Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 hujan

Keluarga yang arkana

Miliki hanya menjadi

Ilusi jika aku yang memilikinya

~andira camelia~

~oo0oo~

Andira berlari menyusuri jalan yang amat sepi karena hujan yang turun dengan cukup lebat.

Bisakah hidup ini sedikit adil kepadanya? Kenapa selalu ia yang tersakiti? Dan kenapa dia bisa hadir di bumi ini? Kenapa?

Hujan, dia hadir di bumi karena manusia membutuhkannya, tetapi andira? Bahkan sepercik debu pun enggan memilikinya.

Andira menatap air hujan yang turun dari atas langit dengan wajah yang begitu datar tanpa ekspresi, ia harus tenang!

Ini yang andira suka dari hujan, ia mampu menenangkan andira ketika andira dalam masalah.

Hujan itu teduh dia bisa memberikan kenyamann tersendiri untuk seseorang yang ingin keteduhan.

Ia tidak datang untuk mengantar penyakit, ia datang untuk memberi manusia kehidupan.

Andira menatap kecut ke arah depan "semua yang gue lakuin sia sia" ucapnya lirih.

Kenapa takdir mempertemukan mereka lagi? Apa yang takdir mau sebenarnya? Ingin melihat dirinya menderita lagi? Oh astaga ia sudah cukup menderita selama ini.

Andira duduk di pinggir jalan seraya merasakan air yang jatuh mengenai dirinya, ini sangat menyenangkan! Ia tidak peduli jika nanti dia sakit atau apa, toh ia memang sering tersakiti.

Ketika andira semakin mendalam merasakan rintikan hujan mengenai dirinya, tiba tiba ada sesuatu entah apa yang menutupinya dari atas.

Andira membuka matanya lalu mendongak melihat apa yang sudah menutupi atas kepalanya ini.

"ayo, gue antar pulang" ajak lelaki itu yang kini sedang memegang payung tepat di atas kepala andira.

"arkana?" ucap andira terkejut, mau ngapain arkana di sini.

Jangan bilang arkana melihatnya sedang menangis tadi? Oh no! Andira tidak ingin di kasihani, ia tidak mau ada orang yang sok baik padanya tapi busuk dari segala penjuru.

"lo mau natap gue terus? Ato gue derek sampe masuk ke dalam mobil?" ancam arkana yang jengah ketika melihat gadis itu tidak ada pergerakan sama sekali.

Andira berdiri mensejajarkan tingginya dengan arkana lalu menatap arkana dengan tatapan datar.

"jangan sok nagtur ngatur gue" ketus andira.

Arkana terkejut dengan bentakan itu, lah tadi ni cewek nggak kayak gini waktu bicara dengannya pas di sekolah? Kenapa berubah?

Tetapi arkana langsung mengganti wajah terkejutnya itu dengan wajah yang datar!

"gue nggak ngatur lo! Gue cuma mau anterin lo pulang, emang gue salah baik sama orang? Oh, ato lo yang nggak pernah di baikkin?" ucap arkana.

Andira samar samar mendengarkan kalimat yang arkana lontarkan, kepalanya tiba tiba terasa berat dan di tambah lagi ia sudah kedinginan.

"lo---"

Brukkk

Andira jatuh tepat di depan arkana, arkana melihat itu cukup terkejut.

Wajah pucat gadis itu semakin bertambah karena kedinginan, arkana melepaskan payungnya lalu menggendong gadis itu ke dalam mobil.

Ia butuh ayahnya sekarang!

Tapi tunggu dulu, kenapa arkana begitu khawatir? Dan kenapa tadi dia mau nganterin gadis aneh ini?

Sabodo lah, nyawa orang ini! Harus di tolongin.

------------

Dendra kini sedang memeriksa teman arkana dengan keahlian dokternya, tetapi di pikiran dendra sekarang yaitu, arkana dapat dari mana gadis ini? Dan kenapa gadis ini bisa pingsan?

"kamu apain anak orang ar?" tanya disa

"hujan yang ngapa ngapain dia bun" jawab arkana.

"kok hujan?" tanya dendra heran

"iya dia basah basahan di jalan, terus arkana samperin, eh malah pingsan, arkana pikir dia mau modus tapi nggak deh kayaknya" jawab arkana sekenanya.

"siapa juga yang mau modus sama kamu? Malahan kamu kan yang modus sama dia?" tuduh dendra kepada arkana seraya melepaskan tetoskop yang ia gunakan untuk memeriksa.

"ayah mah main nuduh nuduh aja, arkana kan ganteng mana mau modusin cewek datar kayak dia"

"awas loh kemakan omongan sendiri" ucap dendra.

Disa menggelengkan kepalanya melihat perdebatan yang sedang terjadi, memang kedua pria ini susah sekali untuk akur dalam beberapa menit.

