Bab 7 rebeca almira
Pengkhianat emang tidak
Jauh dari orang orang yang
Kita kenal
~andira~
----------
"BUNDAAA" suara itu kembali menggelegar di dalam rumah, membuat sepasang suami istri terlonjak kaget di ruangan makan.
Dendra menggertakan giginya kesal dengan kelakuan anaknya itu, ganteng ganteng tapi kayak anak bayi cewek yang nggak bisa jauh jauh dari induknya.
"KALO MAU NYARI BUNDA, TURUN!!! JANGAN TERIAK TERIAK KAYAK ORANG YANG KEHILANGAN INDUKNYA!" bentak dendra akhirnya, ia harus melepaskan emosinya sekarang, dasar anak itu!
Arkana terkejut bukan main, dendra yang biasanya hanya diam menatapi dirinya dengan wajah datar kini tengah berteriak melawan suaranya yang telah mengejutkan semua orang.
"IH AYAH JANGAN BENTAK ARKANA, ARKANA TAKUT IH" rengek arkana yang masih tetap di lantai atas.
"TURUN!!!"
"BENTAAAR AYAH"
Disa? Dia melihat aksi teriak teriak mereka dengan wajah pasrah tanpa stamina, ia menutup telinganya dengan kedua tangan bisa bisa gendnag telinganya pecah seketika.
Mendengar teriakan mereka mulai mereda disa menurunkan tangan dari telinganya, lalu menatap sang suami yang sedang memasang wajah garang.
"yah, mimik wajahnya jangan kayak gitu" tegur disa
"lagian juga tuh anak nggak pernah satu hari diam diam baee"
"kan udah tau arkana emang kayak gitu, jangan di ambil hati"
Dendra membuang nafas panjang "iyaaa"
"jangan sampai arkana tau ya yah!"
Dendra langsung menatap disa seketika, ia terkejut mendengar pernyataan itu.
Astaga dendra kau ceroboh sekali!
Mengerti dengan keterkejutan dendra, disa langsung mengusap punggung tangan dendra.
"nggak papa kok, arkana pasti nggak bakalan tau, jangan di ulangi lagi ya?"
Dendra menganggukkan kepalanya mengerti.
Dendra harus bisa mengontrol emosinya, takut jika arkana mengetahui kalau dendra pernah memiliki jiwa iblis yang menakutkan.
Dan ia tidak akan pernah siap jika arkana akan menjauhinya hanya karena dendra seorang psikopat.
Kini terlihatlah arkana turun dengan wajah yang menunduk seraya memainkan kuku kuku tangannya.
Ia memilih berdiri di depan tangga yang tidak jauh dari ruangan makan, takut jika dendra akan memarahinya lagi.
Melihat jika sang putra hanya terdiam di sana, dendra ber inisiatif untuk memanggilnya.
"duduk!" seru dendra dengan suara yang cukup menakutkan
"iya ayah" jawab arkana menurut dan masih tetap menunduk takut.
"mau makan apa ar?" tanya disa lembut.
Arkana menoleh kepada disa tanpa menatap sang ayah, untunglah disa sedang tidak duduk bersama ayahnya kalau tidak, pasti manik mata mereka akan bertemu.
"roti tawar sama cokelat nutella" ujar arkana dengan suara bising, karena takut ayahnya bakal marah lagi kalau arkana berteriak.
Sekitar dua menit terjadi keheningan akhirnya di buka dengan dendra yang ingin pamit bekerja.
Dendra berjalan ke arah disa lalu mencium keningnya dan pamit ingin ke rumah sakit.
"jangan pulang lambat ya yah?" ucap disa.
"di usahain" dendra berjalan mengambil tas kerja dan jas dokternya lalu melenggang pergi tanpa menoleh ke arah arkana.
Arkana menatap punggung sang ayah dengan tatapan sendu, ayahnya sedang ngambek!
"ayah, ar minta maaf" ucap arkana lirih.
"hm" jawab dendra dan langsung menghilang dari balik pintu.
"bundaaa" rengek arkana kepada disa ketika melihat ayahnya seperti itu.
Disa menggelengkan kepalanya, dendra masih belum bisa mengontrol emosi dengan baik.
"nggak papa, ayah mungkin lagi banyak pikiran jadi kamu jangan ganggu ayah dulu, oke?"
"terus arkana berantemnya sama siapa dong?"
"ajak jion ke rumah aja"
"yaudah deh, ar pamit ke sekolah dulu, assalamualaikum"
Cup
Disa tersenyum "waalaikumsalam"
-----------
Andira memulai paginya dengan bersih bersih rumah karena sudah beberapa hari ini andira tidak terlalu memikirkan keadaan rumah
Walaupun ini hanya rumah pemberian dari ibu pengurus panti asuhan tempat ia tinggal dulu, andira harus tetap menjaga rumah ini sebaik mungkin.
"habis ini mau ngapain?" tanya andira meratapi nasibnya yang libur selama tiga hari.
Libur karena di liburkan masih untung, lah ini libur karena di skors dari mana untungnya coba!
Tok... Tok
Atensi andira teralihkan di arah pintu depan, siapa yang bertamu pagi pagi? Jangan bilang arkana! Oh no, kau terlalu pd andira.
Ia memilih berjalan menuju ke depan, membuka pintu untuk tamunya.
Pintu perlahan terbuka dan kini terlihatlah seorang gadis remaja lengkap dengan baju abu abunya khas anak SMA.
Andira menatap datar ke arah tamunya ini, enak sekali dia kesini?
