Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 dia yang sebenarnya

Dia siapa

~arkana~

~oo0oo~

Pagi ini arkana tengah di sibukkan dengan perlengkapan untuk ia main futsal nanti di sekolah, bodohnya ia tidak menyiapkan itu dari semalam karena sibuk mencari tahu tentang seorang gadis yang misterius itu.

"sepatu gue dimana, argh" geram arkana karena sampai sekarang ia tidak menemukan sepatu futsalnya.

Hari ini sekolah mereka akan melawan SMA bina bangsa dan ia harus menang untuk melawan musuh bebuyutannya itu, ya! Arkana dan kapten futsal sma bina bangsa memang bermusuhan.

"ar, jion udah nungguin di bawah, cepat turun" pinta disa, ia heran dengan anaknya itu tumben sekali tidak mencari dirinya, kenapa dengan arkana?

"iya bunda, dikit lagi arkana turun kok" jawab arkana.

"tuh anak kenapa bun?" tanya dendra

"tau, tumben aja kek gitu, biasa kan dia manggil manggil aku, tapi sekarang kek gitu, heran"

"paling lagi nyari barang yang hilang" sahut dendra sambil mengoleskan selai di atas roti tawarnya.

"memang ya tuh anak, nggak bisa disiplin sama waktu, tau tau mendesak, nggak di urus dari semalam"

Belum sempat disa menaiki tangga untuk menyusul putranya, arkana sudah turun duluan dengan langkah yang tergesa gesa.

"udah selesai" tanya disa.

"udah kok, tapi maaf ya bun, kamar arkana udah kayak kapal pecah, hehe"

Disa berkacak pinggang ketika mendengar permintaan maaf itu, apa apaan kamar sudah menjadi kapa pecah? Dasar anak mudah.

"KAMU..... " belum sempat disa menyemprot arkana dengan ceramah, anak itu sudah langsung nyosor mencium pipi disa dan langsung pergi karena terburu buru.

Muach

"jangan dulu marah marah bunda sayang, doain anak mu ini bakal menang futsal nanti" ucap arkana dan langsung beralih kepada ayahnya untuk salim.

"assalamualaikum ayah, arkana pergi dulu"

"waalaikumsalam, udah sana pergi" usir dendra.

"yee cemburu lagi tuh" goda arkana dan langsung pergi menghampiri jion yang sudah karatan menunggu dirinya.

"lama banget lo anjing" sarkas jion kepada arkana yang baru saja sampai.

"sans bangke, gue nggak sempet atur barang semalem"

"serah"

"ye ngambek lo kayak ibu ibu yang nggak di kasih jatah"

"bangsat"

----------

Tes tes, assalamualaikum warahmattulahi wabbarokatu, baiklah karena waktu sudah menunjukkan pukul 09:00 jadi acara pertandingan futsal antar sekolah bina bangsa dan cakrawala akan segera di mulai, mana pendukungnya SMA cakrawala?

"huuuoooouu" suara suporter menggema senatero sekolah

SMA BINA BANGSA?

"huuuuoouu"

Baik untuk para pemain di persilahkan masuk lapangan

Disana terlihatlah dua pasukan pemain futsal dari dua sekolah.

"wow ar, apa kabar bro?" tanya adipra selaku kapten dari tim SMA bina bangsa dan yang lebih spesifiknya adipra adalah musuh bebuyutan arkana semenjak ia menang melawan adipra dulu, anak pemilik sekolah bina bangsa itu memang sangat susah untuk mengaku bahwa dia kalah!

"seperti yang lo lihat" sahut arkana santai.

"siap untuk kalah" tanya adipra sinis

"siap untuk malu lagi?" ini lebih sinis

Priiit

Permainan di mulai bola sekaramg di kuasai oleh SMA bina bangsa, strategi yang cukup cerdik.

Arkana berlari berusaha merebut bola dan ya! Berhasil, ternyata cara penguasaan bola mereka harus lebih di latih lagi.

Arkana menggiring bola dengan sangat telaten berusaha fokus untuk memasukkan bola ke dalam gawang.

Dan

Goool!

"huooouuu" teriakan para siswi sma cakrawala kembali menggema di seluruh penjuru sekolah

Arkana tersenyum miring ketika mendapatkan wajah cemberut adipra.

-----------

Seorang gadis yang baru saja sampai di sekolah begitu terkejut ketika melihat sekolah cukup sepih dari lapangan upacara, namun ia bisa mendengar suara teriakan siswa siswa dari lapangan futsal.

Dia melirik jam tangannya, lalu menyerngit heran, mengapa sekolah begitu berisik di jam 9 pagi? Biasanya pasti di dalam kelas dan tadi di gerbang pun tidak ada yang menjaga beruntunglah dirinya karena tidak mendapatkan hukuman karena terlambat

Gadis itu memegang jidatnya "ou shit! Gue lupa hari ini kan ada pertandingan futsal, tapi gue nggak tau lawan mainnya SMA apa" ucap gadis itu.

Ia memilih pergi ke dalam kelasnya untuk mengantar tas, ia sering kali lupa jika ada kegiatan di sekolah karena ia memang baru di sini.

ternyata kelas pun sepih dan yang paling mendominasi ributnya memang dari arah lapangan futsal, dari pada ia mati bosan di sini lebih baik pergi untuk melihat pertandingan.

Andira berjalan menyusuri lorong sekolah untuk menuju lapangan, sampainya ia di sana ternyata banyak sekali siswa yang sedang menonton bahkan ada siswa yang memakai baju couple dan tali rapia yang di bikin supaya bisa menjadi hiasan di tangan mereka

Alay

Gadis itu melompat lompat supaya bisa melihat siapa saja yang menjadi lawan sekolahnya.

Namun lompatannya terhenti ketika mendengar arahan dari mic

Priit

Pertandingan selesai dengan scor 4:2 yang di menangi oleh SMA cakrawala.

"huuuuuuoooouuuuu" suara ribut yang sangat meriah itu membuat telinganya cukup sakit.

Gadis itu tidak suka keramaian.

Semua siswa siswa yang berada di lapangan langsung bubar ketika bel istirahat telah berbunyi tapi tidak dengan gadis itu, ia memilih diam di tempat untuk melihat para pemain.

Di saat yang tersisa hanya para pemain, ia dapat melihat di sana tengah berada dua pria yang saling adu bacot mungkin, tapi ia bisa melihat cowok yang kemarin yang ia tabrak, oh tidak! Dia yang menabrak.

"arkana" ujar gadis itu pelan, ya! Dia mengetahui nama arkana karena arkana cukup famous di sekolah.

Gadis itu masih saja berdiri di tempatnya, entahlah ia enggan untuk pergi dari sini.

Namun ketika arkana dan lelaki yang baru saja beradu bacot dengannya berbalik badan, ia dapat melihat wajah lelaki itu dengan sangat jelas ternyata lawan bicara arkana dia?

Gadis itu terpaku, sorot matanya menandakan ketakutan yang mendalam ketika melihat pria itu lagi, bagaimana bisa ia kecolongan dan kembali di pertemukan dengannya?

Arkana menyerngit bingung ketika melihat adipra dan gadis aneh itu saling bertatapan, ada apa dengan mereka?

Gadis itu memundurkan langkahnya perlahan lahan, ia harus lari dari sini, ia tidak boleh ketahuan dan tidak mau di kenali.

Gadis itu berlari keluar lapangan.

"ANDIRA" teriak adipra dan langsung menyusul andira yang berlari ketakutan.

Arkana terkejut ketika mendengarkan adipra menyebut nama gadis aneh itu, adipra kenal dia?

Andira----batin arkana

Arkana mengikuti langkah mereka, ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara mereka berdua.

"ar, lo mau kemana?" sahut jion

"ada urusan"

"yaudah"

-----------

"ANDIRA" panggil adipra lagi

Andira menggerutu kesal ketika ia salah mengambil jalan, sekarang ia tengah terjebak di ujung koridor.

"shit"

"andira" ucap adipra yang mulai mendekat ke arah andira.

Andira berbalik badan dan langsung memasang wajah yang memerah menahan marah.

"JANGAN MENDEKAT" perintah andira sarkatis

"andira, plis dengerin gue dulu" ucap adipra berusaha meyakinkan andira dan mulai melangkahkan kakinya.

"SEKALI LAGI LO MENDEKAT, JANGAN HARAP LO BISA HIDUP LAGI!"

adipra terdiam dan langsung memasang wajah masam, andira masih belum bisa menerimanya.

Semua siswa yang melihat kejadian itu, ternganga ketika melihat ada gadis yang dengan sangat terbuka membentak anak sekolah lain yang notabennya adalah anak pemilik sekolah bina bangsa.

Arkana pun sama, ia terperangah kaget ketika melihat gadis yang datar itu sedang mengancam adipra.

"lo--"

"DIAM!" gertak andira lagi, ia ingin kabur dari sini.

Andira berusaha maju untuk kabur walaupun harus melewati adipra, namun ternyata takdir memang sedang tidak berpihak kepadanya, tangannya kini sedang di cekram oleh tangan adipra.

Andira menggertakan giginya ketika melihat ia di pegang oleh pria ini.

Andira mengeluarkan pisau dari dalam saku roknya dan mentodongkan pisau itu ke arah wajah adipra.

"aaa" teriak semua siswa yang berada di sana ketika melihat andira sedang mentodongkan pisau ke wajah adipra.

Arkana melototkan matanya, apakah gadis itu waras sehingga ia membawa benda tajam ke sekolah? Dan yang lebih parahnya lagi ia sedang berusaha membunuh seseorang.

"JANGAN SENTUH GUE BANGSAT! ATAU PISAU INI YANG BAKAL NANCAP DI PIPI LO ITU" gertak andira.

Melihat bahwa suasana mulai mencekam, arkana maju untuk melerai karena ini sekolah milik omanya dan ia tidak mau jika sekolah ini ada terjadi pertumpahan darah.

Arkana maju lalu mengambil tangan andira untuk di pegang.

"udah" seru arkana dingin

Andira menatap wajah arkana sendu.

Arkana tau tatapan itu, pasti andira ingin ia menolong andira untuk tidak lagi berdekatan dengan adipra.

"ikut gue" ajak arkana, tapi belum sempat arkana menarik andira, adipra kembali angkat bicara!

"an, gue mau jelasin semua ke lo, pliss dengerin gue dulu" ucap adipra berusaha meyakinkan.

Andira mencekram kuat telapak tangan arkana yang sedang bertautan dengan telapak tangannya.

"ssh" arkana meringis ketika menerima cengkraman itu, astaga gadis ini!

"bullshit" umpat andira sambil menatap adipra dengan tatapan penuh kemarahan.

Arkana lebih memilih menarik andira dari sini, gadis ini sudah membuat telapak tangannya sakit di tambah lagi kuku gadis itu begitu panjang, apakah dia kunti?

"an" panggil adipra lagi tapi nihil andira tidak menggubris itu!

----------

"sorry" ucap andira sambil menatap lurus ke depan, sekarang ia tengah berada di taman sekolah bersama arkana.

"lo tau salah lo apa?"

"tau, gue udah nabrak lo"

Arkana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis sangat tipis karena ia masih memasang topeng datarnya sekarang.

"lo udah bawa benda tajam ke sekolah dan mungkin lo bakal di kasi sanksi"

"terserah, gue nggak peduli"

"tap---" sahutan arkana terputus ketika mendengar suara arahan dari pengeras suara.

Assalamualaikum, atas nama andira di undang kepala sekolah ke ruangannya sekarang juga, sekali lagi atas nama andira di undang ke ruang kepala sekolah sekarang juga!

Andira menatap kecut pengeras suara itu.

"gue antar"

"ga usah"

"itu bukan permintaan"

Andira lebih memilih diam dan mulai berjalan menuju ruangan kepala sekolah, di setiap langkahnya berjalan ia mendengar bisik bisik dari sekitarnya.

"pembunuh"

"dasar psikopat"

"pasti nanti di keluarin dari sekolah"

"kok arkana jalan sama pembunuh sih, nanti kalau dia di bunuh gimana?"

Bisikan itu saling bersahutan memasuki telinga andira dan dia tidak perduli, memang dari dulu dia tidak ingin terlihat baik di depan semua orang.

Andira memasuki ruangan kepala sekolah dengan tampang datar sama seperti arkana.

Ceklek

Atensi semua tertuju ke arah pintu.

Di sana andira dapat melihat semua orang bahkan orang yang paling ia benci pun ada di dalam sana, andira membuang muka tidak ingin melihat wajah pengecut mereka.

"jelaskan andira" sahut kepala sekolah

"saya salah" ucap andira sekenanya melihat lurus ke depan tanpa menengok kiri kanan.

"tidak bu, saya yang salah" sahut adipra

Arkana semakin bingung, sebenarnya ada apa antara mereka?

"tapi walaupun kamu yang salah di sini, tetap andira yang bersalah karena membawa benda tajam ke sekolah.

Semua terdiam, arkana menatap kepala sekolah dengan tatapan memohon untuk tidak mengeluarkan surat DO untuk andira.

Kenapa gue memohon?

"bagaimana bapak dan ibu dari adipra? Apakah sanksi yang ingin kalian berikan kepada anak ini karena telah berusaha untuk melukai anak anda" ucap kepala sekolah kepada orang tua ari.

"kasus ini kita tutup saja" sahut pria yang di sebut ayah adipra kepada kepala sekolah.

Cih, andira tidak butuh pembelaan

"baiklah, kami dari pihak sekolah akan memberikan skors tiga hari kepada kamu andira" putus kepala sekolah.

"andir---" panggil bunda adipra terputus ketika andira memotong sahutan itu.

"baik bu, saya permisi dulu, terima kasih" ucap andira ramah tapi tanpa senyum.

Ia pergi berlalu dari dalam ruangan kepala sekolah dengan kepala yang terasa berat menahan isakan dan emosi.

Air matanya jatuh ketika ia sudah menutup pintu ruangan kepala sekolah.

Kenapa ia harus bertemu dengan lelaki itu lagi? Kenapa? Padahal andira berharap adipra tidak akan pernah mencarinya lagi.

Semesta? Bisakah aku bahagia hanya sekali saja? Kapan hidup ini adil?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel