Bab 2 impian yang tidak sesuai harapan
Cewek cantik mah banyak.
Cantik tapi dingin kek gitu
Mana mungkin ada yang mau
~arkana putra abibraham~
~oo0oo~
"hai ar, boleh gabung?" tanya seorang wanita yang kini tengah menatap dirinya dengan jion, inilah yang arkana tidak sukai kalau sedang berada di kantin, banyak pengganggu!
"boleh kok ca, sini duduk" bukan itu bukan arakana melainkan jion, arkana memberikan tatapan tajam ke arah jion namun sayang jion membalas dengan mengedipkan matanya ke arah arkana.
Ingin rasanya arakana menyuruh ayahnya untuk membunuh jion sekarang, bukan apa apa tapi kan ayahnya tau tuh motong motong badan orang jadi bisalah di suru bunuh jion, yaiyalah orang ayahnya dokter bedah.
"makasih ar" jawab wanita yang jion panggil dengan kata 'ca' itu
"gue nggak nyuruh lo duduk" sarkas arkana
"tapi tadi lo kayak natap jion gitu, pasti lo gengsi kan buat bilang ke gue supaya duduk, jadi lo minta bantuan ama jion?" ucap wanita itu dengan nada bangganya
Arkana memutar bola matanya malas, dasar wanita tidak tahu malu.
Arkana bangkit dari tempat duduknya, menghindari fitnah yang akan terjadi lebih baik dia pergi, kembali ke kelas, main game lalu push rank. Rencana yang menarik.
"mau kemana ar?" tanya jion
"push"
"main mulu"
"dari pada main cewek mulu" balas arkana datar namun menusuk di hati jion, arkana mah diam diam nyakitin.
Arkana berjalan sambil memainkan handphonenya, bahkan untuk melihat ke depan saja arkana sudah tidak mau karena pasti mereka tahu kalau arkana bakal lewat pasti mereka bakal ngehindar, cucu pemilik sekolah!
Tanpa arkana sadari ada seorang gadis yang berjalan berlawanan arah darinya, gadis itu memang sudah melihat arkana tapi karena arkana seperti malas melihat jalan jadi, gadis itu juga sama malasnya untuk melihat jalan.
Karena keduanya sama sama gengsi buat ngelihat jalan maka terjadilah sesi tabrak tabrakan, dan jangan kalian pikir tabrakannya bakal romantis, kalian sangat salah! Arkana bahkan ingin membunuh gadis itu sekarang juga
Mari kita lihat bagaimana sesi tabrakan itu terjadi.
Brakk
Bahu arkana dan bahu gadis itu saling bertabrakan, telpon genggam milik arkana jatuh tersungkal ke depan, begitu naasnya nasib handphone itu sekarang.
Dan yang lebih parahnya lagi di sini yang jatuh malah arkana bukan gadis itu, coba deh di pikirin betapa malunya si arkana putra bunda disa.
"shit" umpat arkana dengan nada berbisik, karena ia ingin menjaga image nya di depan semua orang yang melihatnya terduduk di lantai sekarang.
Gadis yang baru saja tadi menabraknya kini hanya menatap arkana tanpa membantunya, padahal arkana sudah berfikir bahwa gadis itu hanya ingin modus dan nantinya dia akan membantu arkana, ternyata salah gadis itu sungguh datar!
Emosi arkana mencuat ketika melihat gadis itu masih dengan gaya sombongnya dengan cara menempatkan kedua tanggannya di depan dada.
"lo bisa lihat jalan nggak sih?" bentak arkana dan langsung bangkit dari lantai yang memalukannya beberapa saat yang lalu.
"bisa" jawab gadis itu yang kini mulai menatap manik mata milik arkana.
Arkana terpaku, gadis itu sungguh seperti boneka yang di kasih nyawa, mata bulatnya dengan manik mata berwarna hitam, kulit putih tapi sedikit pucat, hidung mancung, rambut sepinggang, dia begitu cantik. tapi... Datar!
Arkana menepis semua pikirannya tentang gadis yang di hadapannya ini, gadis ini bukan impiannya, ia ingin gadis yang manja seperti bunda disa, tidak datar, bukan yang kayak ayahnya ganteng tapi datar.
Oh ayolah bisakah kalian mengingatkan kepada arkana supaya tidak membawa ayahnya dalam masalah ini?
"kalo bisa, kenapa nggak ngehindar?" tanya arkana dengan suara yang tinggi.
"lo tahu kan tata cara buat jalan? Salah satunya mata itu natap ke depan, bukan malah nunduk main game" ucap gadis itu tak kalah dengan nada tinggi milik arkana.
Arkana terpaku seketika.
"jangan karena lo punya kuasa, lo malah seenaknya" lanjut gadis itu lagi dan langsung pergi meninggalkan arkana.
Arkana diam, tapi hanya sesaat, bukan arkana namanya kalau tidak bisa membuat seseorang jatuh padanya.
Arkana menahan tangan gadis itu, dan berbisik sesuatu kepadanya.
"lo udah permaluin gue di depan banyak orang, kita lihat aja sampai dimana sikap angkuh lo bertahan" ancam arkana
Gadis itu hanya memberikan cengiran yang bisa di lihat sungguh menyeramkan, baru kali ini arkana melihat wanita yang tidak mempunyai sisi lembut.
~oo0oo~
"lo nggak papa kan tadi, ar?" tanya jion yang kini melihat arkana tiba tiba diam tanpa aktivitas apapun.
"harga diri gue yang bermasalah"
"hahaha" tawa jion seketika terdengar
"ngapa lo ketawa?"
"kasihan banget lo ya, gue lihat tadi lo kayak malu gitu terus nahan sakit, kan ngakak"
Tuk
Suara kaleng minuman yang tepat mengenai kepala jion langsung saja membuat jion menghentikan tawanya.
"sakit bangsat" umpat jion
"tuh mulut nggak pernah di kendorin dikit kalo mau ngehina"
"hehe udah biasa ngehina lo kok, eh btw cewek tadi cantik juga sih, imut imut gimana gitu"
"cewek cantik mah banyak, cantik tapi dingin kek gitu mana mungkin ada yang mau"
"hati hati laper ama omongan sendiri"
"kemakan geblek"
"ya terserah gue lah, mulut mulut gue"
"tapi nih ya, cewek itu bukan impian gue, sifatnya aja udah beda 360° dengan bunda, mana mungkin gue mau"
"tiap manusia juga nggak punya sifat yang sama kali"
"ya kali aja gue dapat yang persis kayak bunda"
"terserah lah, debat ama lo nggak pernah bisa menang"
"tapi cewek tadi kek asing banget ya? Namanya siapa?"
"nah loh, kok malah nanya nanya tentang dia, udah putar haluan nih harapannya?" goda jion
"au ah ji, males gue ama lo"
"cari tahu aja ar, siapa tahu kepincut" goda jion lagi yang langsung mengundang tatapan tajam arkana datang, ingin sekali arkana mengubur jion sekarang.
~oo0oo~
"assalamualaikum bundaaaa" salam arkana dengan sedikit berteriak mengagetkan sepasang sejoli yang saling menggoda di ruangan dapur, salah! Lebih tepatnya yang sedang menggoda adalah salah satu pihak bukan kedua pihak.
"perusak suasan datang" gerutu dendra yang kini sedang memeluk disa dari arah belakang, baru saja dia pulang dari rs dan masih ingin bermanja manja dengan istrinya itu, ini malah perusak suasana sudah datang di waktu yang tidak tepat.
Disa hanya tersenyum mendengar gerutuan suaminya itu "udah atuh lepasin dulu, masa kayak gitu sama anak sendiri"
Dendra langsung melepaskan pelukannya takut takut anaknya datang dan melihat.
"is, kan masih pengen manja manja bun" gerutu dendra
"terus mau gimana? Masa kamu mau di lihatin sama arkana pas lagi manja manja?"
"BUNDAAAA, KOK NGGAK BALAS SALAM ARKANA SIH, BUNDA DIMANA? BUNDAAAA" teriakan itu kembali menggelegar, sudah cukup dendra sudah muak dengan perilaku anak tunggalnya itu.
Dendra menggulung kemeja kerjanya ke atas dan langsung memasang wajah kejam dan disa sudah mengerti apa yang akan terjadi setelah ini.
"mau kemana?" tanya disa, belum sempat dendra membuka suara, disa sudah langsung memotongnya dengan menjawab salam arkana "waalaikumsalam sayang, bunda di sini" ujar disa dengan sedikit berteriak.
Arkana langsung bernafas lega ketika mendengar seruan dari bundanya, ia pikir tadi bundanya sudah hilang.
Arkana berjalan mengahampiri tempat dari arah suara tadi.
"bunda arkana pengen peluuk" rengek arkana yang kini menghiraukan dendra yang sudah menatapnya sinis.
"eh ada ayah, assalamualaikum yah" ucap arkana sambil menyalim tangan dendra.
"waalaikumsalam" jawab arkana datar.
Dan arkana hanya menghiraukan nada bicara ayahnya yang berubah itu, ia hanya rindu bundanya dan ingin memeluk bundanya sekarang juga!
"bundaaa" arkana merentangkan tangannya ke arah disa, minta untuk di peluk sekarang juga, tetapi ternyata dewi fortuna memang sedang tidak berpihak kepadanya.
"jangan sentuh bunda, kamu belum mandi" ujar dendra dengan nada cemburu.
"yee ayah cemburu aja, nggak kok arkana nggak bau, bunda pasti seneng, ya kan bunda?" tanya arkana dengan begitu manjanya dan langsung mengambil tubuh disa untuk di bawanya ke dalam dekapan.
Disa ingin sekali tertawa sekarang, lihatlah ayah dan anak ini selalu saja bisa membuat hidup disa berwarna.
Disa memiliki dua pria yang sangat mencintainya sekarang, sungguh disa sangat bahagia.
"udah udah sana mandi dulu" perintah disa kepada arkana
"siap bunda"
"bunda yang nyuruh langsung di ladenin, kalo ayah boro boro" umpat dendra
"hehe ayah kok gitu sih, kan arkana juga sayang ayah tapi lebih sayang bunda sih" jawab arkana dan langsung berlari pergi takut di semprot sama dokter garang.
"wah nih anak" geram dendra.
"udah yah ih, kayak masih bocah aja cemburu cemburu" ucap disa sambil mengusap pipi dendra.
"nggak boleh, kamu itu punya aku, nggak boleh orang lain bisa meluk kamu, kecuali arkana sih"
"terserah lah yah" pasrah disa