Dia tau rumah andira dari mana? Dan mengapa mereka pindah di jakarta? Astaga keluarga yang penuh dengan drama
Gadis itu memilih tersenyum tapi memiliki arti penting, ia menatap rumah andira dari atas sampai bawah, tatapan seperti merendahkan mungkin.
"ngapain?" tanya andira sinis.
"santai, gue nggak bakal lama di sini" ujar gadis itu.
Andira memutar bola matanya malas seraya melipat tangannya di depan dada.
"lo bisa nggak sih jangan pernah lagi muncul di depan bang adip?" tanya rebeca sinis.
"gue nggak ngerti!" ucap andira masih dengan wajah datarnya tanpa mempersilahkan tamu itu masuk.
Cih! Jangankan masuk, andira bahkan nggak sudi jika gadis itu berdiri di depan rumahnya.
"keluarga gue hancur itu gara gara lo, seharusnya lo nggak datang di dalam kehidupan kami, ini semua pasti nggak bakal serumit ini!" gertak rebeca.
Andira tersenyum sinis! Ternyata rebeca memang munafik, beda dengan rebeca yang ia kenal dulu sebagai sahabatnya.
"kalaupun gue bisa milih takdir, gue nggak akan pernah milih masuk di kehidupan kalian!" balas andira.
"omong kosong, gue tau otak licik lo itu!"
Andira menghela nafas sabar.
"lo kalo cuma mau adu bacot mending pergi deh, gue nggak mau ngotorin mulut gue cuma karena ladenin lo yang nggak tau tutur kata lembut" usir andira.
Rebeca geram dan mulai mengangkat tangan kanannya untuk menjambak rambut andira.
Dengan sigap andira mengambil tangan rebeca dan menghempasnya dengan kasar.
"gue rasa lo lupa deh kalo gue pernah patahin tangan orang" ucap andira tenang
"dan satu lagi, jangan pernah nunjukkin wajah kalian di hadapan gue, nggak sudi lihat wajah munafik kalian itu" gertak andira dan langsung menutup pintu rumahnya.
"tunggu aja, gue bakal buat hidup lo sengsara andira!" gumam rebeca
Di balik pintu itu, andira kembali merenungkan nasibnya yang seperti ini, sahabat yang dulu ia percayai ternyata berubah menjadi orang yang tidak ingin andira untuk hidup.
Dan lelaki yang paling andira sayangi sekarang berubah menjadi lelaki yang sangat andira benci, takdir mampu mengubah semua yang baik menjadi sebuah kejahatan!
Andira benci ini!
-----------
"oy bro, tumben lo kagak main!" tanya jion kepada arkana yang kini duduk lemas dengan tatapan lurus, kayak punya masalah besar!
"nggak nafsu" jawab arkana tanpa menatap sang lawan bicara.
Jion sedikit terkejut dengan jawaban arkana, ia mulai berfikir bagaimana cara untuk membuat arkana supaya terlihat seperti biasa.
"gue kasih link mau nggak?" bisik jion tepat di telinga arkana.
Arkana menyatukan keningnya bingung, kenapa pembicaraan mereka sudah melenceng ke link?
"maksudnya" tanya arkana yang kini menatap jion dengan tatapan bingung
Jion memutar bola matanya jengah lalu menghela nafas kasar.
"kan tadi lo bilang, lo lagi nggak nafsu jadi gue ber inisiatif membangkitkan nafsu lo dengan cara ngasih li--- AWWS BANGSAT"
arkana langsung memukul kepala jion dengan telapak tangannya yang besar jika di kepal.
"ternyata definisi nafsu di hidup lo itu cuma satu deskripsi ya ji, itu pun mesum anjir, Neraka bangga punya calon penghuni kayak lo"
Jion masih asik mengusap kepalanya yang berdenyut karena pukulan dari arkana, ternyata membangunkan jiwa yang arkana miliki akan sesakit ini.
"sok polos lu" umpat jion
"ya karena lo gue udah nggak polos lagi!" gertak arkana.
"lo kenapa sih? Dari tadi ngegas mulu malah main tangan lagi, sakit diriku ini menjadi pelampiasan mu babang"
Arkana mengalihkan tatapannya menjadi ke depan.
"gue di diemin ayah" ujar arkana akhirnya.
"bffft" jion menahan ketawanya.
"kenape lo?"
"ya bagus dong kalo ayah dendra diemin lo, maka lo nggak punya teman buat baku hantam di di dalam rumah, hahaha"
PLETAK
"AWWW, LO HOBI BANGET SIH NYIKSA GUE AR"
"lo bilang kan gue nggak bakal punya teman di rumah? Gimana kalo lo yang ke rumah gue entar malem?"
"OGAH" tolak jion mentah mentah
"HARUS"
"EMANG LO SIAPA NYURUH NYURUH GUE"
semua siswa siswi yang berada di dalam kelas itu manatap arkana dan jion dengan tatapan bingung seraya menutup telinga mereka.
"LO BERDUA KALO MASIH RIBUT LAGI, GUE BAKAL TAGIH UANG KAS KALIAN YANG NGGAK PERNAH DI BAYAR SELAMA 2 BULAN TERAKHIR" gertak sang bendahara melerai keributan itu.
jion dan arkana terdiam lalu menatap sang bendahara yang kini tengah mengipaskan buku album yang biasa ia pakai untuk mendata keuangan kelas.
Memang benar arkana dan jion paling pelit buat ngumpulin uang kas, padahal hanya seribuan sehari, dasar anak horang kaya!
"ya Allah kenapa hari ini hidup hamba se sial ini" ucap jion meratapi nasibnya yang kelewat sial.
