk mereka semua"
Ibu sira menghela nafas pendek "tenang aja, mereka nggak bakal maksa kamu atau ngelukain kamu kok, jangan nangis ya" ucap ibu sira menenangkan andira.
Andira tersenyum lalu mengusap air mata yang tersisa di pipinya.
"makasih bu, udah mau jadi yang terbaik buat andira"
Ibu sira tersenyum hangat, ia begitu menyukai anak anak karena ia tidak bisa memiliki keturunan, panti asuhan ini adalah miliknya bersama suaminya tetapi takdir malah memisahkan mereka dengan berbeda alam.
"udah punya pacar?" tanya ibu sira
Andira menatap ibu sira dengan tatapan bingung, lalu entah sengaja atau tidak tiba tiba pikirannya kini terpampang wajah menyebalkan arkana, astaga jangan katakan kalau takdir sedang merencanakan sesuatu untuknya dengan arkana.
"andira nggak mau di khianati lagi bu, udah cukup adipra yang ngelakuin itu, jangan ada satu laki laki lagi" ucap andira lirih.
Ibu sira memilih diam dan tersenyum, takut untuk menanggapi soal perasaan kepada andira, anaknya sedikit labil.
-------------
Arkana memasuki rumahnya bersama jion yang masih saja memasang wajah marah, tidak ikhlas tapi tetap mengikuti arkana, dasar!
"assalamualaikum BUNDAA... " salam arkana dengan khas teriakkannya.
Jion yang di sebelahnya saja sampai menutup telinga dan terkejut mendnegar suara melengking itu.
"suara lo ngalahin sangkakala" gerutu jion
"emang lo pernah dengar sangkakala?" tanya arkana.
"ya enggak sih"
"nah, jadi jangan sok majas"
Arkana mulai berjalan memasuki ruangan tamu, lalu menuju ke dapur untuk melihat sang bunda.
"BUND... a" suara arkana tertahan di akhir ketika melihat tatapan tajam ayahnya yang kini sedang bersama bundanya di dapur.
Disa menatap arkana bingung, lalu tersadar kalau ternyata ayah dan anak itu sedang fase ngambek.
"udah pulang sayang, sana ganti baju dulu abis itu turun makan" ucap disa lalu menatap jion yang sedang berdiri di belakang arkana.
"jion juga ganti baju ya, pake baju arkana abis itu turun makan"
"siap bunda disa" ucap jion semangat, jion memang suka dengan kelembutan bunda dari arkana itu karena jion anak broken home dan sekarang ia hanya tinggal bersama ayahnya.
Dendra dan arkana tetap saling bertatapan entah apa yang sedang mereka lakukan itu.
"ayah juga mandi dulu" ucap disa dan langsung menghentikan tatapan yang sedang terjadi antara ayah dan anak itu.
"iyaa" ucap dendra dan langsung mengambil jas dokter bersama ras kerjanya, lalu keluar dari ruang dapur.
Dendra menatap sang anak lalu kembali menatap jion yang kini tengah tersenyum kepadanya.
"abis ini main ps sama om ya ji" ucap dendra tanpa peduli dengan tatapan terkejut arkana
ia harus tau apakah hanya disa yang tidak ingin arkana bagi kepada orang lain atau dirinya juga.
Jion menatap arkana ketika mendengar penawaran dari ayah dendra, laku jion tersenyum jahat.
"siap om" ucap jion semangat, ia tahu jika sahabatnya ini sedang cemburu.
Arkana menatap tajam ke arah jion yang kini tengah bahagia, lalu kembali menatap sang ayah.
"ayaaah, ar kan udah minta maaf" rengek arkana kepada dendra dengan wajah yang memelas.
Dendra ingin sekali tertawa melihat wajah arkana sekarang bahkan jion pun menahan tawanya sekarang,
kalau bisa ia akan merekam wajah arkana dan menyebarkannya kepada semua orang yang ada di sekolah, pasti mereka terkejut melihat arkana yang super datar berubah menjadi seperti anjing kecil yang begitu imut.
"siapa lo?" tanya dendra sengit kepada arakana lalu mulai berjalan menaiki tangga menuju kamar.
Arkana menatap sendu ayahnya yang berjalan menaiki tangga rumah.
"bundaaa" rengek arkana kepada disa.
"ayah becanda aja kok, udah sana mandi abis itu turun"
Arkana memilih mengiyakan lalu pergi menuju kamarnya bersama jion yang sedang menahan tawa melihat interaksi keluarga harmonis ini.
Arkana begitu beruntung memiliki keluarga yang baik seperti keluarga ini, andai saja jion juga terlahir dari rahim bunda disa dia akan sangat ikhlas tapi dia tidak ikhlas jika harus mempunyai saudara kayak arkana.
"arrggh" geram arkana yang kini telah duduk di kasur king sizenya.
"santai kali ar, jangan di ambil hati" ucap jion serius, ternyata arkana mengambil dengan serius kelakuan ayahnya itu, padahal sudah cukup terlihat kalau dendra hanya bercanda, tapi ya arkana tetap arkana.
"santai? baru kali ini, gue di diemin ayah, mana bisa gue santai, jantung gue kek lari maraton ngelihat tatapan ayah tadi"
Jion hanya menggelengkan kepalanya, padahal ia sudah berfikir akan menjadi santapan pukulan arkana jika sudah sampai di sini dan ternyata hanya menjadi penonton melihat drama perkelahian antara ayah dan anak.
"gue mandi duluan" ucap jion dan langsung hilang di balik pintu kamar mandi.
Arkana masih dengan pemikirannya untuk membujuk sang ayah.