"bisa nggak sehariii aja! Bunda nggak dengerin perdebatan yang unfaedah kalian?" tanya disa dengan wajah memohon.

"bisa kok bun, kalo nih anak di kirim ke luar negri" ujar dendra

Sebenarnya arkana itu akan sekolah di luar negri sesuai permintaan raihan kakeknya, tapi ya namanya arkana yang manja memang nggak bisa jauh jauh dari bunda disa.

"bunda ayah tuh, masa arkana bakal di kirim ke luar negri" rengek arkana

"emang harusnya kamu disana"

"ayah aja yang pergi"

"ayah kan kerjanya di sini"

"arkana juga sekolah kan di sini" jawab arkana tidak mau mengalah

"tapi kan bisa sekolah di sana"

"ayah juga bis----" mereka langsung terdiam.

"STOP!  ya Allah lama lama bunda kirim ya kalian berdua ke luar negri, sehari aja nggak ada tuh adem dikit pasti ribut mulu, ih pengen bunda goreng ya ampun" geram disa.

Mereka tertunduk takut, akhirnya jinak juga! Syukur lah

"namanya siapa?" tanya disa lagi

"andira bun, dia gadis yang arkana ceritain ke bunda, yang nabrak arkana terus yang jatuh malah arkana" lapor arkana.

"ya itu kan salah kamu juga"

"iya bunda"

"habis ini anterin dia ke rumahnya ya ar, kasihan" pinta bunda disa.

Andira samar samar dapat mendengarkan percakapan mereka, ya! Andira mulai sadar.

"shhh" ringus andira sambil memijit pelipisnya.

Arkana yang sedang berwajah bahagia langsung mendatarkan wajahnya, bisa berabe jika ada yang tau kalau arkana juga bisa tersenyum kecuali jion sih.

"eh udah sadar, gimana sayang kamu baik baik aja?" tanya disa lembut kepada andira.

Arkama terdiam, terpaku dan cemburu! Oh no! Bundanya nggak bisa manggil sayang ke orang lain selain dirinya dan ayah, nggak boleh titik! Tapi? Cara bilangnya gimana? Masa iya arkana merengek di sini kek bayi? Aiss dasar gadia datar.

Beda dengan andira, ia menatap disa dengan tatapan yang penuh arti, ia tidak menyangka jika masih ada yang bisa memanggilnya dengan ucapan lembut seperti itu, arkana sangat beruntung!

"eh---maaf tante ngerepotin" ucap andira sungkan.

"nggak papa kok, kamu ganti baju punya tante dulu ya sayang, kasihan kamu basah, nanti arkana yang bakal anter kamu pulang" ujar disa lembut.

Andira menyampingkan tubuhnya untuk melihat ke arah arkana, tatapannya yang penuh arti kini berubah menjadi tatapan tajam ketika melihat arkana, entahlah! Pokoknya andira harus ber hati hati dengan manusia spesies kayak arkana ini.

"ngapa lo natam gue kek gitu?" jutek arkana.

"ar" tegur disa langsung, lalu tersenyum kembali ketika ia melihat andira.

"ayo tante antar ke kamar buat ganti baju" ajak disa dan mereka langsung melangkahkan kakinya untuk ke kamar.

Arkana menatap sinis ke depan, arkana sedang cemburu sangat cemburu.

Dendra melihat wajah arkana yang sudah memerah menahan cemburu langsung tertawa sambil memegang perutnya.

"hahaha" gelak tawa dendra terdengar.

Arkana menatap sengit sang ayah!

"diam ayah"

"yang nggak mau minta adik gimana kabarnya? Sakit kan nahan cemburu? Lebih baik adik kamu sendiri yang kek gitu dari pada orang lain" goda dendra.

Itulah alasan mengapa arkana menjadi anak tunggak di keluarga mereka, karena arkana tidak mau mempunyai adik bahkan disa dan dendra sudah membujuknya susah payah untuk mau memiliki adik, tapi alasan arkana tetap sama, ia tidak mau bundanya terbagi.

Pernah suatu hari dendra bohongin arkana, katanya disa hamil dan di dalam perut disa ada dedek bayi cantik, arkana di situ masih berumur 7 tahun dan pasti sudah bisa mengerti dengan keadaan, di saat dendra bilangin kalau disa hamil, arkana langsung lari dari rumah dan lebih payahnya lagi arkana lari di rumahnya andika buat ngelapor kelakuan dendra.

Pokoknya arkana tidak mau bunda disa terbagi! Sudah cukup ayahnya dan dirinya untuk bunda disa.

Tapi tunggu dulu, bener juga kata ayah, lebih baik adik sendiri dari pada orang lain yang deket sama bunda.

"woi diam bae lo cup"

"ayah nama aku itu arkana bukan ucup atau cup"

"siapa suru masih bayi cuma 'cup cup' doang yang bisa di omongin" ejek dendra.

