Bab 10 emosi
Setelah kejadian dimana andira sudah basah kuyup karena arkana, ia memilih untuk pulang dan tidak masuk kelas.
Emosi andira masih di puncak sekarang, jadi ia harus meredanya sampai stabil, bisa bisa satu sekolah yang akan dapat akibatnya.
"kenapa sih manusia kayak arkana harus ada di muka bumi?" umpat andira sambil membuka buku paket setebal buku sejarah.
Ia lebih memilih belajar di rumah saja, dari pada mendapat hinaan yang memuakkan dari semua orang
Pikiran andira sekarang kurang fokus karena masalah yang ia dapat akhir akhir ini, dari masalah adipra sampai arkana
"gue kapan bisa hidup tenang?" lirih andira
Ia mengambil bingkai foto yang berada di laci nakasnya, foto seorang wanita yang berjuang untuk dirinya namun sayang wanita itu hanya berjuang untuk menghadirkan andira ke bumi bukan untuk berada dengan andira selamanya di bumi.
"kenapa? Kenapa andira di buang?" lirih andira di depan bingkai foto itu
Foto ibunya yang ia dapat sebelum kejadian itu, kejadian yang begitu kelam untung di kenang.
"apa salah andira? Hikss.." ucap andira sambil menutup matanya membiarkan air mata turun begitu derasnya.
Namun tidak lama ia langsung memasang wajah datar
Kenapa ia harus menangis?
Kenapa ia sedih?
Mereka bukan siapa siapa andira, ingat itu!
Andira kembali memasukkan foto itu kedalam laci nakas, lalu mengusap bekas air matanya.
"andira bisa hidup tanpa kalian"
-----------
Rebeca almira gadis itu sekarang tengah menatap sang kakak dengan tatapan bengis ingin menerkam
"bang, lo kenapa sih? Tiap hari makin nggak sopan, bunda bisa sakit kapan aja kalo lo kayak gini mulu!"
Rebeca begitu muak dengan kelakuan kakakknya yang lebih memikirkan andira dari pada keluarganya, padahal andira sudah memutuskan hubungan mereka lalu apa yang adipra perjuangkan lagi?
"keluar!" ucap adipra datar yang kini tengah duduk di ranjangnya
"karena andira kan?" tanya rebeca dengan senyum mengejek
"bukan urusan lo!"
"BANG! KELUARGA KITA BISA HANCUR KALO LO KAYAK GINI MULU" bentak rebeca akhirnya, ia sudah muak sekarang
"bakal hancur? Bukan sudah hancur dari dulu?" tanya adipra dengan wajah yang di buat dramatis
"Ya! Hancur karena gadis murahan itu"
"jaga omongan lo rebeca!" perintah adipra, ia tidak rela jika andira di maki oleh siapapun termasuk adiknya sendiri.
"waw, lihat lo sekarang bang, lihat! Lo kayak gini cuma karena nggak bisa terima kenyataan kalo andira it---"
"STOP IT, KELUAR!" adipra sudah kehilangan kesabarannya, padahal ia tidak pernah memperlakukan rebeca seperti ini.
Rebeca terkejut bahkan memundurkan langkahnya kebelekang karena suara bentakkan itu.
"keluarga atau andira?" tanya rebeca
Adipra memalingkan tatapannya menatap rebeca, ia masih memasang wajah datar tanpa minat dengan pembicaraan ini.
"mati, puas lo?" ucap adipra dan berakhir pergi ke dalam kamar mandi.
"kalo andira yang mati gimana?" tanya rebeca sambil bersedekap dada
Langkah adipra terhenti lalu memutar tubuhnya menatap sang adik.
"berani lo lakuin sesuatu pada andira, jangan harap gue bisa hidup di rumah ini lagi" ucap adipra tenang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi
Rebeca menggepalkan tangannya menahan emosi yang sedang memuncak
Lalu ia turun menemui kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang keluarga.
Ia harus membuat andira jauh dari abangnya dalam waktu dekat dengan cara licik dan berhasil tentunya.
"tunggu lo andira!"
------------
"dokter dendra, ada pasien yang harus di operasi sekarang juga dok" ucap seorang suster yang kini sedang berdiri di depan ruangan dendra
Dendra yang sedang bahagia karena bisa pulang lebih cepat karena pekerjaannya sudah selesai langsung memasang wajah datar.
"dokter rani kemana?" tanya dendra karena memang ini sudah jadwal kerja rani, dendra hanya tinggal melakukan visit habis itu pulang.
"dokter rani sekitar 20 menit lalu minta izin pak karena anaknya sedang sakit" jelas suster itu
Dendra membuang nafas pasrah, terpaksa dia harus melakukan tugas mulia lagi, ini adalah kewajibannya.
"baiklah, siapkan ruang operasi secepatnya saya akan kesana sekarang" perintah dendra
Dendra dengan segera mencuci tangannya agar steril lalu memasang pakaian khusus untuk operasi, namun sebelum itu ia harus menelpon istrinya dulu.
Dendra meletakkan ponsel di telinga kanan seraya menyibukkan diri dengan memakai segala apa yang dia perlukan
"dokter ruang operasinya sudah selesai" suara intruksi itu mengagetkan dendra dan sangat tidak sengaja ia harus memutuskan telepon yang belum tersambung itu.
Setelah hampir 45 menit berkutat dengan alat alat medis akhirnya dendra bisa keluar setelah berhasil menyelamatkan nyawa satu manusia
Kadang ia menertawakan dirinya sendiri di saat dulu ia begitu ingin membunuh seseorang dan sekarang malah ia ingin menyelamatkan manusia.
Mungkin karena disa ia berubah seperti ini
Ngomong ngomong soal disa..
"ouu shit! Disa pasti marah karena nggak ngabarin" umpat dendra dan langsung mengambil ponselnya yang kini tertera barisan panggilan tidak terjawab dari
? My wife missed you 16. 17:21
? Biang onar tapi sayang missed you 55. 17:25
Massage from biang onar tapi sayang
"ayah siap siap tidur di luar sebentar malem, bunda ratu lagi ngambek ?"
Dendra melepaskan napas jengah ketika melihat miscall arkana yang paling terbanyak dan lihatlah ia mengirim pesan ejekkan untuk dirinya.
"awas kamu arkana!" umpat dendra sambil mengusap wajahnya frustasi
Bagaimana nanti ia akan membujuk disa?
Tok... Tokk
Baru saja dendra ingin beranjak pergi suara ketukkan pintu kembali terdengar, jangan bilang jika ada pasien lagi ya Allah
"masuk!"
"permisi dok, saya kesini bersama dokter bedah baru untuk menambah dokter bedah di rs ini, ia ingin menemui anda" ucap asisten dokter dendra
"hm, silahkan" ucap dendra pasrah
Ia kembali duduk di kursi dokternya, padahal ia sudah ingin bertemu dengan disa secepatnya.
"hai dokter dendra" sapa seorang wanita yang memakai jas kedokteran yang kini tengah berdiri tepat di depan dendra.
Dendra mendongak dan menatap wanita itu dengan tatapan terkejut.
"dokter fitri?" ucap dendra terkejut
-----------
Disa kini tengah duduk bersama arkana di sofa yang sengaja arkana letakkan tepat tidak jauh dari arah pintu masuk, supaya jika dendra sudah tiba akan langsung mereka semprot dengan ucapan ucapan mematikan.
Arkana tertawa dalam hatinya ketika melihat sang bunda yang sudah tidak sabar menunggu bang toyib tiba ckck
"lain kali kalo ayah pulang terlambat, kita siapin tempat duduk di depan pintu gini ya bun" ucap arkana seraya memakan popcorn yang berada di tangannya karena sebentar lagi ia akan melihat film yang sangat menarik.
"jangankan di sini, bahkan bunda akan langsung nunggu di depan pos" ucap disa
Ceklek
Pintu rumah kini terbuka perlahan lahan dan kini nampaklah seseorang yang mereka tunggu dari tadi, arkana langsung tersenyum lebar sambil mencomot popcorn.
"kok gelap?" tanya dendra bingung karena rumahnya begitu gelap tidak seperti biasa.
Ia tidak tau saja itu adalah rencana arkana supaya jika ayahnya menyalakan lampu maka ia akan mendapatkan tatapan tajam dari disa.
Waah ini sangat seruu
Tak
Lampu menyala dengan begitu terangnya menyinari seluruh ruangan.
Dendra tersenyum lalu mengalihkan tatapannya menatap ke depan dan..
"masih ingat rumah" sembur disa yang membuat dendra terkejut sampai melangkah mundur karena terkejut.
"sa-sayang" ucap dendra gugup lalu menatap sang anak yang kini tengah tersenyum jahil ke arahnya sambil memakan popcorn
Dan apa ini, kenapa mereka duduk di sofa tepat di depan pintu?
Dendra langsung menatap sengit arkana, ini pasti ulah bocah itu! Dasar ucup.
Disa berdiri dari tempat duduknya mulai berjalan mendekati dendra dengan memegang pinggang layaknya ibu ibu kalau lagi marah.
Film sudah di mulai arkana
"janjinya tadi apa?" tanya disa kepada dendra dengan mata yang melebar.
"pulang cepat"
"oo, pulang cepat sekarang berpindah 2 jam ya? Hm?"
"tadi ada operasi mendadak yang" lirih dendra sambil meletakkan tasnya ke lantai supaya ia bisa memegang tangan disa.
"nggak usah pegang pegang" ucap disa
"ayah mau arkana bantu?" ejek arkana
Dendra hanya menatap arkana sekilas lalu beralih menatap istrinya tersayang.
"maaf sayang, janji deh nggak bakal di ulangin lagi"
"tidur di luar"
Dendra cengo menatap sang istri tidak percaya, jatatit gimana dong?
"yaa, jangan gitu dong sayang, nanti aku dapet jat--- Aww"
"jaga omongan, ada arkana" bisik disa setelah berhasil menyentil bibi dendra.
"udah sana makan habis itu mandi, terus bawa guling kamu keluar" lanjut disa dan langsung pergi meninggalkan dendra yang sedang memasang wajah sedih.
Arkana langsung mengerucutkan bibirnya karena film selesai begitu saja.
"yaa, kok endingnya gini sih? Padahal kan lebih greget bagus" ucap arkana lesu.
"kamu ajarin apa bunda kamu? Ha?" tanya dendra sengit kepada sang putra.
"hehe, cuma dikit kok yah, selamat ya ayah tidur bareng nyamuk malam ini haha" ejek arkana dan langsung berlari pergi menuju kamar
