Bab 3 gadis penjaga kasir
Gadis misterius
~arkana~
~oo0oo~
Arkana menuruni tangga rumahnya dengan langkah kaki yang cukup kecil seraya mengusap rambutnya yang basah dengan handuk putih.
"bundaa" panggil arkana, sebenarnya arkana sudah melihat bunda disa dari arah tangga, tetapi karena arkana rindu suara lembut bundanya jadi arkana memanggilnya.
"iya sayang, sini makan malam dulu" ajak bunda disa dengan begitu lembut, ah! Ayah dendra beruntung bisa mendapatkan wanita selembut bunda, tetapi arkana lebih beruntung karena lahir dari rahim seorang bunda disa.
"masak apa bunda?" tanya arkana
"masak makanan lah masa batu" jawab disa dengan kekehan.
"ih bunda udah mulai humoris ya" ucap arkana dan langsung mendudukkan bokongnya di bangku
"bun" teriak seseorang dari lantai atas tepat dimana kamar dendra dan disa berada.
"iya?"
"celana pendek selutut ayah dimana ya? Kok nggak ada?" tanya dendra seraya mengeluarkan kepalanya dari arah pintu kamar.
Disa menghela nafas panjang dengan kelakukan suaminya itu, disa sudah bisa menduga bagaimana keadaan kamarnya saat ini, pasti sudah seperti kapal pecah.
"di lemari sebelah kanan sudut atas" ucap disa, memang disa selalu bisa mengingat apapun yang sudah ia kerjakan.
Arkana menatap ayahnya dengan wajah yang begitu kesal.
"ayah cepat turun, arkana udah lapar" ucap arkana dengan bibir yang sudah di kerucutkan, arkana memang berbeda jika di rumah dan di sekolah.
"lapar sehari aja nggak buat kamu kehilangan nyawa" jawab dendra
"ayah kok ngomong gitu sama anak?" kini disa melerai perdebatan ayah dan anak itu, arkana tersenyum lebar ketika melihat bundanya membela dirinya.
"bunda cantik deh kalo lagi belain arkana" goda arkana.
"jangan modus ar" denra kembali berucap.
"ih, ayah udah sana pake celananya, yang ada nanti semua orang di rumah kelaparan karena seorang ayah yang nggak turun turun hanya sebab nggak pake celana"
"kok kayak sinetron?" tanya dendra lagi.
"tapi nggak ada azabnya yah" jawab arkana, nih anak udah nyuruh ayahnya buat cepet cepet malah dia yang selalu ngajak ngobrol
"udah sana yah pake celananya, abis itu langsung turun" perintah disa langsung.
"iya bun"
----------
Arkana menatap ayah dan bundanya bergantian, ia ingin sekali mengatakan sesuatu kepada mereka sekarang, tetapi mau mulai dari mana? Terus bagaimana mengatakannya?
Ternyata dari kedua orang yang sudah arkana tatap bergantian itu, ada salah satu orang yang sudah peka dengan apa yang arkana lakukan sejak tadi.
"kenapa ar?" tanya disa
"bunda tadi arkana ketemu ama cewek" ujar arkana dengan wajah serius.
Tapi tidak di mata dendra, anaknya sekarang seperti melakukan suatu hal yang lucu baginya, lihatlah sekarang dendra malah menertawakan anaknya itu.
"haha, emang ada cewek yang mau sama kamu?" ejek dendra
Arkana menyipitkan matanya menatap sengit sang ayah.
"ayah, arkana lagi serius" ucap arkana dengan nada datar.
Yang namanya juga dendra, serius maupun tidak dia akan tetap mengejek putranya itu.
"ayah nikahin sama dia mau?" goda dendra lagi.
"bundaaa, ayah tuh" tunjuk arkana dengan nada merengek kepada bundanya.
"siapa namanya?" tanya disa
"nggak tahu, tapi dia cantik bunda cuma rada rada garang gitu, kayak ayah"
"uhukk.. Uhukk" dendra tersedak ketika mendengar penuturan putranya, ia menatap sengit sang anak
"ayah jangan tatap arkana kayak gitu ih, takut"
"kenapa bawa bawa nama ayah?"
"stop, bisa nggak sih jangan berantem dulu?" ucap disa melerai
Dendra dan arkana menunduk patuh ketika mendengar disa menyuruh mereka untuk tidak berantem "iya bundaa" ucap mereka bersamaan, akhirnya jinak juga!
Disa menghela nafas panjang "sekarang cerita ke bunda secara falid ar"
"tadi arkana nggak sengaja ketabrak ama cewek bun, tapi yang jatuh bukan cewek itu melainkan arkana.. " ucap arkana.
"bfftt" dendra menahan ketawanya ketika mendengar cerita dari sang putra.
"ayahh" disa memperingati
"iya bun" dendra langsung duduk sigap dan memilih memainkan telepon genggammnya.
"lanjutin ar" ucap disa kepada anaknya
"habis itu arkana kan jatoh nih, malu pasti kan bunda tapi cewek itu sama sekali nggak nolongin arkana dia malah masang wajah datar dan nyalahin arkana karena jalan cuma sambil main.... Game" ucap arkana jujur.
"jadi yang salah siapa?" tanya disa.
Arkana menunduk "arkana" ucap arkana dengan lirih
"udah minta maaf?" tanya disa datar, ini mah malah arkana yang di sudutkan, kan tujuan arkana buat curhat ke bundanya supaya bundanya dukung dia, lah ini malah sebaliknya
"orangnya nyebelin, arkana nggak suka"
"kamu juga nyebelin tapi bunda sayang" balas disa tidak kalah sengit.
"iih bunda mah gitu" rengek arkana.
"udah ah sana kamu ke super market bunda mau nitip belanjaan"
"kebiasaan" gerutu arkana karena memang disa selalu menyuruhnya pergi ke super market untuk belanja bulanan.
"belanja yang banyak yaaa" ejek dendra dengan seringanya.
Arkana memutar bola matanya malas, lalu bangkit dari tempat duduknya.
"duit" minta arkana kepada dendra dengan wajah menahan marah.
"nih, harus hemat" ujar dendra
"ayah tetep masih kaya kaya aja kok kalo arkana boros"
Dendra memicingkan matanya, berusaha menatap tajam kepada sang putra dan yang lebih membuatnya ingin sekali melemparkan cabe ke wajah arkana di saat dimana ia mencium disa dan langsung berlari ke luar rumah.
Mcuahh
"dadah bundaa" seru arkana dan langsung pergi sebelum ayahnya mengamuk.
"ARKANA"
"ayah, kenapa sih?" tanya disa heran dengan kelakuan suaminya itu, selalu saja marah ketika arkana menciumnya padahal kan arakan anaknya sendiri, tapi yang namanya cemburu memang tidak bisa di lawan.
"tuh anak makin hari makin ngeselin aja" geram dendra
"se-ngeselin kamu juga"
"kayaknya arkana pengen sesuatu deh bun" ujar dendra
Disa menyerngit bingung "apa?"
Dendra menampilkan seringainya "adek"
Pletak
Disa menonyor kepala suaminya itu, astagah bisakah dendra mengontrol perkataannya itu?
"awss, sakit sayang"
"jangan mesum"
"kan lagi pengen utarain permintaan arkana" ucap dendra dengan bibir yang di kerucutkan.
"itu mah keinginan kamu bukan arkana"
----------
Arkana mendorong troli berisi pesanan bundanya, ia sekarang tengah membaca satu persatu daftar list yang bundanya kasih tadi.
"micin udah" ujar arkana seraya menunjuk lembaran yang ia pegang.
"garam, sosis, bumbu nasi goreng, dan roti selai" ujar arkana lagi
"sekarang tinggaaal... Snack buat gue hehe"
Setelah mengambil makanan yang ia pilih arkana langsung menuju kasir dan inilah yang membuat arkana malas untuk berbelanja yaitu antrian kalau mau bayar! Dan satu lagi penjaga kasirnya itu agak sedikit gesrek jika bertemu dengan arkana, ia pasti akan sedikit melirik lirik ke arkana, dasar cewek nggak bisa lihat orang ganteng dikit langsung berulah!
"selanjutnya" ujar penjaga kasir itu dan arkana mulai berjalan mendekati kasir, menaruh belanjaannya pas di depan kasir.
Arkana mendongak untuk melihat penjaga kasir itu, siapa tahu mulai mulai mengambil kesempatan untuk meligatnya.
Dan ternyata arkana salah! Tampang arkana langsung datar ketika melihat siapa yang sedang mengecek harga harga barangnya.
Dia gadis yang tadi di sekolaj! Gadis yang membuat arkana jadi malu di depan semua orang dan gadis yang datar seperti telapak setrika.
Jadi? Dia kerja di sini? Gadis datar ini kerja di super market? Nggak lari tuh pelanggannya?
"waw ketemu lagi" ujar arkana kepada gadis yang belum ia tahu namanya itu.
Gadis itu hanya menatap arkana sekali tanpa minat untuk menjawab kalimat arkana itu, ia malah lebih memilih untuk fokus bekerja.
"ck! Datar" umpat arkana.
"semuanya 560.000" akhirnya gadis itu membuka suara walau hanya mengatakan harga.
Arkana memberikan uang kertas warna merah enam lembar.
"ini kembaliannya, terima kasih telah mampir" ujar gadis itu memang sih sedikit ramah tapi wajahnya itu loh, tetap aja datar!
Arkana hanya mampu menatap manik mata milik gadis itu, manik mata yang penuh keteduhan menurut arkana, tetapi ada sedikit luka jika di lihat terlalu dalam.
Tunggu dulu, sejak kapan arkana bisa melihat diri seseorang hanya dari mata? Tapi sungguh, gadis itu seperti sedang menutup sesuatu.
"ekhm, maaf kak anda sedang menghambat antrian" ucapnya memperingati arkana yang sama sekali belum beranjak.
Arkana tersadar dan langsung mengambil tas kresek yang di isi dengan belanjaannya tanpa berkata maaf sekali pun.
"dasar orang kaya" umpat gadis itu dan kembali mengerjakan tugasnya.
Di tempat lain kini arkana masih enggan untuk pulang ke rumah karena pikirannya selalu terfikir tentang gadis yang penuh tipu muslihat dalam kehidupannya, tunggu dulu arkana juga seperti itu penuh dengan tipu muslihat.
Arkana melihat jam tangannya dan ternyata jam sekarang menunjukkan pukul setengah dua belas malam, jadi sift malam untuk bekerja di super market ini akan selesai 30 menit lagi.
Arkana memilih untuk menunggu gadis itu keluar dan mengikutinya, siapa tahu arkana bisa sedikit mengetahui tentang gadis itu.
Sejak kapan arkana menjadi penguntit?
Argh, bodo amat bodo.
Akhirnya gadis yang arkana tunggu tunggu sudah keluar dari dalam super market menenteng tas kresek lalu mulai menjalankan motor maticnya.
Arkana mengikutinya kemana pun gadis itu pergi.
Gadis itu berhenti di sebuah panti asuhan!
What? Dia anak yatim piatu? Atau memang hanya pengurus panti? Tapi lihatlah banyak anak anak yang senang ketika ia datang dengan makanan yang banyak bahkan gadis itu tersenyum sangat lebar, ingat gadis itu senyum!
"dia bisa senyum juga?" tanya arkana pada dirinya sendiri karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.
"gadis ini sungguh misterius!"