Memang waktu kecil arkana hanya bisa ngomong ucup atau cup, karena dia masih bayi! Ingat masih bayi.

"itu kan masih bayi ayah, awas aja kalo arkana dapet aib punya ayah, arkana ejekin sampe ayah kesel!" ancam arkana.

"ayah mah nggak ada aib" sombong dendra.

"beneran? Kalo arkana nanya sama bunda gimana?"

Dendra terdiam memikirkan apakah dia memiliki aib? Dan kalo pun ada pasti disa juga tau itu, bisa habis harga dirinya di depan anak sendiri kalo kayak gini.

"lah malah diam! Ayah takut kan? Bun----" goda arkana tetapi belum sempat ia memanggil bundanya, dendra sudah membekap mulut arkana dengan sekuat tenaga.

"mmmmm" rengek arkana yang kini sudah di dekap oleh dendra.

Mereka seperti anak kecil yang sedang bermain di sofa, ya ampun anak dan ayah itu!

Bahkan disa dan andira yang baru saja menuruni tangga terkejut dengan pemandangan dimana dendra sedang menyekap arkana di bawahnya, disa menggelengkan kepalanya heran dengan mereka berdua.

"kalian kenapa sih? Masih berlanjut debatnya"

Arkana yang melihat bundanya turun dari arah tangga langsung berusaha melepaskan tangan ayahnya yang berada di mulutnya.

"bun---mmm" belum sempat arkana membuka suara dendra sudah langsung menutupinya kembali!

Ya allah bahkan arkana lupa kalau di sana ada andira, kalau sampai andira tau sifat arkana yang sebenarnya gimana? Ah sabodo lah, ia harus mencari senjata yang ampuh buat ngalahin ayahnya ini.

"den, kasihan anaknya, udah merah tuh, habis nafas nanti" ujar disa yang melihat anakanya seperti tersiksa seperti itu, arkana juga tau tau ayahnya seperti itu masih aja di ejek!

Dendra tertawa kecil lalu melepaskan tangannya yang sedang menutupi mulut arkana.

"huuf hufff huuuf" nafas arkana tersengal sengal.

"arkana hampir mati yah" lanjut arkana berbicara.

"itu akibatnya, kalo ejek ayah terus" ucap dendra dan langsung pergi menuju kamarnya untuk mengganti baju.

Arkana mendelik "iss, awas aja"

"udah, nanti di lanjut lagi ya berantemnya, sekarang kamu antar andira pulang dulu" seru disa.

Arkana menatap andira dengan tatapan dingin dan datar.

"ayok" ajak arkana yang sudah langsung melenggang pergi keluar.

Andira menatap punggung arkana dengan tatapan tajam, dasar pria bunglon!

"andira pamit dulu ya tante, assalamualaikum" pamit andira.

"iya waalaikumsalam, kapan kapan mampir ke sini ya sayang" ujar disa lembut.

Andira membalas itu dengan senyum yang lembut juga, sungguh arkana begitu beruntung mempunyai wanita selembut bunda disa ini.

"insha allah tante"

-----------

"dimana?" tanya arkana singkat setelah hampir 15 menit mereka hanya dia tanpa suara.

"jalan melati, kompleks N, ruamah warna putih" jawab andira sekenanya.

Rumah? Bukannya dia tinggal di panti asuhan? Mungkin dia cuma mampir waktu itu, dan nggak mungkin juga arkana menanyakan tentang hal ini.

"lo ada masalah apa sama adip?" tanya arkana tanpa berfikir panjang, ya ampun arkana sejak kapan lo berubah jadi orang kepo seperti ini.

"bukan urusan lo!" ketus andira

"lo ya gue baik baikkin malah nyolot, mau lo apa sih?" tanya arkana frustasi dengan andira, padahal kan dia baik baik aja kenapa andira seperti ini.

"yaudah berhenti baikkin gue, gampang kan?" jawab andira tanpa melihat ke arah arkana.

"baru kali ini gue ketemu orang yang nggak mau di baikkin" gumam arkana pelan tapi masih bisa di dengar sama samar oleh andira.

"stop" peri tah andira, karena memang ini sudah di depan rumahnya.

Andira melepaskan steatblet lalu melongos keluar dari mobil.

Ia menutup pintu mobil arkana dengan sedikit kencang tanpa mengatakan terima kasih.

Bahkan arkana pun terkejut bukan main, wanita nggak ada lembut lembutnya.

"dasar aneh!" umpat arkana dan langsung menancapkan gas mobilnya.

Arkana menatap rumah andira sekilas, rumah yang cukup kecil tapi masih layak di huni, tapi kenapa kayak sepi gitu? Orang tuanya dimana?

Bodo amat, orang kayak dia di pikirin mulu, sabodo!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel